Bagian 7|| Selamat tinggal Ma, Pa?

9.3K 767 26
                                    

"Bahkan, orang tua pun bisa menjadi alasan patah hati terbesar anak perempuannya!"
-Allea Intan Pahlevi-

*****


"Wih! Udah pulang dari rumah sakit, nih?" Allea yang ditanyai pun mengangguk seraya menyembunyikan guratan merah di pipinya. Azka tersenyum gemas.

Kini, Allea sudah berada di tempat parkir rumah sakit. Ya! Rumah sakit yang Allea huni selama dua Minggu lamanya bahkan lebih.

Allea celingak-celinguk mencari dua sosok yang Allea tunggu-tunggu dari tadi untuk menjemputnya, namun tidak ada. Wajah Allea berubah muram, manik coklatnya menatap Azka dalam.

"Papa sama Mama gak dateng lagi?" tanya Allea seraya menggigit bibir bawahnya. Azka menggeleng, memang Darma dan Cika tidak pernah datang lagi untuk menjenguk anak semata wayang mereka.

"Oh! Ayo pulang," ujar Allea seraya mengusap air mata dikelopak matanya sebelum jatuh.

Allea benci berada di situasi seperti ini!

Jangan tanyakan suasana hatinya seperti apa saat ini!

"All, lo gapapa?" Allea mengangguk seraya membuka pintu mobil Azka dengan wajah yang menunduk. Azka berdecak dengan wajah datar.

"Beneran?" tanya Azka yang sudah mengambil tempat duduk di kursi kemudi. Allea mengangguk lalu menoleh kepada luar jendela. Air matanya jatuh kembali, Allea rapuh!

Patah hati, tidak selamanya tentang pacar atau pasangan. Keluarga pun bisa menjadi alasan patah hati terbesar seorang anak. Disaat Allea butuh mereka di sampingnya, mereka tidak ada. Allea merasa disisihkan dari keluarga Pahlevi.

"Bahkan, orang tua pun bisa menjadi alasan patah hati terbesar anak perempuannya!" Azka melirik Allea yang masih setia menatap ke arah luar mobil.

"Lo jangan sedih!" ucap Azka seraya memegang telapak tangan Allea, yang Allea letakkan di pahanya.

"Gue gak apa-apa kok, beneran!" Allea menoleh pada Azka seraya tersenyum tipis, mata Azka menyipit sekilas lalu melanjutkan mengemudi mobilnya ke arah kediaman Pahlevi, keluarga Allea.

Allea pun langsung menutup wajahnya menggunakan brosur rumah sakit yang sedari tadi ada di tangannya.

'Papa, liat nih! Allea buat lukisan bagus banget!'

'Sebentar Allea! Papa lagi banyak tugas, besok ada meeting.'

'Ta-tapi Pa!'

'Lebih baik kasih tau Mama aja, ya Sayang?'

Allea membuka matanya lalu melirik Azka yang fokus menyetir, ingatan masa lalunya sangat mengganggu pikirannya.

'Ma! Lihat nih, baguskan?'

'Iya bagus!'

'Tapi Mama belum liat lho! Mama sibuk juga?'

'Mama yakin, kalo lukisan Allea itu bagus! Anak Mama 'kan udah gede kelas sembilan SMP. Harusnya bagus dong!'

'Ta-tapi Ma...'

'Besok Mama ada sidang, Allea!'

Sedari dulu, Darma dan Cika tidak pernah menganggap Allea ada! Uang, uang, dan uang saja yang menjadi prioritas mereka, sampai mereka lupa ada seorang anak yang butuh kasih sayang mereka.

"Kalo gue tau akan berakhir seperti ini! Gue lebih baik terlahir di keluarga yang sederhana, daripada keluarga yang serba berada."

*****

ALLEA: Thank You, Ka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang