Vote komennya kaka🔥
Happy Reading!———
Kedua tangan yang senantiasa berada kantong celana seragam sekolahnya serta perempuan berkacamata disampingnya dengan tangan yang sibuk memilin-milin jemarinya.
Saat ini Ais dan Fauzan sedang mengayunkan kakinya menuju mading. Setelah beberapa hari yang lalu keduanya mengikuti olimpiade matematika. Dan sekarang adalah hari pengumuman hasil dari olimpiade tersebut.
Bukan hanya Ais dan Fauzan saja yang ikut mengerubungi mading, anak-anak dari kelas lain pun sama. Saat keduanya membelah kerumunan sorak-sorai langsung masuk ke indra pendengar keduanya.
"Ini nih juara kita!"
"Gila sih, IPS loh bukan IPA! Bisa-bisanya menang olimpiade Matematika!
"Gue sebagai anak IPS merasa bangga!"
"Iya! Soalnya guru-guru selalu bandingin anak IPA sama IPS, sekarang apa? Kenyataannya anak IPS 1 juga bisa bawa nama baik buat anak-anak IPS lainnya."
"Gue denger-denger kemarin anak IPA ditunjuk sama guru, pada nggak ada yang mau! Makanya anak IPS yang ditunjuk."
"Gue bangga banget, sumpah!"
Suara bersahut-sahutan menambah kegelisahan bagi Ais sendiri, sedangkan Fauzan? Cowok berwajah orang Korea itu malah terlihat santai sesekali memperbaiki tatanan rambutnya yang sedikit berantakan.
Ais menghela nafas pelan. Ia sedikit menjinjit untuk melihat pengumuman itu. Mata minusnya sedikit menyipit membaca pengumuman itu.
Dan, ya! Matanya membulat sempurna. Ia sangat-sangat berterima kasih, mulutnya komat-kamit sambil merapalkan 'Alhamdulillah' di dalam hatinya.
Fauzan melirik Ais yang sedang berkomat-kamit itu pun tersenyum tipis. Ais berbalik badan menghadap Fauzan. Tangannya menarik tangan Fauzan untuk bersalaman. Ia menghentak-hentakkan tangannya dan Fauzan Yang sedang bersalaman dengan semangat Empat lima.
"Selamat Ais," ucap Fauzan tulus.
"Makasih Jan! Pokoknya makasih lo udah mau buat diri lo kalah demi gue bisa menang, emang sahabat terbaek lo Jan." Ujar Ais bersemangat.
Entah sejak kapan sebutan Jan menjadi nama pendek di dalam nama pendek bagi Fauzan. Ia juga bingung. Malahan Revia sering memanggilnya dengan nama Ujan. Aneh bukan? Tapi Fauzan cukup bersyukur masih dipanggil dengan nama-nama wajar. Kalau sampai ada yang memanggilnya dengan sebutan untuk binatang. Fauzan tidak segan-segan menghabisi orang itu, detik itu juga.
Fauzan terkekeh. "Iya nih! Biar lo nggak histeris lebay!"
"Lo lagi hoki mungkin, soalnya gue kan yang paling pintar dibanding lo, hahaha," imbuh Fauzan. Ais mendengus.
Para kaum hawa yang mendengar tawa Fauzan langsung memekik kegirangan. Kapan lagi mendengar seorang Fauzan tertawa seperti ini.
"Ya udah, ke kelas, yuk," ajak Fauzan merangkul pundak Ais.
***
"Ais, lagi hoki tuh!" Celetuk Fauzan membuka percakapan kelas yang tadinya hening sejak kedatangan ia dan Ais. Satu kelas berujar heboh.
Manda menyenggol lengan Ais. "Apa kata gue! Lo itu jago tanpa bantuan apa pun itu," celetuk Manda menepuk bahu Ais pelan. Ais mengangguk sumringah.
"Makasih ya, Manda!" Ujar Ais senang. Manda mengangguk.
"Pokoknya ntar sore gue mau traktir anak kelas buat minum kopi di Teko emak gue! Jangan lupa ajak kak Bryan ya, gue mau berterima kasih sama dia. Baik banget sampe nggak mau ngelaporin perbuatan gue kemarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
KELAS BOBROK [Tamat]
Подростковая литератураSejauh apapun menyimpan bangkai, pada akhirnya akan tercium juga. "Dia" membuat keadaan sekolah menjadi kacau. Seharusnya sekolah menjadi tempat menuntut ilmu, bukan untuk membuat para muridnya menjadi mayat. . . . RANK: #1 - Teka-teki (16 Mei 202...