•14•

1.6K 365 62
                                    

Vote komen dulu.
.
.
.
Happy Reading📖

----------

Revia bergegas menuju kelasnya, ia akan mengabarkan jika ia sudah dilantik menjadi Sekretaris OSIS I. Selama dikoridor ia jingkrak jingkrak tak jelas, maklum saja badan nya yang kurus membuat kesan elastis bagi tulang nya.

Bruk...

"Awh," ia menabrak pintu.

Bruk...

"Sakit tai," umpatnya ketika menabrak meja.

Bruk...

"Setan!" Ia kembali menabrak, yang ditabrak kali ini adalah tempat sampah.

Bruk...

Lagi dan lagi...

Ingin mengumpat tetapi ia urungkan.

Tapi kali ini bukan barang-barang melainkan orang. Saat ia mendongak menatap siapa yang ia tabrak sekaligus melihat siapa yang sedang memeluknya agar tak terbentur keras dilantai.

Matanya beradu tatap dengan mata tajam milik Fauzan. Kemudian cepat cepat memutuskan kontak mata dan juga melepaskan pelukan Fauzan.

"Kalo jalan jangan banyak gaya, ngapain juga nabrak-nabrak. Udah tau tuh badan kecil. Ntar kalo tulang-tulang yang tersisa patah gimana?" Woww, luar binasa sekali jika Fauzan bisa berbicara panjang lebar bukan?

"Em i-iya. Makasih," jawabnya gugup.

Ia menghiraukan Fauzan yang langsung pergi keluar kelas. Lalu kembali menatap teman-teman sekelasnya berbinar. Tapi yang ditatap malah acuh. Ia tak menghiraukan itu semua.

"Haiii gaiss," sapanya riang.

Satu kelas hanya menatap sebentar lalu kembali pada kesibukan masing-masing.

"Ishh au ah gelap, idupin lampu ngapa woi!" masih heboh sendiri, ia bertahan untuk tidak melemparkan satu isi kelas keluar.

Kemudian ia berjalan ke meja Refi disampingnya sudah ada Zacky duduk dengan antengnya, bermain game dengan tangan kanannya tetap mengelus tangan kiri Refi.

"NGEBUCIN TEROSS, UWU TEROS,  PUTUS MAMPOS!" 'kan jadi ngamuk sendiri.

"Hilihh yang gak punya doi jangan sok sok an nyumpahin orang putus!" Malah sama-sama ngegas kapan kelarnya.

Revia melihat jarak duduk Refi dan Zacky sangat menempel, kemudian ia mendorong bahu Zacky agar menjauh dari temannya. "Jangan Deket-deket banyak setan yang bisa ngerasukin kalian," sekalinya memberi nasehat mampu membuat orang yang ia nasehati hanya bisa mengangguk patuh.

Lalu ia berjalan ke meja Ais, nampaknya Ais sedang belajar, kalau mengganggu Ais sepertinya menyenangkan. Dari pada gabut?

"AIS SAYANGG!" Ais terusik hanya dengan sekali teriakan. Ia menatap Revia tajam.

"Lagi ngapain?" Tanya Revia sekedar berbasa basi.

"Lagi belajar, Re" jawabnya malas.

KELAS BOBROK [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang