Tinggalkan vote serta komen yaa.
Selamat makan 🔥
———
"Gue jemput Jira dulu, ketemu di kantin aja!" Teriak Ghifa sambil berjalan tergesa-gesa menuju kelas X MIPA 1. Teman-temannya mengabaikan teriakan Ghifa yang membahana tersebut.
Semenjak kejadian Jira dibully, Ghifa jadi lebih sering mengajak Jira untuk bergabung bersama mereka. Dikelasnya Jira begitu terkucilkan, padahal dulu sewaktu belum ada kejadian ia difitnah, teman sekelasnya berebut ingin bermain dengannya.
Wajah Jira yang putih mulus, gigi yang rapi, rambut yang lembut panjangnya sedada serta suara yang lembut mampu mengundang para kaum adam untuk mendekatinya.
Saat sampai di depan kelas Jira, Ghifa langsung disuguhkan pemandangan yang sangat tidak berguna sama sekali.
Alwa serta antek-anteknya berdiri di depan kelas merentangkan kedua tangan menutupi pintu kelas sebagai akses masuknya Ghifa ke dalam kelas. Namun, Ghifa tak gentar.
Ghifa mengintip di sela-sela tangan Alwa yang sedang terlentang. Ghifa menepis kasar tangan Alwa yang berada di atas kepalanya. "Huek, Bau terasi ketek, lo!" Sungut Ghifa tanpa memikirkan Alwa akan malu atau tidak. Sepertinya Alwa tidak akan malu, urat malunya diputus oleh pihak saraf-persarafan, karena menunggak pembayaran.
Ririn serta Ages tertawa pelan, namun msih bisa didengar Alwa. Alwa melirik tajam teman-temannya, seolah berkata 'macem-macem gue bunuh, lo!' benar saja, teman-teman pengecutnya langsung merubah raut wajahnya seperti semula.
Ages mendekati Ghifa. Ghifa mundur, was-was melihat Ages berjalan bak model ke arahnya. Ages mengangkat tangannya tinggi-tinggi, lalu mendekatkan ke hidung Ghifa.
Dengan bodohnya Ghifa mengendus ketiak Ages. "Huek, bau kaos kaki yang nggak dicuci satu tahun!" Ghifa bergidik.
Giliran Ririn. Lalu ia menyuruh Ririn untuk maju. Ririn mengikut saja, malahan dirinya merasa tersanjung telah dipanggil sendirinya oleh seorang Ghifa.
Ghifa mengangkat tangan Ririn tinggi-tinggi, kemudian ia mengendus ketiak Ririn. Reaksinya pertama biasa saja. Beberapa detik kemudian Ghifa mendorong keras Ririn kebelakang hingga tubuh Ririn terhuyung.
"IYUHH! BAU BANGKE!" Teriak Ghifa lantang mengundang perhatian orang-orang yang berlalu-lalang di koridor.
Ghifa berjalan sempoyongan bak orang yang sedang mabuk, ia mengetuk pintu kelas X MIPA 1. Meninggalkan tatapan cengo dari ketiga cewek yang ia temui tadi. "Jira, ada?" Tanyanya pada cowok-cowok yang sedang berkumpul di meja paling depan.
Cowok-cowok itu kompak menunjuk Jira yang duduk di pojokan dengan dagu. Ghifa mengangguk mengerti.
"Gue masuk boleh nggak, Bro?" Tanya Ghifa sopan.
Salah satu dari mereka yang tidak bermain game menoleh, kemudian mengangguk. "Boleh Mas, silakan." Ghifa melotot.
"Lo pikir gue tukang bakso?!" Cowok itu terkekeh ringan. Ghifa melangkahkan kakinya mendekat ke tempat duduk Jira. Gadis itu sedang menulis sesuatu di belakang bukunya.
Ghifa menepuk bahunya, membuat Jira menoleh. "Eh, Ghifa. Ngapain?" Tanyanya dengan mata berkedip cepat.
Ghifa terkekeh, lalu tangannya tergerak untuk merangkul Jira. Jira terlonjak akan perlakuan Ghifa. Terjadi aksi saling tatap diantara keduanya dan itu hanya berlangsung sebentar saat Jira bergerak tidak nyaman dirangkulan Ghifa.
"Ayo ngantin!" Ajak Ghifa berseru. Jira mengangguk, kemudian keduanya meninggalkan kelas melangkahkan kaki menuju kantin. Tangan Ghifa masih setia berada di bahu Jira, tak tahan lagi akhirnya Jira tersenyum tipis. Begitupun Ghifa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELAS BOBROK [Tamat]
Teen FictionSejauh apapun menyimpan bangkai, pada akhirnya akan tercium juga. "Dia" membuat keadaan sekolah menjadi kacau. Seharusnya sekolah menjadi tempat menuntut ilmu, bukan untuk membuat para muridnya menjadi mayat. . . . RANK: #1 - Teka-teki (16 Mei 202...