Pelan-pelan, ya, bacanya:)
Tinggalkan vote and komen dong, udah ending loh ini masa nggak mau keluar dari tempat persembunyian? Wkwkwk
Selamat membaca.
***
Ais, Refi, Revia dan Jira memutuskan untuk duduk di depan mobil Bryan. Mereka pindah karena di tempatnya berdiri tadi, banyak sekali nyamuk-nyamuk genit yang mencium kulit mulus mereka berempat.
Mereka merinding ketika melirik sekitar. Hanya terdengar suara jangkrik dan suara dedaunan yang terdengar ribut karena tersapu angin.
Revia mengelus tengkuknya sambil bergidik. Sepi sekali.
"Gue balikan sama Zacky." Refi memecah keheningan.
Jira merasa tidak enak. Ia tidak mungkin ikut mendengar, padahal 'kan ia tidak dekat dengan mereka. Ia juga menghormati privasi mereka bertiga.
"Kalau gitu, gue masuk ke mobil Kak Bryan aja, ya," kata Jira.
Oh, ya. Perihal sopir mobil pick up tadi, mereka sudah menyuruh bapak itu pulang. Tujuan mereka 'kan hanya meminta antar saja. Bukan benar-benar membegal.
Ais menggeleng tegas. "Nggak, Jira, sini aja. Ngapain di dalam mobil? Bengong aja?" Ais mencegahnya.
Jira tetap menggeleng. "Di mobil aja, deh, lanjutin aja ngobrolnya, nggak papa, kok." Jira tersenyum sungkan. Ia kemudian masuk ke dalam mobil dan menutup kembali pintunya.
Udara di luar yang dingin membuat ia tidak tahan untuk sekedar bersandar. Terlebih jaketnya yang tipis tidak mampu menghalangi dinginnya udara malam yang mampu menusuk kulitnya.
Mereka bertiga tentunya memakai jaket yang tebal. Bahkan bajunya di dalam pun ia pakai dua lapis.
"Kok lo mau?" Revia tidak habis pikir.
"Goblok banget lo, Fi." Ais geleng-geleng kepala.
Refi cengengesan. "Dia kemarin mutusin gue gara-gara si mantannya deketin dia balik dibantu sahabat-sahabat mantannya, sih. Eh, tapi Zacky bukannya dipacarain sama tu cewek malah jadi temen ke sana ke sini, udah kayak tukang ojek. Ternyata ... tu cewek nggak mau jadi pacar Zacky, dia bilang sahabatan aja, ya. Eww." Refi mengibaskan tangannya seperti orang yang sedang jijik.
Saking geramnya Ais, ia dengan tega menoyor kepala Refi hingga terhuyung. "Bodoh banget lo! Ngapain mungut orang yang udah buang lo!"
Refi cemberut. "Bahasa lo, Is! Lo pikir gue apaan dibuang-buang!"
Revia membenarkan ucapan Ais. "Ngapain lo nerima bego! Mudah banget lo langsung terima. Ibarat lo undian dan tu mantannya duit. Zacky buang lo terus dapetin duit, eh ternyata duitnya cuma boongan, ya dia pungut lagi lah undian yang dia buang tadi."
Refi semakin cemberut. "Ah, kalian mah!" Ia menendang kesal kerikil yang ada di sekitar sepatunya. "Gue masih suka sama dia."
Revia memutar bola matanya malas. "Masih banyak cogan di luar sana, ngapain lo masuk ke lobang yang sama?" Revia masih berusaha menasehati.
Refi menyeringai. "Iya, sih, banyak cogan. Tapi kok, Ais masih jomblo juga sampe sekarang?" Refi menaik turunkan alisnya.
Ais memandang Refi sengit. "Kenapa lo bawa-bawa gue, Tuyul!" Ia memukul Refi menggunakan sapu lidi yang sudah ia cabut dari kawanannya. Refi cengengesan.
"Kan, keny--"
"Eh, eh, Ayahnya Kak Bryan nelpon, nih. Hapenya ketinggalan di dashboard. Angkat buruan, siapa tau penting." Jira menyodorkan ponsel Bryan kepada ketiga cewek tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELAS BOBROK [Tamat]
Novela JuvenilSejauh apapun menyimpan bangkai, pada akhirnya akan tercium juga. "Dia" membuat keadaan sekolah menjadi kacau. Seharusnya sekolah menjadi tempat menuntut ilmu, bukan untuk membuat para muridnya menjadi mayat. . . . RANK: #1 - Teka-teki (16 Mei 202...