Setelah kehilangan, mengajarkan segalanya. Yang tersisa hanyalah penyesalan.
_________
Albi Arsenio Putra.
Di ujung koridor, nampak seorang siswa laki-laki duduk menyendiri. Dengan raut wajah khawatir, ia menghisap rokok yang berada di antara sela jarinya.
"Gue, gak nyangka bakalan sefatal ini."
Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore dan siswa itu belum beranjak pulang dari sekolah. Yang jelas-jelas sudah bubar 1 jam yang lalu.
Rambut acak-acakan, baju yang tak lagi rapih, dan asap rokok mengepul keluar dari mulutnya secara teratur. Menunjukkan bahwa ia sedang tidak baik-baik saja.
"Harusnya gue, masih sama Allea."
Albi terbatuk lalu menoleh kesekitar, sekolah telah sepi. Sunyi.
Albi tersenyum miris lalu pergi meninggalkan sekolah menuju suatu tempat. Ia harap kesalahannya masih bisa diperbaiki.
Apa Allea sudah melupakannya? Terhitung sudah hampir 3 Minggu ia dan Allea sudah tak lagi bersama. Tentunya Albi tau siapa penggantinya saat ini.
Azka Kaysa Alfito, teman 1 angkatannya. Albi pun tidak menyangka bahwa Azka yang akan menggantikan posisinya.
Azka dan Allea tak pernah dekat, saling kenal pun tidak.
Tapi kini, dua orang itu mungkin sudah menjadi sepasang kekasih yang bahagia. Walaupun masih dihantui masa lalu dan penyakit ganas yang akan memisahkan mereka.
Albi yang sudah sampai di tempat tujuan seketika menghampiri kaca ruangan yang dihuni oleh mantan kekasihnya. Allea.
Gadis itu nampak lebih kurus, bahkan sangat pucat tak bertenaga. Albi meremas dadanya yang tiba-tiba sesak, melihat Allea menangisi gumpalan rambut yang tengah dipegangnya.
Allea terlihat sangat tersiksa, dan itu sangat menyakitkan untuk Albi. Tangan Albi perlahan menggapai gagang pintu ruangan, seketika aksinya berhenti. Ia seketika sadar posisi.
Allea sudah tak membutuhkannya. Justru kedatangannya akan memperburuk suasana yang ada.
"Gue harap lo baik-baik aja tanpa gue, All!"
Albi tertunduk dengan air mata yang perlahan luruh, ia akhirnya perlahan pergi. Meninggalkan seseorang yang tengah mengintipnya dengan raut wajah datar.
*****
"Dok, kapan saya boleh pulang? Saya sudah merasa lebih sehat." Senyum tipis Dokter yang Allea tanyain terlihat.
"Kalau kamu sudah diperbolehkan pulang!" Allea mengerucutkan bibirnya, yang benar saja! Dokter itu hanya membalikkan pertanyaan Allea.
"Tapi Allea bosan disini!"
Dokter itu hanya menggeleng seraya meninggalkan ruangan Allea.
Helaan nafas Allea terdengar, ia sangat merindukan dunia luar. Setiap hari yang Allea lihat hanya orang-orang berlalu-lalang dengan raut wajah yang berbeda-beda.
Ada yang terlihat khawatir, sedih, dan senang. Ntah, apa yang sebenarnya terjadi?
Sejenak Allea berfikir, kalau hidupnya berakhir apa orang tuanya akan sedih? Atau senang?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEA: Thank You, Ka!
Teen FictionAllea tidak pernah mengetahui, bahwa dikhianati oleh orang-orang di sekitarnya akan begitu sangat menyakitkan. Allea kekurangan kasih sayang. Satu persatu orang-orang yang ia anggap penting, mengabaikannya. Bahkan satu-satunya alasan untuk dirinya...