BAGIAN 27|| DUKA?

9.8K 560 28
                                    

"Diumurku yang sekarang, aku hanya ingin tenang. Setidaknya sebelum aku benar-benar dijemput takdir."

Kebahagiaan tak perlu dicari, hanya bagaimana kita mensyukuri nikmat Tuhan yang sudah tercatat menurut takdir.

Kebahagiaan tak perlu dicari, hanya bagaimana kita mensyukuri nikmat Tuhan yang sudah tercatat menurut takdir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tubuh kurus Allea melemas, kala membuka topi rajutnya. Mata sayunya seketika mengeluarkan air, segumpal rambut ikut tertarik kala Allea menyisir rambutnya.

"Ingat, Allea. Yang diciptakan olehnya, akan kembali juga padanya!" Allea menghirup udara dalam-dalam lalu berjalan ke arah nakas dan mengambil benda tajam dari sana.

Beberapa menit kemudian, Allea masih terpaku menatap pantulan dirinya di cermin. Antara ragu dan sedih akhirnya Allea memilih memangkas rambutnya.

"Kamu kuat, gaboleh nangis," gumam Allea berkali-kali. Akhirnya, Allea tak perlu sedih terus menerus kala rambutnya selalu rontok.

Prang!

Allea menoleh ke arah pintu, dimana Dewi mematung dengan mata melotot menatap Allea tak percaya. Senyum tipis Allea terpancar, membuat sang Nenek seketika roboh.

"Nenek?" Allea berlari ke arah sang Nenek yang sudah tak sadarkan diri, karena melihat keadaannya tadi.

"Allea?"

"Kakak?"

Cika syok, dan Caca pun seketika menangis kencang. "Kenapa, Allea? Apa yang terjadi?"

"Ma, Allea capek terus-terusan ngeliat rambut Allea rontok, karena efek obat. Jadi Allea mutusin buat cukur aja semuanya."

Deg!

Cika tau betul yang di hadapannya saat ini bukanlah Allea anaknya yang dulu. Dulu jangankan untuk di potong, rontok sedikit Allea pasti akan berteriak dan menangis seharian.

"Nek? Bangun, Nek!" Allea meletakkan kepala Neneknya di pangkuannya.

"Allea, kenapa jadi seperti ini, Nak?" lirih Dewi seraya memegang pipi sang Cucu. Tangisan wanita tua itu terdengar jelas.

"Allea capek."

Lagi-lagi Allea tersenyum tulus, membuat hati Dewi seperti tersayat ribuan jarum. "Apa yang kau bicarakan ini, Allea!" Tekan Dewi dengan nafas tercekat.

"Tidak," lirih Allea seraya membiarkan Dewi duduk.

"Apa yang kau lakukan pada rambutmu?"

"Aku hanya menyingkirkan penderitaanku saja."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALLEA: Thank You, Ka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang