“Semakin nyata, maka akan semakin sakit!”
__________________
Korban keegoisan orang tua!
Dengan cepat Allea menghindari tangan Azka yang berusaha memegang bahunya. Pikiran Allea benar-benar sangat negatif saat ini.
"All, gu-gue gak gitu!" ucap Azka seraya mengejar Allea yang sudah berlalu di hadapannya. Seketika tatapan tajam Azka dihadiahkan pada Galih, sang pelaku utama.
"Habis lo!"
Azka berlari semakin cepat, setelah merasa kehilangan Allea dari jangkauan matanya. Apa Allea benar-benar percaya bahwa Azka dan Galih melakukan hal yang aneh? Menjijikkan, Azka bergidik ngeri.
*****
"Ah! Albi–"
Secepat kilat Albi menggapai pinggang dan tangan Allea, mata Allea terpaku pada sosok di hadapannya.
Kenapa dunia ini terasa sangat sempit?
"All–" Kaki Azka seketika melemas, kala melihat Albi memeluk tubuh Allea cukup erat.
"Lo gapapa?" Tatapan Allea seketika menajam, setelah menyadari posisinya dan Albi cukup dekat.
Plak!
Tangan Allea melayang sempurna, pada rahang kokoh Albi. Seketika Albi memegangi pipinya yang terasa panas. Azka dan beberapa murid di koridor seketika diam.
"Berani banget lo nyentuh, gue! Seharusnya lo biarin gue, jatuh!" Allea menunjuk wajah Albi dengan penuh penekanan. Sedangkan Albi, wajahnya nampak menahan amarah.
"Cih!" Albi berlalu pergi dengan cepat dari hadapan Allea.
Allea terdiam, dengan nafas tersengal. Emosinya kini sampai di ubun-ubun siap untuk di lepaskan.
Kesalahan terbesar Allea, adalah mencintai seseorang cukup dalam. Akhirnya, sekarang ia berada di titik membenci orang itu.
Allea menghela nafas, lalu menoleh pada beberapa siswa yang masih mematung. "Apa?"
"Bubar!" ucap Azka lantang. Seketika beberapa siswa memilih beranjak pergi daripada melihat amarah Azka.
"Lo gapapa?" Tangan Azka menggapai pipi Allea lalu mengelusnya pelan. Allea menggeleng lalu menunduk.
"Lo beneran sama Gal-"
"Gue masih, normal! Gue masih suka sama lubang yang ori." Allea seketika melongo, otak negatifnya seketika berganti memikirkan betapa mesumnya pria di hadapannya ini.
"Ori?" ulang Allea sedikit ambigu. Azka terkekeh kecil lalu merangkul bahu Allea perlahan.
"Udah, lo gaboleh ngerres!" Tangan Azka dengan lancang menyentil dahi Allea, sudah berapa kali Allea diperlukan seperti itu?
"Yang ngerres, siapa?" tanya Allea dengan tatapan polos, seketika wajah Azka memerah.
"Gue!"
*****
"Mau makan dulu, All?" tawar Azka seraya tersenyum hangat. Allea menggeleng lalu menghela nafas, matanya celingak-celinguk dengan langkah membelah keramaian mall, yang Azka dan Allea kunjungi.
Gadis berseragam putih abu-abu itu beberapa kali tertinggal jauh di belakang Azka.
"Azka pelan-pelan!" rengek Allea seraya menghentakkan kakinya kesal. Azka terkekeh kecil lalu mengacak-acak rambut Allea gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEA: Thank You, Ka!
أدب المراهقينAllea tidak pernah mengetahui, bahwa dikhianati oleh orang-orang di sekitarnya akan begitu sangat menyakitkan. Allea kekurangan kasih sayang. Satu persatu orang-orang yang ia anggap penting, mengabaikannya. Bahkan satu-satunya alasan untuk dirinya...