"Noona, Apa kau ingat sejarah pertemuan kita?".
Ha Jin menaikkan sebelah alisnya sembari tersenyum, "Aku penasaran, Kenapa kau suka sekali menyebut pertemuan pertama kita sebagai sejarah? Apa kau sesuka itu padaku hmm?".
Ha Jin tak mengharap mendapat jawaban atas pertanyaan dalam kalimat akhirnya tapi kemudian senyum dan jawaban Sun Hae membuatnya termangu.
"Untuk pertama kalinya aku keluar rumah tanpa membawa apapun, Hanya baju dan jam tangan hadiah dari ayahku yang kupakai saat itu. Kakakku sangat marah padaku hingga membuatnya begitu murka lalu mengusirku, Jujur saja aku tak mengerti alasan mengapa dia harus marah seperti itu hanya karena aku berteman dengan seseorang yang miskin. Sejak kecil hingga aku mencicipi dunia sekolah, Aku tak memiliki banyak teman bahkan bisa dikatakan aku tak punya teman. Teman-teman yang mendekatiku selalu punya tujuan lain dan diantara tujuan-tujuan itu adalah uang yang kumiliki. Aku sangat senang saat pada akhirnya bisa mendapatkan teman yang benar-benar tulus ingin berteman denganku, Dia mau menjadi temanku tapi kakakku tak suka dan untuk pertama kalinya aku berteriak di hadapannya karena tak terima dia yang terus mengatur hidupku, Aku sudah sangat muak terus diatur olehnya. Singkat cerita untuk memutuskan hubungan pertemananku dengannya, Kakakku mengirimku ke luar negeri untuk melanjutkan sekolah. Kakakku yang mengerikan menekan kan padaku agar aku tak lagi berteman dengan sembarang orang sebab aku adalah penerus perusahaan. Jujur saja aku marah tapi saat itu aku tak mempunyai daya untuk melawannya".
"Hingga pada akhirnya malam itu kau memberontak dan membuat kakakmu murka lalu mengusirmu begitu saja". Tambah Ha Jin.
Sun Hae kembali menatapnya dengan garis senyuman yang sangat kecil.
"Kepalaku yang mau pecah malam itu membawa langkahku untuk masuk ke dalam club itu. Aku menghabiskan uang yang kumiliki dengan bersenang-senang dengan para gadis pendamping disana, Aku tak mau lagi membebani otakku dengan bayangan kemurkaan wajah kakakku saat mengusirku. Lalu salah seorang gadis pendamping disana mengenaliku sebagai adik dari seseorang yang berkuasa, Dia sengaja mendekatiku untuk mengambil beberapa foto dan video dengan tujuan akan menggunakannya nanti sebagai alat untuk memeras kakakku".
Ha Jin menggoyangkan kaleng soda di tangannya untuk kemudian berkata, "Lalu aku yang sigap dan terlalu pintar ini bisa dengan cepat membaca keadaan yang ada. Aku menghalangi gadis sialan itu dan menghancurkan ponsel yang ia pakai untuk mengambil foto dan video kau yang sedang sangat mabuk".
Sun Hae kembali tersenyum, Kali ini sedikit lebih lebar.
"Sesungguhnya hingga detik ini aku masih penasaran, Kenapa malam itu kau menolongku noona? Padahal kita tak saling kenal saat itu".
Ha Jin menjawab dengan ringan, "Gadis sialan itu terkenal suka memeras pria-pria yang ia deteksi sangat kaya. Suatu hari seorang ibu-ibu pejabat mengacaukan dan menghancurkan barang-barang di club karena mengetahui suaminya telah bermain dengan gadis itu dan terus mengirimi gadis itu uang". Ha Jin mengangguk, "Dan banyak cerita-cerita lainnya lagi. Aku tak mau club kembali hancur karena dia menjalankan tipu-muslihat nya padamu".
"Sesederhana itu?".
"Apa?".
"Alasanmu menolongku".
Ha Jin menyeringai lalu bersandar pada kursi mobil, "Terkadang ada beberapa hal di dunia ini yang tak bisa kau jelaskan mengapa itu terjadi. Ada pertemuan yang tak di sengaja yang tak memiliki sebuah awal namun bisa berproses dengan indah, Ada hal-hal yang tak masuk akal yang sering sekali terjadi bahkan nalar pun tak mampu untuk menjelaskannya".
Seperti pertemuanku dengan pria tiga puluh tiga tahun itu. Prosesnya indah tapi apakah akan memiliki sebuah akhir yang indah juga?
"Apakah seperti bagaimana cara kita bertemu?".
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Romance
RomanceApa aku pantas jatuh cinta terlebih dengan sosok sempurna seperti dirinya?