EXTRA PART!!

9.4K 541 15
                                    

Lembut tutur katamu
Merdu tawamu, parasmu yang menawan
Buat diriku tak bisa lupa, uh-uh

Dari banyaknya insan di dunia
Mengapa dirimu yang aku sangka
Bisa temani hari-hariku yang tak selalu indah?
Walau kita tak bisa bersama

Dipertemukan semesta
Walau berakhir tak bahagia

Misellia Ikwan-Akhir tak bahagia 🎶

Dua Tahun dari sejak Allea pergi untuk selamanya, semuanya tak berubah. Azka masih tetap belum bisa melupakan Allea.
Allea terlalu indah untuk ia lupakan, cukup sakit bila dikenang.

Hatinya masih saja terukir nama indah Allea Intan Pahlevi. Azka tau, disetiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Namun, Azka sama sekali tidak menyangka caranya berpisah seperti ini.

Azka kini tumbuh menjadi laki-laki dewasa, diumur 21 tahunnya kini, Azka belum bisa membuka hatinya kembali.

Sikap Azka terlampau dingin kala berhadapan dengan lawan jenisnya, terlebih lagi jika lawan jenisnya itu menunjukkan ketertarikan pada dirinya.

Azka bukan tak menyukai wanita, hanya saja Azka masih belum bisa menyingkirkan satu nama dari hatinya.

"Lo kuliah?" tanya Ganes teman satu angkatannya yang kini menjabat sebagai sahabat barunya.

"Ada yang aneh?" Azka berbalik bertanya membuat Ganes menghela nafas gusar. Devano datang membawa nampan makanan dari kantin. Matanya tak lepas menatap Azka yang masih memasang raut wajah masam.

Devano yakin, pikiran Azka saat ini tak jauh dari sesenama seseorang dari masa lalu.

"Ntar sore ngumpul ayo, di rumah Galih!" ucap Devano mencairkan suasana yang tadinya hening.

Azka menaikkan satu alisnya, bukannya Galih berada di Surabaya? Laki-laki itu membuka  restoran kuliner di sana. Galih sudah benar-benar sukses, saat ini laki-laki itu mampu membeli apapun yang ia mau tanpa melihat harganya.

Sedangkan, Azka masih saja menjadi beban untuk keluarganya. Galih tak kuliah, tapi ia sukses.

"Galih?" tanya Ganes yang tak tau apa-apa. Devano mengangguk.

"Udah dua tahun aja, ya?" Azka menunduk seraya menyantap roti coklat yang berada di hadapannya lahap.

"Dan hati gue masih milik Allea!"

Devano menghela nafas, mengurus satu orang gagal move on seperti Azka membuatnya repot sendiri. Tak jarang Azka menangis diam-diam dan masih terlihat oleh dirinya.

Jangan bilang Azka lemah, semua laki-laki juga bisa menangis jika ia sudah lelah dan tak mampu menopang masalahnya.

"Nurma tuh!" Azka menunjuk seorang gadis yang berdiri di kasir menunggu Es Boba tersaji.

Gadis yang menggunakan dres berwarna putih dengan jepit rambut menghiasi rambut sepunggungnya.

Devano gelagapan menatap punggung gadis yang Azka sebut. Detag jantung-nya seketika menjadi tak aman kala Nurma berjalan ke arahnya.

ALLEA: Thank You, Ka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang