Tidak terasa sudah seminggu terlewati. Gamal selalu mengantar bahkan menjemput Flara baik ketika gadis itu bekerja sekalipun. Ia berusaha menjalankan apa yang sudah ia janjikan pada Putra.
Selama seminggu terakhir pula Gamal selalu menerima paket aneh. Entah itu tikus mati, kelinci mati, kotak hanya berisikan darah, atau bahkan sebuah boneka yang dilumuri darah. Tapi Putra mengatakan bahwa itu artinya pelaku kejahatan itu sedang panas kepada Gamal. Putra juga mengatakan padanya hal itu bagus karena bisa saja suatu saat pelaku itu akan menampakkan dirinya.
Flara juga sudah berubah sedikit selama seminggu ini. Walaupun terkesan cetus tapi ia tetap memberikan perhatian kecil yang membuat hati Gamal berbunga-bunga. Ia hanya bisa berharap waktunya yang tersisa 6 hari itu akan membuahkan hasil manis.
"Eh! Gamal!" teriak Taren yang baru memasuki kantin.
Jam istirahat belum berakhir, Gamal memang menghabiskan waktunya bersama Jio dan Eger di kantin. Ia meniggalkan Taren yang dihukum karena tidak mengerjakan tugas tadi.
"Apaan?" tanya Gamal sambil memasukkan mie ayam kedalam mulutnya.
"Flara ditembak adek kelas!" teriak Taren.
Semua pandangan langsung menatap Taren. Gamal yang baru saja memasukkan mie ayamnya langsung tersedak dan meminum air mineral di botol bening itu.
"Apa?! Siapa yang berani?!" tanya Gamal dengan emosi.
"Reno. Anak sepuluh ipa satu." jawab Taren.
"Jangan emosi dulu, Gam." ucap Jio.
"Gak! Dia ngapain coba nembak-nembak gebetan orang!" Gamal langsung pergi dari sana menuju kelapangan.
Benar saja. Di lapangan sekolah ada Flara yang berdiri ditengah kerumunan siswa siswi SMA Gelahar. Didepannya ada seorang siswa dengan nama Reno di bajunya. Rahang Gamal benar-benar mengeras melihat itu. Ia pun menerobos kerumunan dan berdiri diantara kedua orang itu.
"Lo ngapain? Ha?!" bentak Gamal sambil menunjuk Reno dengan telunjuknya.
"Nembak Kak Flara." jawab Reno santai.
Flara hanya menggelengkan kepalanya yang pusing. Tadi saat jam istirahat dimulai, tiba-tiba adik-adik kelasnya masuk dan menariknya ke tengah lapangan. Disinilah dia sekarang. Mendengar perkataan cinta adik kelasnya yang menurutnya tidak masuk akal.
"Gaboleh!" bentak Gamal.
"Kenapa? Toh Kak Flara gak punya pacar. Kok Kak Gamal yang sewot sih?" tanya Reno tak terima.
Gamal hampir saja melayangkan tinju ke wajah Reno jika Flara tidak mencegahnya. "Udah. Biar gue yang urus. Lo balik ke kantin aja." ucap Flara dengan lembut.
"Gak. Gue disini!" tolak Gamal.
Flara hanya bisa menghela nafas berat. "Yauda jadi tadi apa yang mau lo bilang?" tanyanya sambil menatap Reno.
"Aku suka sama kakak. Dari pertama kali kakak nolong aku. Kakak baik, cantik, pintar. Aku tau mungkin terlalu cepat, kak. Tapi aku beneran suka sama kakak. Aku juga pinter kok kak." Reno melirik ke arah Gamal untuk menyindir lelaki itu.
"Lo yakin gue bakal nerima lo dengan sejuta alasan lo itu?" tanya Flara dengan wajah datarnya.
Reno mengangguk cepat. "Pasti kak! Aku tau dari temen-temen aku kalau kakak suka cowo pinter!" ucapnya percaya diri.
"Gue suka cowo pinter tapi gue ga suka cowo norak." ucap Flara sinis.
"Ta-tapi kak."
"Gue hargain banget usaha lo. Semuanya. Tapi maaf tipe gue bukan cuma pinter doang. Kalau memang tipe gue pinter mungkin sekarang gue uda ngejar-ngejar Jio yang notabene juara umum dari IPS."
Gamal yang mendengar ucapan Flara kini terlihat kesal ketika mendengar nama sahabatnya yang satu itu disebut. Cemburu dimulai.
"Tapi gue ga pacaran atau ngejar Jio kan? Bukan karena dia kurang pinter. Tapi karena gue suka sama orang yang bikin gue nyaman. Kepintaran akademik ga sepenuhnya buat lo bisa pintar dalam buat cewek nyaman, Ren. Gue minta maaf kali ini gue nolak lo. Bukan karena gue ga suka lo. Tapi gue ga kenal sama lo. Sama sekali. Tiba-tiba aja lo tarik gue kesini." Flara tersenyum kecil, mendekati Reno.
Tangan Flara menepuk pundak Reno. "Mungkin lo cuma kagum sama gue. Dari semua yang lo ucapin tadi, lo cuma liat gue dari covernya ,bukan? Itu salah. Lo harus kenali lebih dalam cewe yang lo suka. Baik engganya orang, bukan dari gimana cara lo mandang dia, tapi gimana dia mandang orang lain. Gue yakin lo bisa dapet cewek yang jauh lebih baik dari gue. Sorry ya." ucapnya.
Flara menatap Gamal dengan kesal. "Lo ikut gue!" bentaknya lalu berlalu darisana.
Kini Flara tengah berdua bersama dengan Gamal ditaman belakang. Gamal sudah tau ia akan diceramahi oleh gadis dihadapannya kali ini. Ia sudah pasrah.
"Lo ngapain ha? Lo ngapain tadi kelapangan bentak anak orang?" tanya Flara kesal.
"Ya gue ga terima, Ra. Masa gue usahanya udah kek banting tulang cari nafkah, eh dianya seenak jidat nembak."
"Dan menurut lo gue bakalan langsung terima?!"
"Ya kan mana gue tau. Siapa tau tuh cowo lebih cakep dari gue?"
"Nyatanya?"
"Nyatanya? Ya cakepan gue lah!"
"Lo tau tapi masih aja ngegasin anak orang, Gamal."
"Maaf, Ra." Gamal menunduk.
"Gue ga minta lo minta maaf. Gue cuma minta lo buat kontrol emosi lo. Ga semua hal selesai pake emosi. Bisa jadi emosi itu yang ngebuat lo jatuh."
Gamal mengangguk. "Iya, Ra." ia dapat mendengar suara helaan nafas Flara.
"Yauda ayo balik ke kelas." ajak Flara.
"Tunggu." Gamal menggenggam tangan Flara. Menatap mata Flara dengan dalam. "Selama lebih dari seminggu gue usaha, ada gak tanda-tanda gue bakalan diterima?" tanyanya.
Flara membisu. Ia diam menatap Gamal.
"Gak. Gue bukan gimana sih. Cuma kaya biar gue siap aja kalau gue bakalan ditolak minggu depan." ucap Gamal yang diakhirin kekehannya.
"Ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamal & Flara [Completed]
Teen Fiction🕢 COMPLETED🕢 🚨FOLLOW BEFORE READ🚨 Bukan cerita cinta biasa. Bukan cerita keluarga biasa. Bukan cerita yang bisa membuatmu terkejut. Bukan cerita yang bisa membuatmu menangis. Bukan cerita yang bisa membuatmu kagum. Bukan cerita yang bisa membuat...