“Dipaksa dewasa oleh keadaan, dipatahkan oleh kenyataan, dan dihancurkan oleh percintaan!”
–Allea Intan Pahlevi–*****
Dengan sedikit tergesa-gesa Allea keluar dari rumah sakit, tadinya ia ingin menebus obatnya sendirian tetapi, Azka memaksa untuk ikut. Jadilah Azka menjadi ekor Allea.
"Dokter! Sakit, tolong! Huh! Mas," jerit seorang wanita memekakkan telinga Allea. Dari kejauhan terlihat sangat jelas seorang wanita yang tengah mengandung, berusaha menggapai kursi roda yang tersedia di depan pintu masuk.
"Dokter!"
Deg!
Mata Allea membulat sempurna, laki-laki itu kenapa bisa?
"Mas, aku udah gak kuat lagi! Tolong!" Laki-laki paruh baya yang terlihat khawatir itupun langsung mendorong kursi roda tergesa-gesa.
Buliran bening Allea kembali berjatuhan, seakan tak ada habisnya. Azka yang sedari mematung langsung menggapai pundak Allea.
Allea hendak menyusul Papanya, tapi Azka memegang tangannya. Wajah pucat Allea berubah memerah. "Gue harus labrak, Papa!"
Azka menggeleng. "Gaboleh! Lebih baik kita pulang, gue gamau lo makin sedih!"
Allea tetap keras kepala, tangisnya semakin besar. Tanpa Allea sadari, itu menyayat hati Azka hingga ada luka lebar yang menganga.
"PAPA! GUE BENCI PAPA!" Darma yang berjalan mendorong wanita hamil yang meronta kesakitan itupun, seketika menoleh terhadap Allea yang tengah menatapnya kecewa. Darma terkejut bukan main.
Allea meronta meminta untuk dilepaskan, Azka yang berusaha menahan Allea pun akhirnya menyerah. Azka menatap Allea dalam, gadis di sampingnya terlihat sangat terpukul.
Allea berlari ke arah Darma, dan apa yang terjadi?
"Heh! Wanita kampungan, siapa lo? Berani-beraninya lo ya?" Allea mengangkat sebelah tangannya hendak menampar wanita yang tengah kesakitan itu, namun tangannya terhempas seketika kala Darma menangkisnya kasar.
"JAGA SIKAPMU, ALLEA!" bentak Darma, Allea menggeleng dengan senyuman tipis menghiasi wajahnya. Buliran bening yang masih setia mengalir di kedua pipi Allea, tidak berhasil meluluhkan hati Darma.
"Oh! Allea tau sekarang, jadi karena wanita ini Papa kasar dan bersikeras ngusir, Allea? Iya?" Allea menatap nyalang pada wanita yang duduk di kursi roda. Dada Allea naik turun, sesak! Melihat perselingkuhan Papanya sendiri.
"Kalo iya? Kenapa?" kata Darma tanpa beban.
Plak!
"Lo ngasih pelet apa sama bokap gue? Hah? Dasar kampungan gak punya otak! Anj–"
Plak!
Mata Azka membulat, sedari tadi ia tak berani mendekat karena itu merupakan urusan pribadi keluarga Allea, tapi pukulan yang Allea terima tadi berhasil membuat emosi Azka naik ke ubun-ubun.
Memang pertama Allea yang menampar wanita yang bersama Papanya, tapi bukannya membela dirinya Papanya malah menampar Allea sangat kuat, dua kali lipat dengan tamparan Allea pada wanita itu.
Memang salah Allea tidak sopan dengan orang yang lebih tua, tapi Papanya juga salah!
"Aws!" Darah segar mengalir dari sudut bibir Allea, namun Darma malah diam menatap tangannya yang sudah gemetar.
"Hanya karena wanita ini, Papa tega lukain hati bahkan fisik, Allea!" Azka berlari menghampiri Allea yang masih setia memegangi pipinya. Rasa sakit hati Azka semakin menjadi ketika melihat darah segar membasahi seragam Allea.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEA: Thank You, Ka!
Teen FictionAllea tidak pernah mengetahui, bahwa dikhianati oleh orang-orang di sekitarnya akan begitu sangat menyakitkan. Allea kekurangan kasih sayang. Satu persatu orang-orang yang ia anggap penting, mengabaikannya. Bahkan satu-satunya alasan untuk dirinya...