Vote komen nya bro 🔥
Happy Wedding:)—————
Tiga serangkai sedang berjalan beriringan menuju perpustakaan. Mereka bertiga ditugaskan untuk meletakkan kembali buku yang sudah dipinjam oleh kelasnya.
"Gar, gue liat adek lo kemaren mojok." Dylan membuka suara. Bryan yang penasaran ikut nimbrung dalam pembicaraan itu. Bukan, bukan ikut berkomentar, yang ikut hanya telinganya saja.
"Mulut lo minta dicabein, ya!" Geram Tegar. Dylan menye-menye di tempat.
"Nggak perlu dicabein juga udah kayak cabe," ujar Bryan santai.
Duk...
Bryan melotot tajam saat Dylan melempar dirinya dengan buku tipis, tapi bahan covernya keras dan sudut-sudut buku itu runcing sekali. Dan bagian runcing tersebut pas mengenai kening Bryan.
Bryan mengusap keningnya pelan. Berdarah. Ia menatap Dylan tajam. Yang ditatap justru pura-pura mengalihkan pandanganya.
Dylan meneguk kasar salivanya. Sial, pasti Bryan marah besar. Bagaimana ini?
Bryan mendekati Dylan, dengan gerakan cepat pula Dylan berlindung di balik punggung tegap Tegar.
"Sini, lo," suruh Bryan dingin.
Sial. Sial. Sial.
Silakan buat surat pengunduran diri dari dunia, Dylan. Jangan lupa tanda tangan di atas materai ya Dylan, sayang.
Dylan membulatkan tekadnya untuk berpura-pura berani di hadapan Bryan. Padahal dirinya sudah mengucapkan surat Yassin untuk diri sendiri. Biarlah dia yang pertama membaca Yassin di saat nyawanya melayang nanti.
Bryan merangkul pundak Dylan akrab. "Santai bro! Santai! Nggak bakal mati sekarang kok. Santai ya. Tarik napas.. buang.. tarik napas, nah jangan buang." Instruksi Bryan membuat Dylan mau tak mau harus menurut.
Wajah Dylan sudah memerah akibat menahan napas. Bryan akhir akhir ini sering kali berbuat usil. Dylan menghembuskan kasar napasnya.
Bryan kembali pada kerjaannya yang sempat tertunda karena ulah Dylan. Ia menyusun satu persatu buku di rak perpustakaan dengan rapi.
Dylan berdeham, "kagak, bercanda doang. Tapi emang sih, gue kemarin sempat ngikutin dia. Kayak lagi ngomong sesuatu yang mungkin penting sama anak kelasnya. Kalo gak salah kemarin gue denger namanya Ipul. Tapi kenapa ya, dia harus ngomong di tempat yang sepi?" Jelas Dylan panjang.
Aktivitas Bryan maupun Tegar terhenti. Mereka sama-sama ikut berpikir. Tegar berdiri sambil menghentakkan kakinya.
"Pusing gue mikirnya. Ntar aja tanya ke orangnya langsung, otak gue gak sampe." ujar Tegar pergi meninggalkan kedua temannya di perpustakaan.
"HUU DASAR! OTAK UDANG!" teriak Dylan.
"Emang lo punya otak?" Tantang Bryan. Dylan selalu ternistakan. Bagaimana tidak Dylan selalu ingin menimpuk Bryan dengan benda-benda yang berat agar mulut tajamnya berhenti berbicara.
"Punya dong. Otak gue lo pinjem, waktu masih di rahim Bunda." Dylan melangkahkan kakinya keluar dari perpustakaan, mengikuti Tegar yang terlebih dahulu meninggalkannya dengan kembaran julidnya ini.
"GUE JUAL SEMPAK BUNGA-BUNGA LO YA, DYLAN!"
***
Ting
Ting
Ting
Ting
Ting
KAMU SEDANG MEMBACA
KELAS BOBROK [Tamat]
Dla nastolatkówSejauh apapun menyimpan bangkai, pada akhirnya akan tercium juga. "Dia" membuat keadaan sekolah menjadi kacau. Seharusnya sekolah menjadi tempat menuntut ilmu, bukan untuk membuat para muridnya menjadi mayat. . . . RANK: #1 - Teka-teki (16 Mei 202...