Liver berjalan dengan jas hitam membalut tubuhnya. Wajah berkerut yang sudah menandakan dirinya sudah berumur tak dapat melunturkan aura menyeramkan dari dirinya. Ditambah dengan beberapa pengawal yang setia mengikutinya.
Saat ini Liver sedang berada disebuah gedung yang merupakan perusahaan dirinya dibidang senjata tajam. Jangan tanya apakah perusahaan itu ilegal atau legal, tentu saja ilegal. Tapi ia sudah menyuap beberapa polisi setiap bulannya untuk tutup mulut. Seolah semua hal didunia Liver dapat terselesaikan dengan uang.
Liver pun masuk kedalam ruangannya. Sedangkan para pengawalnya berjaga didepan pintu. Ia mendudukkan tubuhnya di kursi kebesarannya itu. Ia melihat map merah diatas meja. Kemudian ia membukanya. Ketika membuka itu senyuman terlihat di wajah Liver.
Ia mengambil satu foto. Kemudian ia membelai foto itu dengan penuh kasih sayang. Senyumannya tak pudar dan terus mengusap foto itu.
"Kamu milikku selanjutnya, Flara Pricillia."
°•°
Gamal baru saja sampai dirumahnya. Hari sudah malam namun ia tak peduli. Hari ini adalah hari paling membahagiakan baginya. Ia dapat menunggu Flara dan melihat wajahnya yang fokus membuat kopi. Mengantarkan gadis itu pulang dengan selamat. Merasakan sentuhan dipundak yang membuatnya berbunga-bunga.
Ketika Gamal membuka pintu, ia melihat Putra-ayahnya-berada diruang tamu dengan beberapa teman seprofesinya. Gamal pun memilih lewat dengan sopan dan tak lupa mengucapkan permisi.
Gamal menemukan sang bunda berada diruang keluarga sedang mengganti channel televisi. Ia pun mendekati Vio dan duduk disampingnya.
"Hai Bunda." sapa Gamal.
Baru saja duduk, Gamal sudah dihujani cubitan di lengannya. "Kamu ini. Kemana aja sih?!" omel Vio.
"Biasa. Pdkt, bunda." Gamal menyengir.
"Siapa yang mau pdkt sama kamu?"
"Flara."
"Flara? Yang ngaku ga kenal kamu itu?"
"Gausah diinget bagian itunya, bunda. Anakmu sudah berhasil nih! Walaupun masih pendekatan. Doain ya, bunda."
"Ngapain? Bunda malah doainnya semoga Flara sadar kalau kamu mah modal muka sama dompet doang."
"Bunda ih! Bukannya belain anaknya."
Vio terkekeh. "Iyaiya. Bunda doain. Lagian, kok bisa?" tanyanya.
Mengalirlah cerita mengenai usaha yang dilakukan Gamal. Mulai dari misi, datang ke kost Flara, belajar sampai subuh, hingga berhasil. Vio hanya menggelengkan kepalanya mendengar bagaimana kerasnya usaha putranya itu. Namun ia salut, Gamal bisa berubah satu malam hanya karna Flara. Ajaib.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamal & Flara [Completed]
Teen Fiction🕢 COMPLETED🕢 🚨FOLLOW BEFORE READ🚨 Bukan cerita cinta biasa. Bukan cerita keluarga biasa. Bukan cerita yang bisa membuatmu terkejut. Bukan cerita yang bisa membuatmu menangis. Bukan cerita yang bisa membuatmu kagum. Bukan cerita yang bisa membuat...