Tidak seperti hari-hari sebelumnya, hari ini pada jam istirahat Flara memutuskan untuk berada di perpustakaan. Ia berjalan dilorong demi lorong. Memeluk beberapa buku yang sudah ada ditangannya.
"Sialan nih Bu Rosinta! Dia nyuruh gue belajar matematika di jam istirahat begini! Harusnya gue udah makan bakso sampe kenyang mampus!"
Flara mendengar suara laki-laki yang lumayan keras dari lorong buku itu. Kemudian ia pun berjalan menuju asal suara. Ia melihat lelaki yang tidak ia kenali namun ia ketahui sedang menatap kesal buku diatas meja.
Tapi Flara bersikap tak perduli. Ia pun berjalan menuju satu meja. Membuka satu buku dari enam buku yang ia ambil dan membacanya dengan telaten.
"Ehm.. Flara."
Flara menoleh dan melihat si lelaki yang kesal tadi. "Iya?" tanyanya.
"Ehm. Lo kenal gue kan?" tanya lelaki itu. Flara menggelengkan kepalanya.
"Gue Taren. Pasangan Tiara pas pesta Deana."
"Gue tau."
"Lah tapi katanya lo ga kenal gue."
"Gue emang ga kenal lo, gue cuma tau lo."
Taren mencoba mengendalikan kekesalannya yang semakin bertambah. "Ehm. Gue boleh minta tolong?" tanyanya.
Flara diam tanpa mengeluarkan kata apapun dan hanya menatap Taren.
"Ehm. Gini. Gu-gue kan ga bisa matematika. Lo bisa ajarin gue ga?" tanya Taren sambil mempersiapkan hatinya untuk ditolak.
"Mana?"
"Ha?"
"Mana soalnya?"
Mendengar pertanyaan Flara tentu membuat Taren bersemangat. "Ini, ini, ini, ini, dan ini." Ia menunjuk lima soal yang menurut Flara tidak ada sulitnya sama skali.
"Untuk soal ini lo buka dibuku halaman 56. Untuk ini lo buka dihalaman 70. Untuk ini lo buka dihalaman 45. Untuk ini lo buka dihalaman 83. Untuk ini lo buka dihalaman 103. Dan untuk soal terakhir lo tinggal pake insting lo doang. Ini gaada rumusnya. Pake aja insting lo. Gue rasa Bu Rosinta ngerjain lo di soal terakhir." jelas Flara.
Taren hanya diam memperhatikan Flara menjelaskan dari tadi. Ia meneliti setiap inci wajah gadis itu. Kini ia menyadari mengapa sahabatnya memperebutkan sosol gadis disampingnya saat ini. Bahkan gadis itu tidak sesadis yang ia pikirkan.
Lihatlah hidungnya yang mancung, matanya yang fokus menatap buku diatas meja, bibir kecilnya yang bergerak seolah lambat sekali dimata Taren. Tak lupa dengan leher mulus terpampang nyata dihadapan Taren karena gadis itu sedang mengikat rambutnya tinggi.
"Taren."
Bangke! Buat pertama kalinya gue bangga nama gue bisa seindah ini kedengerannya woy! Demi anak kecoa, suara ni cewek napa halus amat woy! batin Taren sambil terus menatap Flara.
"Woy!" Flara menepuk pundak Taren. "Lo mikir jorok ya?!" curiganya.
"Engga lah njir! Gila aja! Gue gak se mesum itu woy. Yauda gimana tadi?"
"Lo gak dengerin gue dari tadi?!"
Lebih bagusan gue neliti muka lo, Ra. Cakep banget anjir.
°•°
"Woy, Taren! Lo sehat?" tanya Jio. Tak ada jawaban dari Taren
Kini pada istirahat kedua, Taren berada di kantin seperti biasa. Bersama ketiga sahabatnya. Tapi sejak ia mendudukkan bokongnya disana tatapannya seolah terkunci pada sosok gadis yang kini sedang berbincang dengan sahabat dan adiknya itu.
"Lo suka sama Flara?" tanya Jio terang-terangan.
Sontak Gamal dan Eger menoleh bersamaan menatap Taren dengan tajam. Taren yang mendengar pertanyaan itu pun seolah tak peduli. Ia ingin menangkap dan merekam wajah Flara yang kini tersenyum.
"Kalau iya kenapa?" tanya Taren santai.
Tentu saja Gamal emosi. Sesudah Eger, kini Taren juga menyukai gadisnya. Tunggu, gadisnya? Kenapa terdengar sangat menggelikkan namun membuat hati Gamal hangat.
Gamal pun menatap arah pandang Taren, benar saja sahabatnya tengah menatap Flara. "Stop natap dia, Ren." suara Gamal terdengar sangat rendah.
"Kenapa? Lo pacarnya? Kan bukan." balas Taren santai.
Nafas Gamal sudah mulai tak beraturan karena menahan amarah yang sudah menumpuk. "Gue bilang stop natap dia!" ucapnya tajam.
"Itu hak dia." Suara Eger terdengar.
Gamal menatap Eger tajam. "Diem lo!" ucapnya kesal.
Eger justru tersenyum miring. "Lo ga berhak nyuruh Taren buat ga liat Flara. Mata juga mata dia. Lagian Flara ga punya pacar. Jadi semua laki-laki berhak suka sama dia. Termasuk gue dan Taren." ucapnya.
Bugh!
Sebuah pukulan berhasil di berikan Gamal kepada Eger. Tentu saja membuat perhatian seluruh murid dikantin ke arah mereka. Termasuk Flara.
Gamal menarik kerah seragam Eger yang sudah tersungkur di lantai. "Gaada yang bisa deketin Flara selain gue." ucapnya rendah.
Taren dan Jio berusaha memisahkan keduanya namun Gamal benar-benar sudah diselimuti amarah. Taren dan Jio paham jika sudah seperti itu, mereka harus menjauh. Kalau tidak, maka mereka juga akan bernasib seperti Eger.
Disela perkelahian itu Eger masih bisa tertawa sinis dengan darah di ujung bibirnya. "Kalau jantan ya ayo bersaing secara sehat. Bukan kaya gini. Mau sampe kapan lo di atur sama emosi lo sendiri?" sindirnya.
Gamal melepas kerah seragam Eger. Ia berdiri menatap Eger dengan tajam. Kemudian ia menatap Taren juga sekilas.
"Kalau begitu, ayo bersaing."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamal & Flara [Completed]
Teen Fiction🕢 COMPLETED🕢 🚨FOLLOW BEFORE READ🚨 Bukan cerita cinta biasa. Bukan cerita keluarga biasa. Bukan cerita yang bisa membuatmu terkejut. Bukan cerita yang bisa membuatmu menangis. Bukan cerita yang bisa membuatmu kagum. Bukan cerita yang bisa membuat...