Bagian 14|| Ulah Galih?

6.4K 604 22
                                    

"Satu hari tanpa masalah, enak sekali!"

___________

Ketika tidak bisa lagi bersama sahabat, hanya kenangannya saja yang ada.

Kediaman Pahlevi, tak lagi sepi. Ada Caca yang selalu mengundang gelak tawa seisi rumah, begitu pula Allea yang juga ikut bergabung dengan percakapan hangat keluarganya.

Ini yang Allea rindukan selama ini, berada di tengah-tengah keluarga yang bahagia dan selalu bersama-sama.

Walaupun perasan Allea kini berbeda, pada Darma. Allea tak lagi bangga dengan pria yang berstatus Papanya itu.

Kepercayaan bahkan rasa sayang Allea seakan lenyap begitu saja. Allea benci pengkhianatan!

"Kak, Kak Allea kok bengong?" Allea seketika menoleh pada Caca yang sedang dipangku oleh Mamanya. Senyum tipis Allea terukir. "Nggak!"

"Oiya, Papa lupa! Papa punya hadiah lo buat kalian. Penasaran gak?"

"Penasaran, Pa!" ucap Caca dengan wajah berseri-seri, sedangkan Allea memutar bola matanya malas.

Pintar sekali Papanya menutupi kejahatannya dengan menyamar sebagai Suami dan Papa yang baik untuk keluarga.

"Tunggu, Papa ambil dulu!"

Tak selang berapa lama, Darma kembali membawa dua paper bag. Membuat wajah Caca seketika berbinar.

"Itu, apa?" tanya Caca seraya menatap Cika. Cika tersenyum lalu mencium pipi chubby Caca dengan gemas.

"Ini buat, Caca dan ini buat Kak Allea." Darma menyodorkan paper bag berwarna merah pada Allea. Allea tak bergeming sedikitpun.

"Terima kasih, Pa-pa!" ucap Allea seraya menundukkan kepalanya. Dulu, jika Darma datang dari luar kota pasti akan membawakan Allea buah tangan, dan Allea akan menyambut Darma dengan gembira.

Tapi, sekarang untuk tersenyum pada Darma pun wajah Allea terasa kaku.

"Kalian buka dong!" kata Cika seraya menatap kedua anaknya dengan senyum mengembang. Caca dan Allea mengangguk, dan membuka hadiah yang Darma berikan.

Mata Allea membulat, kala melihat gaun berwarna Purple dihiasi dengan manik-manik yang terlihat sangat indah. Dalam rangka apa Darma memberikan hadiah ini?

"Itu buat, kamu pentas seni dua hari lagi!" jelas Darma.

Ternyata Darma tau? Allea yang mulanya lupa, seketika menganggukkan kepalanya. Raut wajah Allea yang tadinya terkejut kembali seperti semula, datar dan terlihat dingin.

"Bagus banget!" seru Caca kala melihat hadiah yang Darma berikan padanya. Sedetik kemudian raut wajah Caca berubah mendung.

"Lho, kok. Sedih?" tanya Cika, diciumnya pucuk kepala gadis kecil itu lama.

"Caca kangen sama Bapak, Ibu!" Caca menghapus air matanya yang luruh. Allea terdiam.

"Caca, Caca jangan sedih! Kan udah ada Papa, Mama sama Kak Allea. Keluarga baru Caca!" ucap Allea seraya mendekati Caca. Caca mengangguk lalu memeluk Allea erat.

"Kok kulit, Kak Allea panas? Masih sakit?" Allea menggeleng cepat lalu berdiri.

"Kakak gapapa, cuman butuh istirahat aja! Kak Allea tidur duluan, ya!" Allea melirik sekilas ke arah Darma, dan Allea dengan sengaja tidak membawa gaun itu ke kamarnya.

Toh! Buat apa? Itu hanya pemanis yang pasti tidak akan bertahan lama.

"All? Gaunnya di bawa!"

ALLEA: Thank You, Ka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang