Malam pun tiba, Allea merebahkan tubuhnya di kursi taman rumahnya, seraya menatap orang-orang yang berlalu-lalang di jalan raya.
Mata Allea menatap lurus, jalanan kota yang ramai orang berlalu-lalang. Angin berhembus kencang, seketika Allea memeluk tubuhnya sendiri.
"Kenapa? Kenapa berdamai dengan diri sendiri sulit?" Allea mengeratkan pelukannya pada tubuhnya sendiri. Dinginnya malam semakin kentara, namun Allea tetap tidak beranjak pergi.
"Aku lelah!"
"Heh! All, lihat sini! All." Allea menoleh kepada asal suara yang memanggilnya, Allea mengerutkan keningnya kala melihat Galih berada di atas pagar seraya melambai-lambaikan tangannya.
"Kak Galih? Azka?"
Allea menutup mulutnya tak percaya melihat Azka yang ikut naik ke atas pagar.
"Sayang?" panggil Azka. Membuat Allea seketika panik, karena sang Kakek tiba-tiba keluar membawa parang.
"Heh? Kalian ngapain? Mau maling?" bentak Pahlevi tergopoh-gopoh dengan wajah garang, sedangkan Azka dan Galih panik mencari jalan untuk turun.
"Kakek, jangan!"
Srek! Brak!
Azka terjungkal ke dalam pagar, dan seketika masuk ke dalam semak-semak. Membuat Allea dan sahabat-sahabatnya memekik kaget.
"AZKA!!"
Azka mengangkat kepalanya menatap sekitar, orang pertama yang ia lihat adalah Pahlevi yang datang mendekat.
"Guys, kok kepala gue banyak burungnya?" lirih Azka membuat Allea semakin panik. Bagaimana jika kekasihnya lupa ingatan atau patah tulang?
"Kakek, jangan pukul Azka!" teriak Allea seraya berlari kecil.
"Azka?" Pahlevi menyipitkan matanya ke arah Azka yang sempoyongan.
*****
"Ada yang patah gak?" tanya Pahlevi dengan raut wajah datar. Azka menggeleng lemah, sedangkan Devano dan Galih yang ikut memanjat pagar tadi terdiam di lantai teras.
"Lagian Azka ngapain, sih?" Allea menekan luka di pelipis Azka, membuat empunya meringis kesakitan. Sedangkan, Azka menatap takut Pahlevi yang memasang raut wajah datar.
"Nakal banget!" ucap Dewi seraya membawa nampan berisi jus buah. Devano dan Galih saling sikut, merasa tak enak.
"Ini lagi, kalian berdua ngapain?" tegur Dewi dengan menyodorkan jus jeruk ke arah Devano dan Galih.
"Ikut Azka, Nek!"
"Lain kali, jangan gitu masih untung kalian tidak saya tebas!" tegas Pahlevi seraya memasuki rumah meninggalkan Azka dan yang lain. Dewi sang istri tersenyum ramah, setelah suaminya berlalu pergi.
"Dia memang begitu, paling gak suka anak perempuannya di dekati cowo, apalagi Allea ini cucu kesayangannya."
Azka dan sahabat-sahabatnya mengangguk paham. "Galak banget," bisik Galih yang terdengar di telinga Allea.
"Dia baik kok, gak galak!"
"Sama lo, doang!" ucap Galih dengan tatapan memelas. Allea bergidik lalu mengusap pipi Azka pelan, namun itu membuat Azka meringis kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEA: Thank You, Ka!
Teen FictionAllea tidak pernah mengetahui, bahwa dikhianati oleh orang-orang di sekitarnya akan begitu sangat menyakitkan. Allea kekurangan kasih sayang. Satu persatu orang-orang yang ia anggap penting, mengabaikannya. Bahkan satu-satunya alasan untuk dirinya...