Setelah puas berfoto-foto di kebun teh tadi, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Dari kebun teh sampai ke tempat camping mereka tidaklah jauh. Hanya memakan waktu sekitar lima belas menit saja. Bahkan di Tirai Embun tersebut juga bisa menikmati kebun teh. Memang betul kata orang, menyulitkan diri sendiri terasa lebih menyenangkan.
Revia berdiri, ia lalu menyuruh sopir bus untuk menyetel lagu yang ia bisikkan. Sopir itu mengangguk. Alunan lagu Kereta Malam mulai berputar. Revia membuka jaketnya, kemudian melilitkan pada pinggangnya. Ia memutar-mutar tangannya di atas.
Merasa belum ada reaksi apapun, Revia menyuruh sang sopir untuk mengeraskan volume musiknya. Dan, ya, sekarang bus sudah menjadi tempat Revia mendapat saweran.
Bahkan seisi bus ikut meramaikan suasana. Mereka melambaikan tangan ke kiri dan ke kanan.
Revia persis seperti biduan dangdut.
Saat ia dengan semangatnya berjoget, tiba-tiba saja kakinya tersandung pada salah satu sepatu orang yang ada di bus tersebut.
"Eh, maaf, Bu. Revia nggak sengaja." Revia berdiri. Ia menjadi tidak enak pada ibu-ibu tersebut.
"Eh, kamu apakan istri saya?!" Pak Sukman berdiri dari bangkunya. Ia melotot pada Revia.
Revia termenung. Istri? Wah, kesempatan yang bagus.
"Bu, Bu. Ibu harus dengerin saya, ya. Saya muak sama Pak Sukman sebenarnya. Dia suka ngajakin anak muridnya nikah sembarangan, Bu. Saya ngeri lama-lama." Revia mengadu.
Pak Sukman tidak tahu ingin berbuat apa lagi. Ia takut istrinya murka. Pak Sukman memutuskan untuk berpura-pura tidur.
Revia cekikikan dan kembali duduk pada tempatnya tadi. Ia ingin melihat perseruan keluarga sebentar lagi akan dimulai.
Lama ia memperhatikan keduanya, namun tidak ada tanda-tanda akan ribut. Di sampingnya ada Ghifa. Cowok itu bodo amat saja terhadap sekitar.
Revia menyenggol lengan Ghifa. "Kok belum ribut?" tanyanya pada Ghifa.
"Lo mau jadi perusak rumah tangga orang?" geram Ghifa. Revia cengengesan sambil mengangkat dua jarinya. "Ampun, Bos."
***
Ais mulai grasak-grusuk di tempat. Pasalnya diwaktu perjalanan yang singkat ini mengapa Tegar malah tertidur?
Ais terjepit karena Tegar tidur dengan tidak tahu dirinya. Saking kesalnya, Ais lebih memilih menampar Tegar saja. Sontak, mata Tegar terbuka lebar. Ia bergumam tidak jelas.
Dylan yang ada di sebelahnya menepuk kening Tegar kencang. "Bangun, Kebo!" teriaknya tepat pada telinga Tegar.
"YAYYY! BENTAR LAGI SAMPEE!" teriak Manda sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
"Emang kenapa?" tanya Bryan.
Manda menoleh. "Ah? Anu ... Ais pinjem powebank, dong." Manda menoleh ke belakang menghindari berbicara dengan Bryan.
"Hah? Buat apa?"
"Banyak tanya lo, Dukun!"
Bryan melihat ponsel cewek itu tergelak di dashboard mobilnya pun mengecek baterainya.
"Baterainya aja penuh, buat apa powebank?"
Shitt.
Bryan benar-benar minta disantet rupanya. Manda mengulas senyum masam. Ia kembali duduk seperti semula, lalu membuang muka ke arah jendela.
Bryan mengelus rambut Manda dengan tangan kirinya. Cewek itu sontak menepisnya. "Jangan pegang-pegang!" jawabnya ketus.
"Iya, deh, enggak." Bryan pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELAS BOBROK [Tamat]
Подростковая литератураSejauh apapun menyimpan bangkai, pada akhirnya akan tercium juga. "Dia" membuat keadaan sekolah menjadi kacau. Seharusnya sekolah menjadi tempat menuntut ilmu, bukan untuk membuat para muridnya menjadi mayat. . . . RANK: #1 - Teka-teki (16 Mei 202...