Bagian 3|| Maaf?

10K 947 30
                                    

“Dengan kata maaf, doang? Apa bisa jahit luka hati gue yang bahkan gue gatau cara ngobatinnya gimana?” –Allea Intan Pahlevi–


*****


"Sebenarnya lo sakit apa?" tanya Azka, kini mereka berdua dalam perjalanan pulang menuju rumah Allea. Mang Ujang pun, sepertinya sudah pulang terlebih dahulu, karena saat Allea kembali ke pelataran parkir rumah sakit, mobilnya sudah tidak ada.

"Anemia, mungkin!" lirih Allea.

"Gak kedengaran Allea!" Azka melirik Allea dari kaca spion motor sport-nya, tidak disangka Allea juga tengah menatap Azka.

"Iya gue tau!" Allea terperanjat kaget kala Azka berucap demikian.

"Tau apa?" tanya Allea penuh selidik. Allea menyipitkan matanya penuh curiga.

"Kalo Azka Kaysa Alfito itu, ganteng!" Allea melongo mendengar ucapan Azka yang menurut Allea sangat percaya diri.

"Oiya–"

Drttt! Drttt! Drttt!

Azka tak melanjutkan ucapannya, kala Allea mengambil Handphone dari saku seragamnya.
Sedangkan Allea menatap datar nama yang terpampang di layar Handphonenya.

"Siapa?" tanya Azka yang menyadari raut wajah Allea berubah masam.

"Papa," lirih Allea, dengan perlahan Azka menepikan motornya di pinggir jalan.

"Angkat!" perintah Azka, Allea mengangguk lalu segera memencet tombol berwarna hijau di Handphone-nya.

"Assalamualaikum, Pa?"

“Waalaikumsalam, Allea kamu ada dimana?” tanya Darma dari sebrang sana.

"Jalan!" jawab Allea singkat.

“Allea, Papa kasih kamu kebebasan bukan berarti kamu bebas ngelakuin apa saja!”

Allea mengerutkan keningnya, maksud Papanya apa?

“Mang Ujang, lapor sama Papa kalo kamu hilang dari rumah sakit! Kemana kamu? Keluyuran?” bentak Darma sukses membuat mata Allea berkaca-kaca.

"Nggak, Pa! I–ini All–"

“Kamu ini Allea, sudah penyakitan tidak tahu diuntung pula!”

Deg!

Azka yang melihat wajah sendu Allea, seketika menggenggam tangan dingin Allea erat.

"Pa? Papa lagi ngehina siapa? Allea ini anak Papa," desis Allea penuh penekanan. Penyakitan? Allea memang penyakitan, tapi tak sepatutnya Darma berkata demikian. Allea sadar diri.

“Terus tadi Nurma ngadu sama Papa, kamu gak tau malu apa? Sudah mengkhianati persahabatan kalian, cuman gara-gara cinta? All–"

"Kalau Papa! Tidak tau apa-apa sebaiknya, diam!" ucap Allea dingin, berani sekali Nurma memutar balikkan fakta.

“Allea! Papa tidak pernah mengajarkan kamu tidak sopan seperti ini, orang tua lagi ngomong bukannya diam, malah motong!” kata Darma penuh emosi.

Allea menggigit bibir bawahnya.

"Apa Papa ingat? Kapan terakhir kalinya Papa ngajarin Allea?"

Azka menatap Allea dari spion motornya tajam. Gadis di belakangnya terlihat tidak baik-baik saja.

“ALLEA!”

ALLEA: Thank You, Ka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang