Semua terjadi karena keegoisan, terpaksa mengikhlaskan adalah pilihan terakhir.
___________
Jika keluarga diatas segalanya, kenapa aku merasa raga mereka bersamaku tapi hati dan pikiran mereka tidak! Apa aku salah? Lantas dimana salahku?
-ALLEA INTAN PAHLEVI-
Luka di tangan Allea mulai mengering, lain halnya luka yang berada di hati Allea. Bukannya sembuh, malah semakin hari semakin meradang saja rasanya.
Mental Allea dipaksa untuk selalu kuat. Belum dua hari Allea bersikap acuh tak acuh pada Darma, malah hari ini dengan lancang Syera istri kedua Papanya menginjakkan kakinya di kediaman Pahlevi.
Dengan tak tahu malunya ia berlagak seakan ratu di rumah Allea. Allea yang baru saja pulang dari sekolah, tersentak kaget akan keberadaan wanita yang duduk dengan tampang polosnya di atas sofa.
Manik coklat Allea menajam, dilihatnya juga Bi Imah yang kelelahan membersihkan sisa-sisa makanan yang berserak di atas meja.
"Lancang sekali anda!"
Allea melempar sepatunya secara asal, hingga mengenai vas bunga yang sama tingginya dengan dirinya.
Darah Allea terasa mendidih melihat senyuman dari orang yang sangat ia benci itu.
"Maaf, Bu! Dek Davin nangis terus," ucap Mang Ujang tanpa menyadari keberadaan Allea yang seakan sudah siap menerkam mangsanya.
"Kalian! Ngapain kalian berdua layanin wanita ini? Kenapa dia bisa masuk, hah? Udah berani kalian, masukin orang kerumah keluarga saya tanpa ijin?" sembur Allea yang terkesan kurang sopan pada yang lebih tua, Bi Imah dan Mang Ujang seketika menunduk takut. Kala sang pemilik rumah marah besar.
"Maaf, Non! Tapi Nyonya Syera memaksa masuk!"
Mata Allea membulat, apa tadi? Nyonya katanya? Menggelikan.
"Nyonya, Bibi bilang? Sejak kapan dia gaji Bibi? Hah," suara Allea naik satu oktaf lagi.
"Memang kenapa Allea? Bukannya saya ini Mamamu, dan seharusnya dia memanggil saya begitu, karena saya majikannya!" jawab Syera dengan wajah tenang.
Majikan? Hah mimpi.
Allea menggigit bibir bawahnya, mencoba meredam emosinya agar tidak memengaruhi kesehatannya lagi. Namun, tidak bisa emosi Allea benar-benar sudah di ubun-ubun.
"Keluar dari rumah ini! Anda bukan siapa-siapa di sini!" Allea melangkahkan kakinya secara tegas mendekati Syera.
"Hai, apa kau lupa siapa saya dan siapa Davin? Ingat, Allea! Di dalam diri Davin mengalir darah Pahlevi."
Menggelikan. Pahlevi katanya.
Allea terkekeh kecil, sudah tidak punya sopan santun ternyata juga tidak punya malu. "Pahlevi? Pahlevi siapa tuh anak?"
Dengan menahan tawa Allea duduk dengan angkuh, ditatapnya Syera dari atas sampai bawah.
"Davin Putra Pahlevi!"
Runtuh sudah pertahanan Allea agar tidak tertawa. Apa wanita ini benar-benar bodoh? Sampai tidak menanyakan asal-usul Darma.
"Aduh! Aduh! Bi, nama panjang Papa yang asli siapa, Bi?" ucap Allea seraya menatap Bi Imah yang menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEA: Thank You, Ka!
Teen FictionAllea tidak pernah mengetahui, bahwa dikhianati oleh orang-orang di sekitarnya akan begitu sangat menyakitkan. Allea kekurangan kasih sayang. Satu persatu orang-orang yang ia anggap penting, mengabaikannya. Bahkan satu-satunya alasan untuk dirinya...