Bagian 5|| Kambuh?

9.9K 823 43
                                    

“Patah hati terbesarnya seorang pria, ketika ia telah gagal melindungi orang yang ia sayangi!” –Azka Kaysa Alfito–

*****



Angin bertiup kencang, Allea yang sedang duduk melamun di atas balkon terkesiap.

Raganya memang ada disini, tapi pikirannya berkelana kemana-mana. Allea berdiri membuat rambut pendeknya bergerak akibat angin yang sedikit kencang.

"Mendung," lirih Allea, jari-jarinya menyentuh pembatas balkon, lalu ia menghela nafas panjang.

Ingatan Allea kembali pada kejadian-kejadian yang telah menimpanya, miris. Allea bodoh!

Ingin Allea menangis sekuat-kuatnya, mengamuk sejadi-jadinya, dan membalas perbuatan mereka yang telah membuatnya seperti ini. Tapi, Allea sadar itu semua tidak akan pernah terjadi.

Air matanya telah mengering, bahkan ingin membalas rasa sakit hati? Allea tidak tega.

Tes!

Kepala Allea berdengung. Allea memejamkan matanya menikmati sengatan-sengatan yang tercipta di dalam kepalanya. Bahkan rasa sakit itu belum seberapa, jika dibandingkan hati Allea yang mungkin sudah hancur tak berbentuk.

Darah segar jatuh ke permukaan baju yang Allea pakai, warna merah yang telah menodai baju putihnya itu ia hiraukan.

"Kepala Allea sakit, Allea yang rasain sendiri!" lirih Allea, butiran bening jatuh tanpa ijin membasahi pipinya.

Jika bersama Azka, Allea akan tertawa dan terlihat pemalu, lain cerita ketika Allea sendiri.

Allea tertekan.

Allea lelah.

Batinnya meronta, tidak kuat dengan kejadian dimana selalu ia yang akan tersiksa.

Hatinya hancur, remuk, dan sudah tidak berbentuk.

Allea mengusap hidungnya kasar, menggunakan telapak tangannya.

"Mungkin dengan matinya Allea, kalian akan bahagia!"

"Tapi, Azka lo," lirih Allea sedetik kemudian Allea menggeleng kuat.

"Dia cuman peduli! Bukan berarti takut kehilangan lo, All!" Allea meringis dengan nafas tersengal, air matanya jebol pertahanannya runtuh.

Kadang ia berpikir, apa kisahnya akan seperti kisah Wattpad yang berakhir happy end.

Dimana dia akan berkumpul kembali dengan keluarganya dan merasakan kasih sayang orang tuanya.  Apa suatu saat nanti Allea akan menemukan laki-laki yang menerima Allea apa adanya

Atau sebaliknya? Allea akan menyerah pada penyakitnya dan keadaan dimana Allea benar-benar terpuruk.

"Dunia Allea sudah berbeda, orang yang Allea sayang satu persatu pergi, hilang ntah kemana!" Allea mengambil dua helai tisu yang tersedia di atas meja balkon. Diusapnya sisa darah yang masih menempel di hidungnya.

"Kalau bukan lo sendiri! Terus siapa?" Allea menatap dirinya pada pantulan kaca jendela.

"Gaada, kan? Hahaha!" Allea tertawa kecil, yang sebenarnya tidak terdengar seperti tertawa.

"Ingat Allea, diri lo, dan penyakit lo itu cuman beban bagi mereka!" lirih Allea.

Semenit kemudian, mata Allea memburam, cepat-cepat Allea mengembalikan kesadarannya kembali. Allea berjalan gontai memasuki kamarnya dan segera mengunci pintu balkon.

ALLEA: Thank You, Ka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang