•27•

984 256 147
                                    

Selamat membaca 🍯

———

Senin. Salah satu hari yang membuat para murid mengumpat kesal. Namun tidak semua yang merutuki acara upacara di pagi yang terik oleh matahari ini. Yaitu, mereka yang tidak terkena panas matahari. Paling banyak berada di barisan paling belakang.

Lafal yang mengatakan bahwa, 'baris paling depan sungguh membosankan,' terbukti adanya dari salah satu siswi kelas X MIPA 3 yang berusaha tetap berdiri tegap agar proses upacara tetap berjalan lancar. Bukan hanya bosan, siswi itu juga merasakan pusing.

Siswi itu memijit pangkal hidungnya untuk mengurangi rasa sakit pada kepalanya. Tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang, membuat tubuhnya membentur kening seorang siswi lainnya. Siswi di belakangnya dengan kasar mendorong Siswi yang terhuyung tadi agar berdiri seperti semula.

"Jangan deket-deket! Nanti virus pencuri lo itu nular ke gue!" Bisiknya, namun masih menekan setiap kata yang ia ucapkan.

Sakit kepala Siswi itu sudah sangat-sangat menyakitkan. Kakinya melemas, kemudian ia terjatuh di lapangan. Ia kehilangan kesadaran.

"Jira!" Teriak temannya yang di belakang tadi berteriak sok peduli. Ia berjongkok, menepuk-nepuk pipi Jira yang sedikit berisi.

Petugas PMR yang berjaga di belakang barisan langsung menghampiri, dia Aryo. Aryo membawa temannya.

"Keranda mana?" tanya Aryo sudah kepalang panik. Ryan mengerenyit. "Cepetan! Ambil keranda!" sambung Aryo memerintah.

"Keranda apaan, anying! Emang dia udah mati?!" tanya Ryan berbisik.

"Lo doain ni orang mati?" tanya Aryo.

"Ya enggak! Tapi keranda buat apa?" tanya Ryan balik.

"Buat ngangkat dia lah goblok!" jawab Aryo ngegas. Membuat mereka menjadi pusat perhatian.

Pak Sukman yang berada di barisan paling ujung diantara guru-guru langsung menghampiri. Ia menatap tajam anak muridnya.

"Ini kenapa ribut-ribut? Orang lagi upacara! Nggak ada adab sekali kalian!" semprot Pak Sukman.

"Nggak ribut, Pak." Ryan menyangkal.

"Jadi?" tanya Pak Sukman lagi.

"Kita gabut!" ketus Aryo menyambar kala Rian ingin menjawab lagi.

"Gila! Angkat cepat, kasian. Nanti kulit glowingnya kering," perintah Pak Sukman.

"Nggak ada kerandanya, Pak!" jawab Aryo cepat.

Pak Sukman nampak kebingungan. "Keranda? Keranda apa?" tanya Pak Sukman bingung.

"Buat ngangkat eneng cantik ini lah, Pak!" ketus Aryo.

"Itu tandu, tolol!" hardik Ryan kesal.

Pak Sukman refleks menoyor kepala Aryo. "Kalau besok kamu masih tolol juga, saya suruh kepala sekolah depak kamu dari sini. Orang-orang tolol kayak kamu nggak bisa diterima di sini."

"Bukan saya sendiri yang tolol, Pak!"

"Siapa lagi?"

"Ada Refi, Revia, Ghifa, Zacky, Dika, Ryan, dan saya, Pak." Aryo menjawab terlalu jujur.

"Dua lagi, si Ais sama Fauzan, Pak. Tapi dua-duanya nggak tolol kok. Otaknya pake otak dukun semua," tambah Aryo.

"Satu lagi Manda, Pak. Yang paling tolol diantara yang lebih tolol. Lemot banget!" Timpal Ryan.

Pak Sukman menarik anak rambut Ryan kuat-kuat. "Calon bini saya itu!"

Ryan melotot, Kemudian mendapat kode dari Aryo. Membuat Ryan menormalisasi wajahnya dan menutup mulutnya rapat-rapat. Sampai akhirnya tarikan rambut Ryan terlepas, Ryan bernapas lega.

KELAS BOBROK [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang