Chapter 4

701 38 0
                                    

Flara sudah memakai celemek berwarna biru dongker dengan logo sebuah toko kopi diujung kanan atas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flara sudah memakai celemek berwarna biru dongker dengan logo sebuah toko kopi diujung kanan atas. Ia mengikat rambutnya dengan rapi dan tinggi. Kemudian mulai bekerja.

Sejak satu tahun yang lalu Flara memutuskan untuk membantu Yadi menghidupi kehidupan mereka. Yadi sudah menikah dengan seorang penjahit. Mereka di karuniai 1 anak tampan.

Ia selalu mendengar Yadi dan istrinya membicarakan bagaimana mereka bertahan hidup dengan keadaan ekonomi yang tidak terlalu baik. Yadi hanyalah seorang guru swasta. Menghidupi 3 orang anak yang bahkan Flara dan Rena sudah menginjak sekolah menengah atas sungguh membuat mereka memiliki beban tersendiri.

Sejak saat itu Flara memutuskan untuk bekerja. Memang bekerja sebagai batender cafe tidak mendapatkan banyak uang. Tetapi setidaknya mampu untuk membiayai uang sekolah adiknya. Sedangkan dirinya mendapatkan beasiswa.

"Flara. Ini gajimu." ucap seorang pria paruh baya sang pemilik cafe sambil memberikan amplop coklat.

"Terima kasih pak." balasnya dengan sopan.

Ketika Flara menghitung hasil didalam amplop itu, senyum kecil terlihat diwajahnya. Ia berencana membelikan adiknya itu boneka yang lucu. Ia pun melihat jam yang melekat dipergelangan tangan kirinya. Pukul sepuluh malam. Sudah waktunya ia pulang.

Setelah berberes-beres akhirnya pun Flara pulang dengan menaiki ojek online. Jarak antara cafe dan juga rumah Yadi tidak terlalu jauh. Hanya memakan waktu sekitar sepuluh menit.

Sesampainya dirumah Yadi, ketika ia turun dari ojek ia mendengar suara teriakan-teriakan. Suara yang sangat Flara kenali. Suara Yadi dan juga istrinya.

Flara pun berjalan mendekati pintu rumah. Mencoba untuk menguping sejenak. Ia mendekatkan telinganya ke pintu rumah berwarna coklat itu.

"Kamu ga bisa gini, Citra. Mereka anak sahabat aku!" Flara dapat mendengar suara bariton Yadi.

"Oh gitu? Jadi kamu lebih ngebelain mereka yang bukan anak kamu?!" kini Flara mendengar suara istri Yadi yang bernama Citra yang penuh dengan emosi.

"Jangan seperti ini , Cit. Inget apa yang udah aku kasih tau ke kamu sebelum kita nikah."

"Iya! Aku tau mereka tanggung jawab kamu! Tapi pernah ga sih kamu mikir kalau kita tuh juga kekurangan, Yadi!"

"Aku bakalan cari penghasilan tambahan, Cit. Kalau memang ini semua karena materi."

"Bukan cuma materi! Kamu gak ngerasa kalau dua anak itu tuh ngeganggu pertubuhan anak kita! Anak kita jadi mainnya sama anak perempuan! Bukan ansk laki-laki!"

"Dia sudah sering bermain dengan anak komplek ini, Cit. Kau terlalu mempermasalahkan sesuatu yang tidak penting."

"Tidak penting?! Anakmu tidak penting?! Anak dari sahabatmu itu yang tidak penting?! Kemana dia sehingga meninggalkan anaknya hah?! Apakah dia seorang pelacur sehingga dua anak itu ditinggalkan?!"

Gamal & Flara [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang