“Semuanya berawal karena kita terlalu percaya!"
–Allea Intan Pahlevi-*****
"Nama anak ini siapa?"
Allea melirik Caca yang menunduk ketakutan, Darma dan Cika terlihat sangat menyeramkan di mata gadis kecil itu.
"Gebby Keysa Maharani, panggil Caca aja, Tante," cicit Caca ditatapnya mata Cika dalam. Azka yang duduk di tengah-tengah keluarga Allea hanya bisa diam. Azka pun tidak tau asal usul Caca darimana, Azka tak berhak ikut campur.
Allea menatap Darma tajam. "Allea pengen punya adek, dan Caca cocok untuk posisi itu!"
Wajah Darma seketika memerah, entah dia tersinggung atau apa?
"Selain Caca, Allea tidak akan mengakuinya!" ucap Allea memperjelas perkataannya, yang tentu hanya Darma yang paham akan hal itu. Rahang kokoh Darma mengeras, membuat Allea tersenyum miring.
"Mama, setujukan?" tanya Allea seraya berpindah posisi duduk di samping Mamanya. Allea mengerjap-ngerjapkan matanya tanda memohon.
Cika terlihat menghela nafas berat, lalu menatap Caca dan Allea secara bergantian. "Berapa umurnya?"
"Tujuh tahun, Tante!" Caca semakin menundukkan kepalanya, dengan sigap Azka mengelus rambut Caca seraya tersenyum tipis.
"Orang tuamu?" tanya Cika lagi, sukses membuat tangis Caca seketika membesar. Hingga seluruh ruangan di kediaman Pahlevi dipenuhi oleh suara tangisan Caca.
"Mama, orang tua Caca sudah tiada! Daripada Caca di panti lebih baik sama kita aja! Ayolah Ma, Allea pengen punya adek!" bujuk Allea lagi.
"Tante! Caca pengen bareng sama Kak Allea!" ujar Caca disela tangisannya. Darma hanya bisa diam, kalau ia berbicara akan bahaya jika Allea marah besar dan memberitahukan rahasia besarnya.
"Mas?" Cika memegang lengan suaminya dengan sorot mata mengiba. Seketika Darma menghela nafas.
"Terserah Mama, saja!" jawab Darma. Cika tersenyum lalu merentangkan tangannya ke arah Caca.
"Sini, Sayang! Sekarang Caca bagian dari keluarga ini!"
Senyum Caca dan Allea seketika terbit, Azka pun ikut merasa lega. Ditatapnya wajah Allea yang tengah berbinar itu. "Rencana apa yang kau pikirkan Allea?" lirih Azka.
Caca berlari kecil lalu masuk dalam pelukan Cika.
"Berarti sekarang, Caca boleh manggil kalian Papa, Mama, dan Kakak?" ucap Caca seraya menunjuk satu persatu anggota keluarga Allea. Cika mengangguk kecil.
"Selamat datang, Gebby Keysa Maharani!"
*****
Semburat merah muda di pipi Allea semakin nampak jelas di mata Azka. Kini, mereka berdua sedang duduk di atas balkon kamar Allea.
"Lagi seneng, ya?" tanya Azka seraya menoel dagu Allea, membuat empunya terjengit kaget.
"Iya," jawab Allea seraya merentangkan tangannya ke depan. Tubuh Allea seperti ingin terbang kala Cika menerima kehadiran Caca di rumah megah ini.
"Ginikan cantik, gak cengeng." Azka menatap wajah Allea lama, membuat Allea salah tingkah sendiri.
"Baru tau, orang sakit wajahnya bisa merah!" lanjut Azka semakin membuat Allea ingin kabur dari tempat itu. Kenapa Azka selalu menyebalkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEA: Thank You, Ka!
Novela JuvenilAllea tidak pernah mengetahui, bahwa dikhianati oleh orang-orang di sekitarnya akan begitu sangat menyakitkan. Allea kekurangan kasih sayang. Satu persatu orang-orang yang ia anggap penting, mengabaikannya. Bahkan satu-satunya alasan untuk dirinya...