Bagian 8|| Kepergok Papanya Azka?

8.4K 778 47
                                    

“Ingat! Orang yang paling menyebalkan sekarang, mungkin akan menjadi orang yang sangat kau rindukan kelak!"
-Azka Kaysa Alfito-

*****

Entah, sudah berapa lama Allea tertidur di ruangan yang tak lain kamar kostnya. Kamar yang hanya seukuran kamar mandinya dulu itu tidak membuat Allea merasa risih, buktinya gadis itu malah tertidur begitu nyenyak setelah merapikan barang-barangnya. 

Azka pun sudah pulang beberapa jam yang lalu, tentu Allea masih senantiasa marah pada Azka. Karenanya, Devano dibebankan dengan kedatangan Allea di kostnya ini.

"All!"

"Allea! Lo tidur?" Allea mengerjap-ngerjapkan matanya, lalu melirik ke arah kaca yang tertutup tirai. Terlihat bayangan Devano yang sedang memanggil-manggil namanya.

"Tunggu!" Allea mengambil jepit rambut, lalu memakainya secara asal.

Ceklek!

"Ini gue beliin lo, martabak sama jus alpukat!" ucap Devano setelah Allea membuka pintu kamarnya, tentu Allea menatap Devano bingung.

"Buat gue?" tanya Allea seraya menunjuk dirinya, Devano mengangguk.

Allea tersenyum canggung. "Buat Kak Devano aja, Allea beli sendiri aja!"

"Ck! Ini ambil, cepat!" Devano melotot dengan wajah garang, tentu Allea kaget.

"Ta–tapi, Kak! Allea–"

"Disuruh Azka!" Seketika Allea langsung ber–oh ria lalu mengambil makanan yang Devano pegang.

"Eh–"

"Kenapa, Kak?" tanya Allea kebingungan, sebab Devano langsung menggaruk kepalanya.

"Martabaknya disuruh bagi dua."


*****

Sudah pagi . . .

Ternyata, semua yang terjadi pada dirinya itu bukanlah mimpi tapi nyata. Allea diusir, diasingkan dari keluarganya sendiri. Hanya karena penyakit Leukemia itu Allea kehilangan segalanya, terlebih lagi rasa peduli orang tuanya hilang, entah kemana?

Allea membereskan sisa sarapannya yang tadi pagi Allea beli dari pedagang keliling. Matanya berkaca-kaca kala mengingat sekelebat ingatan masa kecilnya.

'Ini nasi gorengnya tambah, dong!'

'Udah kenyang, Ma!'

'Yaudah biar Papa yang makan.'

Allea mengusap pipinya perlahan, tubuhnya sudah terbalut seragam putih abu-abu. Jadi Allea sudah bisa langsung berangkat sekolah.

"Udah Allea, lo gaboleh sedih! Lo harus kuat." Allea menguatkan dirinya sendiri.

Beberapa menit setelah itu, Allea keluar dari kamar kostnya dan segera memakai sepatunya. Allea melirik sekitarnya, sudah sepi sepertinya orang-orang sudah pergi.

Angin semilir menggoyangkan rambut pendek Allea. Kini ia berjalan kaki ke arah sekolahnya yang tak jauh dari tempat kostnya itu.

SMA Kencana, sudah terlihat ramai dengan lalu lalang beberapa siswa dan siswi. Ada yang datang diantar orang tuanya, bahkan ada juga yang berjalan kaki seperti Allea. Allea rindu suasana ini, sudah beberapa Minggu Allea tidak menjejakkan kakinya di tempat itu.

ALLEA: Thank You, Ka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang