"Kita putus, All"
Allea tersenyum getir, semua ini sudah ia perkirakan akan terjadi.
"Yaudah, pintunya ada disana!" Allea menunjuk pintu menggunakan dagunya.
"Iya," jawab laki-laki tersebut yang beberapa menit yang lalu sudah menjabat sebagai Mantan kekasihnya. Sedetik kemudian Mantan kekasihnya itu beranjak keluar dari ruangan serba putih yang sudah ia huni selama satu Minggu ini.
Hening!
Tidak ada suara, hanya saja suara jam dinding serta jantung Allea terdengar jelas di telinga Allea.
Ting!
Suara nofikasi membuyarkan lamunan Allea, manik coklat Allea menatap benda pipih di atas nakas tanpa minat.
Sejurus kemudian ia beranjak mengambil benda pipih tersebut, lalu membaca chat dari seseorang.
Daddy.
Papa udah transfer uang 50 juta.Daddy.
Jangan tidur larut malam, udah tau Anemia.Daddy.
Papa pulang 2 bulan lagi, Mama kamu juga lagi sibuk.Allea menghela nafas panjang. Kedua orang tuanya memang masih lengkap, hidup pun tidak serba kekurangan.
Hanya saja, kedua orang tuanya lebih mementingkan karier mereka daripada Allea, putri semata wayang mereka.
Dulu Albi, mantan kekasihnya adalah semangatnya untuk tetap bertahan dengan segala keadaan, namun sekarang? Laki-laki itu sudah hilang bersamaan dengan mati rasanya hati Allea.
"Di dunia ini, tidak ada yang pernah tau apa arti sebuah rasa sakit!" Sudut bibir Allea terangkat keatas, menampakkan lengkungan bulan sabit.
"Beban!" ucap Allea seraya melepas selang infus di tangannya. Allea mencoba berdiri namun, kondisinya belum stabil membuat tubuhnya limbung dan seketika ambruk.
"Aku benci dunia ini," lirihnya sebelum kesadarannya benar-benar hilang.
******
"Lo beneran cuman Anemia? Tubuh lo memar-memar gitu!" Nurma menggenggam tangan dingin Allea dengan perasaan khawatir.
"Iya, ini mungkin akibat gue jatuh tadi." Nurma menghela nafas panjang, Allea yang dulu ia kenal sangat semangat berubah menjadi gadis yang pemurung.
"Yakin? Gue telpon Om Darma sama Tante Cika, ya?" tawar Nurma, namun Allea menggeleng kuat.
"Lo tau, 'kan? Tanggapan mereka dulu pas waktu gue pingsan di lapangan apa?" Nurma mengangguk lesu.
"Mungkin gara-gara gak sarapan terus sering begadang!" ucap Allea meniru-nirukan suara Papanya waktu itu.
"Terus Albi?"
"Gue putus sama dia!" ucap Allea dengan senyum paksanya, membuat Nurma menunduk dengan perasaan bersalah.
"All gue mau cerita." Allea melirik Nurma sekilas lalu menatap ke arah depan dengan tatapan kosong.
"Apa?"
"Sebenarnya, waktu di sekolah tadi Albi nembak gue!"
Deg!
Nyeri! Padahal baru tadi pagi laki-laki itu memutuskan dirinya, dan tiba-tiba ia mendengar kabar bahwa Mantannya itu mengajak sahabat kecilnya untuk menjalin kasih. Allea menatap Nurma lalu tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEA: Thank You, Ka!
Teen FictionAllea tidak pernah mengetahui, bahwa dikhianati oleh orang-orang di sekitarnya akan begitu sangat menyakitkan. Allea kekurangan kasih sayang. Satu persatu orang-orang yang ia anggap penting, mengabaikannya. Bahkan satu-satunya alasan untuk dirinya...