Bab 37

668 32 0
                                    

Hujan turun dengan deras membasahi kota Jakarta. Seperti sedang melepas rindu dengan bumi, hujan turun semalaman hingga menjelang pagi. Membuat banyak manusia yang ingin bergulung dibalik selimut masing-masing dan meninggalkan urusan mereka setidaknya hari itu saja.

" Riannnnn, bangun bang. Udah jam 6.15 tuh."

Rian tak bergeming, tangannya tetap memeluk guling dan semakin bergulung pada selimut halusnya.

" Astaga anak lajang, bangun gak!"

Rian mendesis,
" Iyah ma, Iyah bangun." Suara serak itu ternyata cukup dapat didengar oleh Mamanya dan berhasil membuat mamanya itu pergi meninggalkan pintu kamarnya.

Rian duduk bersandar, dia mengucek matanya lalu bergegas menuju kamar mandi. Hari ini hari pertama di tahun terakhir sekolah. Yah, hari ini hari pertama dia masuk sebagai murid kelas 12.

" Gue harus semangat! Lupain game, lupain ghibah, lupain main-main, intinya lupain semuanya! Fighting riannnnn!!!"

" RIANNN, JANGAN TERIAK-TERIAK!"

Rian meringis,
" Perasaan mama deh yang teriak-teriak. Ini nih, orang tua emang gak mau salah... Ck,ck,ck."

Selepas mandi dan berpakaian rapi, pemuda itu lantas turun menyusul mama,papa, dan Raisa yang sudah duduk menyantap makanan masing-masing.

Rian mengecup kedua pipi Raisa. Lalu duduk disamping adik kecilnya.

" Adek Abang makin cantik aja nih tiap hari, mau gak nanti nikah sama Abang?"

Raisa melirik abangnya sekilas lalu mengangguk kecil.

" Heh gak boleh nikah sama adek sendiri riaaann, jangan aneh-aneh deh."

Rian terkekeh,
" Astaga ma, Rian juga bercanda. Mama tuh bisa gak kaya papa yang anteng aja..."

Ayu melirik elang,
" Papa mu emang gitu. Semuanya di datarin. Eh tau-tau udah jadi masalah besar."

Raisa dan Rian kompak tertawa kencang melihat wajah leo yang memberengut lucu.

***

Sampai disekolah pemuda itu terus berjalan tegap dan fokus tanpa memandang kesana-kemari. Dia naik ke tangga menuju kelas 12 IPS 1. Entah kesialan atau keberuntungan, kelas 12 IPS 1 tepat berada di samping kelas 12 IPA 1. Rian sebenarnya aneh melihat susunan kelas yang tampak acak, entah apa alasan sekolah membuat hal ini, yang pasti sekarang Rian merasa kurang beruntung.

Sudah 2 bulan dia benar-benar tak pernah berjumpa dengan gadis itu lagi. Dia selalu menghindar saat Bian dan Dian sibuk mengajaknya agar ikut berkumpul. Dia juga sudah memblok nomor gadis itu demi mewujudkan misi move-on nya kali ini.

Tapi memang keberuntungan itu sudah tak berpihak padanya sejak awal. Gadis yang dia jauhi itu sekarang sedang berdiri tepat di depan pintu kelasnya.

Rian melongos, bingung harus bagaimana, kala mata indah itu telah menangkap sosok nya. Ingin mundur kebelakang, tapi takut gadis dihadapannya merasa tersinggung. Lalu, jika dia maju, dia bingung ingin bicara apa.

" Pagi,"

Rian melirik sekilas lalu mengangguk pelan. Dia harus tetap pada pendiriannya. Tak boleh terkecoh lagi.

" Bisa Minggiran dikit gak? Gue mau masuk kelas."

Nila tersentak, bola matanya membulat menatap objek dihadapannya. Apa tadi? Rian bilang apa? Gue?

Rian mengehela nafas panjang,
" Denger gak? Gue mau masuk."

Nila mengerjap, dia menepi memberi jalan pada Rian. Sampai saat pemuda itu tepat disampingnya, nila berbisik lirih.
" Aku gak suka denger panggilan kamu."

' MANTAN JADI SUAMI 'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang