Bagian 11|| Adik baru [1]

6.9K 684 19
                                    

"Balas dendam terbaik, adalah tidak perduli lagi!" -Allea Intan Pahlevi-




Hembusan angin menerpa wajah pucat Allea, kini ia sedang berada di taman rumah sakit. Tentunya dengan selang infus yang selalu mengikuti kemanapun Allea pergi.

Sedetik kemudian, Allea menghela nafas panjang. Ekor matanya melirik ke arah sekitar banyak orang-orang berlalu-lalang di koridor, yang bersebrangan dengan tempat Allea duduk.

Tenang, ini yang selama ini Allea inginkan. Hidup tenang, tanpa gangguan apapun. Allea memejamkan matanya seraya menyandarkan bahunya pada sandaran kursi roda.

"Kak! Kakak cantik, Kak!" Allea membuka matanya kala merasa ada seseorang yang memegang tangan kirinya. Allea menatap bingung gadis kecil yang berdiri di hadapannya.

"Kenapa, dek?" tanya Allea seraya membenarkan posisi duduknya.

"Boleh minta tolong?" tanya gadis kecil tersebut dengan mata mengerjap-ngerjap. Allea celingak-celinguk ke arah sekitar, sepi tidak ada siapa-siapa. Hanya mereka berdua, kemana orang tua gadis kecil ini?

"Nama Adek siapa? Terus orang tua Adek kemana?" tanya Allea. Gadis kecil di hadapannya seketika terisak, membuat Allea semakin bingung.

"Caca gatau! Tiba-tiba mereka hilang, mereka ninggalin Caca!" ujar gadis kecil yang bernama Caca tersebut. Allea seketika diam, lalu berusaha berdiri dari kursi rodanya untuk mensejajarkan tingginya dengan Caca.

"Hilang?" tanya Allea sekali lagi, Caca mengangguk lalu memeluk Allea erat. Hingga Allea hampir terjungkal ke belakang.

"Satu Minggu lalu, Caca sama keluarga Caca mau liburan, karena Caca ngantuk! Caca tidur duluan, setelah itu Caca gak inget lagi tiba-tiba Caca ada di rumah sakit, empat hari kata Bu Dokter!" adu Caca dengan air mata semakin merembes kemana-mana. Allea mengelus punggung Caca pelan, tak lama kemudian tangis Caca mereda.

"Caca takut, Caca takut sendirian, Kak! Caca boleh ikut Kakak gak?" Allea menjauhkan badannya dari Caca, lalu dengan gemas Allea menangkup pipi gembil milik Caca.

"Caca, mau ikut Kak Allea? Nanti kalo Papa sama Mama Caca nyariin gimana?" Caca menatap Allea dalam. Seketika Allea terdiam, seakan-akan Allea bisa membaca isi hati gadis kecil itu.

Satu bulir bening jatuh dari mata Allea, apa Caca juga kesepian seperti dirinya? Gadis sekecil ini.

"Papa sama Mama katanya udah pergi dan udah bahagia, Kak! Kenapa mereka gak ajak Caca?" tanya Caca dengan wajah polosnya, seandainya Caca mengerti dengan apa yang tadi yang ia ucapkan. Pasti hati kecil itu akan terluka.

"Karena, belum waktunya!" jawab Allea seraya menghapus air matanya.

"Terus tadi kata Bu Dokter, Caca mau dibawa ke panti asuhan! Caca tau tempat itu, dan Caca gamau!" Mata Caca kembali berkaca-kaca, Allea tersenyum tipis lalu mengangguk.

"Caca ikut, Kakak! Tinggal sama Kakak!"


*****

"Mbak, Allea yakin? Mau bawa Caca," tanya Dokter yang ber-tag Melati itu. Allea melirik Caca yang sedang duduk tidak jauh dari dirinya. Caca terlihat sangat bahagia setelah tau, Allea membolehkan dirinya ikut pulang bersama Allea.

Caca mengayunkan kakinya dengan wajah berbinar, membuat Allea semakin tak tega merusak kebahagiaan gadis kecil itu

"Saya akan merawat Caca dengan baik, Dok!" jawab Allea seraya menatap Dokter Melati yang merupakan Kepala rumah sakit.

ALLEA: Thank You, Ka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang