“Mari berteman, tanpa melibatkan perasaan!"
–Allea Intan Pahlevi.*****
Allea menatap Albi yang tidak tau sejak kapan sudah ada di dalam kelasnya, terlebih lagi mereka hanya berdua. Waktu jam istirahat baru saja datang, dan kemana Nurma?
"Hahaha, potong rambut All?" Albi tertawa hambar, sedangkan Allea tetap diam dengan ekspresi datar.
"Mau ngapain lo kesini? Nurma udah keluar dari tadi," ujar Allea mengemasi buku-bukunya ke dalam tasnya.
"Segitu bencinya lo sama gue? Sampai-sampai lo potong rambut panjang lo," lirih Albi seraya menatap sendu Allea.
Tidak! Allea tidak boleh luluh begitu saja.
"Hubungannya sama benci apa, ngaco!" Allea melangkahkan kakinya, menghiraukan tatapan penuh penyesalan yang Albi tunjukkan.
"Gue gasuka sama cewek rambut pendek, kalo lo lupa!" jawab Albi seraya menggenggam tangan Allea erat.
"Bagus! Itu lebih bagus, sekarang lepasin tangan gue!" Allea menghempaskan tangan Albi kasar.
"Satu lagi!" Allea berbalik secara menunjuk dada Albi. Seketika Albi memasang wajah datar.
"Jangan sekali-kali lo nyentuh gue, inget itu!" bentak Allea, membuat Albi tertegun.
"All–"
"Ah, bacot!" bentak seseorang yang berdiri di ambang pintu. Allea tersenyum menatap orang itu, sedangkan Albi tersenyum miris.
"Ayo, Ka!" Allea menarik tangan Azka lembut. Azka tersenyum miring menatap Albi yang sudah merasa tersakiti.
"Ayo, Sayang!" Azka mengerling jahil dengan senyum miring menghiasi wajahnya, membuat emosi Albi kian meluap.
Semenit kemudian, Allea dan Azka sudah menghilang dari hadapan Albi.
"Gue sekarang sadar, All! Gue pengen lo balik!" lirih Albi seraya keluar dari kelas Bahasa.
*****
"All, kok lo potong rambut? Mau godain gue, ya?" ucap Azka dengan senyum menggoda.
"Hah?" Allea membeo tak mengerti.
"Salah satu tipe cewek idaman gue, punya rambut sebahu!" jelas Azka membuat mata Allea melotot sempurna. Sungguh Allea tidak tau.
"N–nggak kok, gak gitu!" ucap Allea gelagapan, sedetik kemudian Azka tertawa terbahak-bahak.
"Apa? Apa? Mau ngelak lagi?" Azka semakin gencar melakukan aksinya untuk menggoda Allea, hingga pipi gadis di sampingnya merona merah.
"Ish! Tau–ah!" Allea berjalan lebih cepat daripada Azka, membuat Azka tersenyum gemas.
“Gue bakal, lakuin apapun asalkan gue bisa liat senyum indah itu, All!” batin Azka seraya menyusul Allea yang sudah jauh memasuki kantin.
Allea menghela nafas, akhirnya dia bisa bebas dari goda-godain Azka yang membuat jantungnya lari maraton.
"Eh, itu Allea?"
"Kemana rambut panjangnya?"
"Mungkin dipotong, upayanya buat ngelupain Albi gak main-main ternyata, Bund!"
"Albi?"
"Iya, Albi itu benci alias gak suka sama cewek rambut pendek! Allea udah keluar dari tipe Albi," ucap seseorang yang menimpali percakapan yang Allea dengar sayup-sayup.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEA: Thank You, Ka!
Teen FictionAllea tidak pernah mengetahui, bahwa dikhianati oleh orang-orang di sekitarnya akan begitu sangat menyakitkan. Allea kekurangan kasih sayang. Satu persatu orang-orang yang ia anggap penting, mengabaikannya. Bahkan satu-satunya alasan untuk dirinya...