Hippy riiding 🌼
—————
Rasa cemas menghantui keempat remaja yang sedang mengutak-atik komputer yang kini berada di ruang kepala sekolah. Ya, mereka tetap melancarkan aksi menjadi detektif dadakan.
Bukan untuk bahan mainan, melainkan untuk bahan penyelidikan.
Fauzan duduk tenang di atas kursi kebesaran kepala sekolah, guna untuk melihat rekaman CCTV. Sangat susah bagi mereka yang biasa-biasa saja dalam mencari rekaman itu. Entah mengapa rekaman itu sangat-sangat susah hanya untuk ditemukan.
Di sisi kanan Fauzan, terdapat Ghifa yang juga ikut andil ke dalam ruangan. Di sisi kiri, Manda yang juga ikut, dengan ponselnya yang menyambungkan telepon dengan Ais yang sedang berjaga di luar. Berjaga-jaga jika ada penjaga sekolah akan menuju ke ruang kepala sekolah tempat mereka sekarang.
Di belakang sana, ada Dylan yang sibuk mondar-mandir menelisik ruangan kepala sekolah. Kapan lagi bisa menjelajah ruangan orang terhormat di SMA Geumdo, bukan?
Dylan sedikit menunduk untuk melihat sebuah kotak yang berwarna hitam. Dapat dilihatnya sebuah lengan jaket kulit yang sedikit terjulur keluar dari penutupnya.
Saat tangannya terjulur untuk membuka kotak itu, langsung ia tarik kembali saat suara Ghifa menginterupsi untuk ikut melihat. Mata Dylan menyipit memandangi kotak itu lama, kemudian ia ikut bergabung dengan yang lainnya.
"Rekamannya nggak ada lagi," ujar Fauzan sambil mengutak-atik komputer di depan wajahnya.
"Kok bisa?" sahut Dylan bertanya. Manda mengedikkan bahunya.
"Ini sengaja dihapus! Setan!" Bentak Fauzan keras membuat Manda refleks membekap mulut Fauzan. Takut-takut terdengar oleh penjaga sekolah atau siapapun yang sedang berada di sekolah. Fauzan menghela nafas kesal. Mengapa harus mulutnya terus yang dibekap. Kemarin Revia, sekarang Manda. Rasanya Fauzan ingin resign menjadi murid kelas X IPS 1. Namun ia urungkan, mana ada kelas lain sekompak kelasnya, bukan?
"Awas aja kalau gue ketemu siapa dalangnya, gue remukin tulangnya, terus gue buang mayatnya ke Sungai Everest. Biar beku sekalian!" Ghifa menggertakkan giginya geram. Tangannya juga tak tinggal diam. Ia mencekik Fauzan.
Fauzan menatap Ghifa datar. Saat tersadar Ghifa cengengesan sendiri sambil mengatupkan kedua tangan.
"Mana ada Sungai Everest bego! Gunung woi gunung!" Sentak Manda murka. Ghifa membuka ponselnya mencari kebenaran dengan membuka google. Ternyata benar, lantas Ghifa hanya terkekeh malu.
"Sepintar-pintarnya gue, nggak pernah ketemu sama yang namanya Sungai Everest," celetuk Dylan percaya diri.
***
Sementara itu, mereka yang di luar sana berjaga was-was. Takut-takut jika terciduk sedang menyelusup ke dalam ruang kepala sekolah.
Tepat di depan pintu ruang kepala sekolah ada Zacky dan Refi yang sedang duduk bersandar dengan tangan saling bertaut. Ais menatap mereka malas dan lebih memilih bergosip dengan Revia di sudut kanan.
Di sudut kiri ada Dika, Aryo, Tegar, Bryan dan Yogi—teman Ghifa. Mereka menyibukkan diri dengan bermain game. Dari pada melihat orang yang sedang bucin.
Namun, kesibukan mereka buyar saat penjaga sekolah lewat menyapa. Seketika wajah mereka semua menjadi panik. Ais yang masih bertelponan dengan Manda langsung melapor.
"Man ada Pak Jaya! Buruan woi!" Bisik Ais pas di speaker ponselnya. Tidak ada sahutan dari Manda. Membuat Ais bertambah panik.
Zacky dan Refi melepaskan tautannya, mereka yang bermain game akhirnya memasukkan kembali ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELAS BOBROK [Tamat]
Teen FictionSejauh apapun menyimpan bangkai, pada akhirnya akan tercium juga. "Dia" membuat keadaan sekolah menjadi kacau. Seharusnya sekolah menjadi tempat menuntut ilmu, bukan untuk membuat para muridnya menjadi mayat. . . . RANK: #1 - Teka-teki (16 Mei 202...