Chapter ini sebenernya gak ada di list alur yg gue bikin sih tapi karena diliat liat masih ada yang penasaran sama masa lalu Jeje. Jadi kita flash back dulu sebentar.
___
"Jaehyun aja yang ngerjain, dia kan lolos olim ekonomi masa soal gini aja gak bisa."
"Sekelompok sama si Jaehyun aja, dia kan pinter biar dia sendiri yang ngerjain."
"Beruntung banget gue bisa sekelompok sama Jaehyun."
"Temen tuh kaya Jaehyun. Bisa ngerjain tugas kita. Pinter, cakep lagi."
Jaehyun hanya bisa tersenyum dalam diam mendengarnya. Benarkah ini semua pujian? Tak apa, mari anggap ini sebagai pujian untuknya. Untuknya yang memang sudah bekerja keras demi mendapatkan hasil ini.
Tapi ...
Jaehyun sangat penasaran, apakah pujian ini juga dilontarkan saat dia tidak ada di sekitar mereka? Mari kita berjalan ke belakang mereka dan menghilang sebentar.
"Buat apa pinter tapi sombong. Haduh, gue minta kerjain tugas gue aja dia nolak. Pelit ilmu."
"Percuma pinter sama cakep. keluarganya gak baik-baik. Lo tau bapaknya si Jaehyun? Tukang mabok, pas taun kemarin mati juga karena overdosis mabok. Mana ninggalin hutang di rentenir. ihh amit-amit."
"Kalau kagak pinter, mana mau gue deketin si Jaehyun."
"Bisa-bisanya yang kaya gitu juara olim."
Jaehyun terdiam.
Inikah pujian yang sebenarnya? Sosok seperti itukah Jaehyun di mata mereka? Jaehyun mencoba menyangkal, tidak kah sebelumnya mereka seperti memuja Jaehyun? Tidak kah mereka teman yang Jaehyun percaya? Tapi kenapa mereka berbicara seperti itu. Terlebih ... saat dia tidak ada.
Jaehyun kira, dengan dia berusaha keras untuk masuk tim olimpiade bisa membuat masa lalu tentang sang ayah terhapus. Tapi semua ini lebih buruk. Semakin dia bersinar, semakin banyak orang yang memperhatikannya, semakin keras masa lalunya yang menyakitkan itu berkumandang. Tidak bisakah mereka hanya melihat Jaehyun sebagai Jaehyun saja? Tidak bisakah mereka berhenti melihat Jaehyun sebagai anak seorang pemabuk?
Demi Tuhan, Jaehyun juga terluka saat itu.
Mereka membuat Jaehyun kembali mengingat luka itu. Dia ... bahkan baru sembuh dan bangkit. Tapi mereka malah kembali menyeret Jaehyun merasakan dan menambah luka itu. Tidak kah ini sangat kejam dan tidak adil?
"Bunda ... harusnya aku gak ikut olimpiade aja."
Jaehyun sudah berada pada titik lelahnya saat itu. Titel itu lama -ama membuat Jaehyun ingin menghilang tiba-tiba di muka bumi ini. Semua orang seolah mengawasi gerak-geriknya sejak saat dia mendapatkan titel itu. Semua orang seolah menuntutnya untuk selalu sempurna karena titel itu.
Jaehyun ... tidak bisa.
Dia ... tidak akan bisa menjadi sempurna.
Jaehyun tidak bisa mengiyakan semua permintaan orang yang berbondong datang untuk membuktikan titel itu. Jaehyun tidak bisa terus mengangguk dan tersenyum saat orang lain mendekat dan hanya mengincar hasil kerjanya. Siapa yang bisa begitu? Tidak akan ada yang bisa.
"Jaehyun nyesel ikut Bun. Kalo misal Jaehyun gak ikut, semua pasti gak akan kenal Jaehyun. Semua orang pasti gak akan pernah nyebut ayah di hadapan Jaehyun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect Jaehyun Squad! Jaehyun x 97 line [COMPLETED]✅
Fanfiction𝗯 𝘅 𝗯 𝗦𝗢𝗙𝗧 𝗝𝗔𝗘𝗛𝗬𝗨𝗡 Jaehyun memang memiliki pesona yang luar biasa, sampai-sampai ketiga orang yang baru dia temui di masa orientasi kampus langsung jatuh hati kepadanya. Mingyu, Eunwoo, dan Yugyeom akhirnya berjanji dan bersaing secara...