Maav bund jarang ✨up✨
🙏🙏🙏🙏
"Puter balik gimana, Na?"
"Aku ngikut aja deh,"
Arsen tersenyum dari menanggapi. Ternyata kata halus terserah itu sama saja diartikan dengan jawaban Arina tadi ketika ditanya. Jawaban klasik perempuan yang selalu terdengar jika lawan jenisnya menawarkan sesuatu.
Sepulang sekolah tadi, Arsen dengan modusnya menawarkan Arina untuk pulang bersama. Modus yang kayanya untuk menemani membeli kue ulang tahun untuk Icca itu berjalan lancar. Arina terpancing. Dia menerima tawaran itu dan berakhir pulang diatas motor Arsen dengan satu kantong kue ulang tahun yang tadi dibelinya.
Toko kue itu sebenarnya dekat. Hanya berjarak beberapa langkah saja dari sekolah. Padahal Arsen memutar topik jika toko kue dilain tempat jauh lebih enak. Tapi Arina malah mengajaknya untuk tetap membeli yang didepan sekolah. Arsen pasrah.
Dan setelah itu, mereka benar-benar langsung pulang tanpa biasanya Arsen yang selalu mengajak gebetannya untuk makan terlebih dahulu sebelum mengantarnya pulang. Arina lagi-lagi menolak. Kali ini dengan alasan banyak tugas. Padahal Arsen tahu, tugas adik kelasnya itu tidak seberapa dengan tugas dia yang sudah menumpuk dimeja belajar. Lagian, masih bisa dikerjakan nanti. Seperti prinsip Arsen.
Arsen memutar balikan motornya melihat jalanan ibu kota yang semakin sore semakin ramai. Bahkan hari ini lebih ramai dari biasanya sampai-sampai Arsen yang membawa kendaraan bermotor saja tidak bisa menyalip untuk pulang cepat seperti biasanya.
Sepi. Satu kata yang menggambarkan pasti keadaan jalanan tadi dan sekarang. Jika tadi ramai karena klakson serakahnya penghuni berkendara. Sekarang jalanan yang Arsen dapatkan malah sepi. Hanya ada anak-anak yang Arsen tebak memiliki usia yang terpaut jauh dengannya sedang bermain sepeda bersama teman-teman sebayanya. Tapi, pikiran itu salah ketika Arsen melihat sepasang kekasih suami istri menyusul dari belakang mengawasi anak-anak itu. Seperti, jalan-jalan sore yang melawan arah Arsen berpijak.
Dengan asiknya pemandangan itu, Arsen tiba-tiba dikagetkan dengan tepukan kencang Arina dipundaknya.
"Kak, itu ada yang berantem!" Seru Arina pelan. Tapi nadanya terdengar sangat panik.
Arsen refleks memberhentikan motornya dan mengikuti arah pandang Arina. Benar saja, ada dua lelaki yang berusaha menculik satu perempuan tapi berhasil digagalkan ketika mobil hitam berhenti didepannya menyelamatkan perempuan itu.
Dan alhasil, pertengkaran yang Arsen duga adalah supir, dua lelaki pereman, dan satu lagi, perempuan dengan kemampuan bela dirinya yang mencengangkannya. Perempuan yang mau diculiknya tadi tersungkur membentur tanah. Antara panik dan ingin membebaskan diri, alhasil yang perempuan itu dapatkan adalah menyakiti dirinya sendiri karena tidak menyeimbangi tubuhnya dari tangan kekar yang mencoba menculiknya tadi.
Arsen sudah membuka helm nya berniat membantu. Tapi belum selangkah dia berjalan, dua pria preman itu sudah lari ketakutan meninggalkan korban. Benar-benar memalukan.
Setelahnya, Arina langsung bingung ketika Arsen kembali memakai helm nya. "Kak, bantuin!" Suruh Arina.
"Udah ada yang bantuin. Kalo banyak yang turun tangan, malah makin lama buat nentuin titik akhir. Lagian premannya udah pergi." Kata Arsen memberitahu.
Arsen kembali menjalankan motornya. Berbelok arah tidak melewati sekerumpulan perkelahian tadi karena arahnya tidak sejalan.
Dia melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Ternyata, memotong jalan yang lumayan jauh itu sedikit membuahkan hasil. Buktinya, yang sekarang Arsen lewati adalah jalanan yang tidak macet seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Harapan
Teen FictionAku yang berjuang, aku juga yang terbuang. Saat harapan yang memang tak pantas untuk di ingatkan. Saat harapan yang hanya menjadi debu dimasa abu-abu. Saat harapan yang memang menyakitkan jika terus diperjuangkan. Dan sekarang, rasaku punah karena k...