Bagian 24|| Rumah.

5.4K 482 19
                                    

Bolehkah Allea meminta penderitaannya cepat berakhir? Allea benar-benar sudah lelah.

Lelah dengan menerima kenyataan, terpaksa.

Gadis itu kini nampak murung seraya menatap laki-laki yang duduk di sampingnya dalam. Setidaknya keberadaan laki-laki itu sedikit mengobati Allea.

"Kebiasaan banget, kabur-kaburan!" Mata Allea menyipit menatap Azka yang terlihat kesal tanpa menatapnya balik.

Allea menggeleng lalu terkekeh kecil, membuat perhatian Azka seketika teralih pada gadisnya itu.

"Emang sesering itu?"

Pukk!!

Satu sentilan mendarat di dahi Allea pelan, Allea mendengus lalu memukul bahu Azka.

"Lo bisa gak, diem gitu? Lo itu lagi sakit, All!" Suara Azka naik beberapa oktaf membuat Allea terlonjak kaget.

"Anu, Allea stres di rumah," ucap Allea jujur, Azka menoleh lalu memegang pipi Allea.

"Kalo lo butuh teman cerita, bilang sama gue! Kalo lo butuh bahu buat nyandar, panggil gue! Kalo lo butuh duit atau barang, minta aja sama gue!" ucap Azka seraya menatap Allea serius, sedangkan Allea hanya melotot kaget karena pipinya sudah dicengkeram kuat oleh Azka.

"Ish-" Allea memukul tangan Azka yang masih setia di pipinya tadi.

"Maaf. Gue cuman khawatir."

Angin berhembus kuat, membuat suasana malam terasa semakin dingin. Pori-pori kulit Allea terasa beku.

Allea mendekatkan diri pada Azka yang fokus menatap setiap inci wajah gadisnya. "Azka dingin!"

"Dingin ya? Mampus, suruh siapa keluar rumah, hm?" Bibir Allea mengerucut, dahi Allea pun turut berkerut. Ada perasaan jengkel pada sang pria.

"Ish, Azka nyebelin!"

"Gak peduli."

"Azka!"

"Nih." Azka melepas jaketnya lalu memberikannya pada Allea yang memasang wajah garang. Seketika Allea luluh.

"Makasih, ganteng!"

"Dih, sok iye!" cibir Azka seraya berdiri. Suasana taman kian sepi, menyisakan muda-mudi yang masih belum ada niat beranjak dari tempatnya.

Badan Azka yang kini hanya terbalut kaos putih nampak bergetar, kala angin malam menerpa kulitnya.

Sedangkan, Allea hanya diam memperhatikan Azka yang berdiri. Tanpa niat menjawab ucapan Azka.

Toh, dirinya memang salah.

Keluar rumah malam-malam seperti ini, tanpa sepengetahuan orang rumah hanya untuk menemui Azka.

Masalah demi masalah memenuhi kehidupan Allea, sebab itu Allea mencari Azka untuk teman cerita saat ini.

"Ka, lo yakin gue sembuh?" Bibir tipis Allea bersuara, sedangkan yang ditanya hanya menoleh sekilas.

"Yakin."

"Kenapa nanya gitu?" lanjut Azka.

"Soalnya gue udah capek minum obat," lirih Allea jujur. Azka menghela nafas gusar lalu berjalan ke arah Allea dan duduk di dekatnya.

"Gue tau lo banyak masalah, All."

Allea menoleh lalu tersenyum tipis. "Gue harap, gue bisa bahagia kalo misalnya emang gue gak ditakdirin buat sembuh."

ALLEA: Thank You, Ka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang