Bagian 19|| Kabur [1]

6.1K 581 28
                                    

Gaada penyesalan yang datang di awal.

___________

Mereka hanya kasihan, kecuali Azka!

"Allea, semangat! Kamu harus sembuh."


Allea menoleh pada Cika yang duduk di samping ranjangnya. Allea tak menanggapi, Allea lebih memilih memutus kontak matanya dengan sang Mama.

Kenapa baru sekarang?

Kenapa baru sekarang, Cika datang dan memberikan ucapan semangat? Kenapa begitu telat?

Allea mendengus lalu memunggungi Cika, rasa sakit sebagai anak yang tak dianggap semakin meradang.

"Keluar," lirih Allea. Cika tersenyum tipis lalu mengusap rambut Allea yang tak lagi lebat.

Semenit kemudian, suara pintu tertutup terdengar, sepertinya Cika seketika paham dengan ucapan Allea.

Allea menoleh ke arah pintu lalu membenarkan posisi tidurnya, kini otak Allea dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang membuat beban Allea semakin berat.

"Kalo bukan karena Leukemia, gue gabakalan pernah ngerasain kasih sayang Mama secara nyata. Ntah, gue mau berterima kasih atau apa sama penyakit ini!" Allea memegang dadanya dan tersenyum tipis.

"Tapi, sama saja! Mama sudah telat, gue tau itu cuman bentuk simpatinya."

Dengan posisi seperti ini, Allea bisa melihat orang-orang berlalu-lalang di depan ruangannya. Karena, sebagian ruang ICU yang Allea tempati lebih dominan kaca.

Apalagi dengan posisi Allea yang merebahkan kepalanya di atas tumpukan bantal.

"Dia hanya kasihan!"

Allea memejamkan matanya lalu menunduk. "Dia hanya kasihan!"

Tangan Allea terangkat dan memegangi kepalanya yang terasa ingin pecah.

"Mereka semua cuman kasihan!"

Tak lama kemudian, terdengar suara isakan disertai gumaman yang terdengar pilu di telinga. Allea stres dengan keadaan saat ini, belum lagi tadi Cika berkata akan melangsungkan perceraian dengan Darma.

Sebagai anak, Allea tak mau itu terjadi.

"Mama harap kamu setuju, Allea!"

"Apa Allea bisa memilih? Antara setuju dan tidak setuju?"

"Tidak!"

"Terserah!"

Kepala Allea berdengung, ucapan Cika terasa sangat nyaring di telinganya.

Allea tidak pernah meminta untuk dilahirkan. Merekalah yang membawa Allea ke dunia ini, bahkan merekalah yang membuat Allea ingin menghilang dari bumi ini.

"AZKA!" jerit Allea begitu nyaring, hingga beberapa Suster yang sengaja ingin mengecek kondisi Allea kaget bukan main.

"Azka dimana?" tanya Allea seraya mengerjap-ngerjapkan matanya dengan suara kekehan yang membuat Suster di hadapannya bergidik ngeri.

"Cuman dia yang sayang Allea."

*****

"Om, saya mohon! Allea butuh donor, Om!" Azka nampak memelas memohon dan memegangi kaki seorang pria.

Nafas Azka tersengal, sudah dua jam Azka memohon dan merayu orang tua di hadapannya itu.

"Om, om tau gak? Baru kali ini saya mohon-mohon!" ucap Azka dengan santai merebahkan kepalanya beralaskan rumput.

"Terus?"

"Jadi, ayolah Om! Ntar, Azka bayar pake nastar buatan Mama Azka, deh!"

Darma terbatuk mendengar ucapan bocah ingusan yang dengan seenak jidat tiduran di depan rumah orang.

"Ayolah, Om! Masa om tega sih, anak om udah kurus nungguin om!" bujuk Azka kembali, kali ini Azka menatap Darma dalam.

"Masih om pikirin!" ucap Darma ketus.

"Iddih! Sok jual mahal, lagian tulang sumsum itu cepat beregenerasinya om! Satu Minggu doang, pasti om pulih deh, percaya sama anak IPS!" Azka tak menyerah dengan kepintaran di atas rata-ratanya.

"Kamu ada-ada aja, kalau ada efek sampingnya bagaimana?"

Azka mendengus lalu duduk.

"Jangan pikirin itu, Om! Pikirin masa depan Allea, apa Om nggak mau liat senyum Allea lagi? Saya mohon, kali ini saja bantu Allea!"

"Setidaknya, tunjukin kalo om itu ayah yang bertanggung jawab! Permisi." Azka beranjak dan membenarkan posisi tali ranselnya, yang awalnya berada di dahinya.

Azka menoleh lalu menatap Darma yang nampak tak tenang, senyum miring terpatri dari wajah tampannya.

"Baperin calon mertua udah! Sekarang waktunya ketemu anaknya!"

Azka menyugar rambutnya lalu bergegas mengarahkan laju mobilnya ke arah rumah sakit tempat Allea dirawat.

Beberapa menit kemudian, Azka sudah masuk dalam pelataran parkir rumah sakit. Dengan senyum yang merekah Azka membawa sebuket bunga di tangan kanannya.

Tubuh Azka mematung, dengan badan seketika terasa dingin. Mata Azka memerah kala melihat kursi roda berisikan seseorang keluar dari ruang ICU tempat Allea dirawat.

Dada Azka seketika sesak, refleks Azka menjatuhkan bunga yang ia bawa.

"Ngapain lo keluar?" bentak Azka seraya mencekal tangan Allea kasar, Allea tersenyum lalu melompat girang.

"Cari Azka!" ucap Allea manja seraya memeluk tubuh Azka yang masih tegang. Mata Azka menajam kala melihat Dokter serta beberapa Suster berlari ke arah mereka berdua.

"Mbak, jangan kabur-kaburan!" ucap salah satu Suster yang membuat darah Azka mendidih seketika. Melihat tampang tak bersalah dari orang itu, padahal Allea kabur itu juga salah mereka. Karena lalai merawat pasiennya.

"Sayang, jangan nakal biar cepet sembuh!" Allea terlihat menggeleng, membuat Azka menggerutukkan giginya gemas.

"Allea gak nakal, Susternya yang nakal maksa-maksa biar Allea makan! Padahal Allea udah kenyang!" ketus Allea seraya menatap Suster yang ia maksud.

Azka menghela nafas lalu mengusap rambut Allea lembut. "Allea, lo baru aja keluar dari ruang ICU. Mau masuk lagi?"

Tatapan Azka seketika menajam ke arah Allea. "Balik!"

Gadis yang membawa infus di tangannya itu seketika menghentak-hentakkan kakinya kesal. Membuat Azka menghela nafas berat.

"Balik, Sayang!"


Assalamualaikum, gays!

Rara UPDATE lagi nih, siapa nih yang nungguin?

Sengaja Rara ngetik 700-800 kata doang, soalnya lagi banyak kesibukan di dunia nyata.
-Buat ngobatin yang kangen-

Dan satu lagi, Minal aidzin walfaizin, mohon maaf lahir dan batin. Tolong maafkan kesalahan Rara, maupun yang disengaja atau tidak. Intinya Rara nggak mau ada yang masih nyimpen sakit hati akibat perbuatan Rara❤️🙏.

Selamat hari raya idul fitri.
Selamat beraktifitas.
Selamat membaca, see you next time.

Jember, Jawa timur.
Minggu, 16 Mei 2021

ALLEA: Thank You, Ka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang