Bab 18

812 47 1
                                    

Kantin siang ini terasa sunyi. Mungkin karena ini istirahat kedua kali yah?
Saat istirahat kedua banyak siswa yang lebih memilih diam dikelas daripada harus ke kantin menghabiskan uang mereka kembali.
Tapi hal itu tidak berlaku untuk ketiga lelaki tampan yang sedang menikmati makanannya masing-masing.

" Ahhh,,, Gilak ini cendol asoyyy banget..." Dian mengangkat mangkuk cendolnya dan menelan habis kuah cendol dalam sekali teguk.
Membuat Rian dan Bian yang melihat itu ingin memuntahkan makanan mereka.

" Sialan Lo Dian!!! Mau muntah gue ngelihat Lo!" Bian menghempaskan mi ayam nya begitu saja. Rasanya selera makannya hilang.

Dian yang masih merasa lapar langsung menarik mangkuk mie ayam Bian lalu melahapnya rakus.

" Lo gak dikasih makan sama tante ayumi?" Tanya Rian.

Dian menggeleng, dia memasukkan sesendok penuh mie kedalam mulutnya.

" Enggakmamaguemalasmasak" jawabnya cepat.

" Sialan, muncrat-muncrat semua anj-!!!" Bian mengamuk lalu bangkit ingin pindah duduk di sebelah Rian saja.

Dian tertawa ngakak, dan berhenti disaat dia tersedak mie ayamnya. Dian langsung buru-buru meraih minum sembarangan dan meneguk nya menggebu-gebu. Tenggorokan nya terasa sangat perih.

" Makanya jangan suka ngejahilin orang, kena karma kan jadinya..." Rian meringis ngilu melihat Dian yang hampir menangis.

" Mampus Lo!" Bian yang masih dendam dengan Dian membutakan matanya dari pemandangan yang sangat miris itu.

Bian memutar-mutar kepalanya ke sembarang arah mencari pemandangan yang lebih enak untuk dilihat. Hingga tiba-tiba matanya memicing melihat nila yang sedang kejar-kejaran dengan temannya.

" Itu si nila ri? " Tunjuk Bian.

Rian menolehkan kepalanya dengan cepat. Memfokuskan pandangannya pada seorang gadis yang tampak sangat lelah.

" Dia,. Kenapa?" Tanya Rian.

Bian mendengus sebal.

" Gue nanya dia kenapa?" Rian memandangi Bian serius, menuntut sebuah penjelasan.

" Tadi gue lihat lari-lari ngejar temennya."

" Terus temennya mana?" Tanya Rian lagi.

Bian diam. Dia memandang Rian penuh arti.

" Gue nanya temennya dia kemana?" Ulang Rian lagi.

" Busettttt, santaiiii..." Dian terkekeh geli melihat Rian yang sangat penasaran.

" Bukannya Lo udah putus?" Ketus Bian.

" Enggak ada hubungannya!" Sengit Rian.

" Gue cuma mau tau temennya Kemana? Kok dia sendiri?" Jelas Rian bersungut-sungut.

" Lo gak usah perduliin dia lagi, Lo udah nyakitin dia kalau Lo lupa!" Bian menghunuskan tatapan tajamnya.

Dian yang merasakan aura panas mulai mengambil alih.

" Udahlah, jangan pada gelut... Temennya si nila udah lari terus tadi. Cuman yah si nila nya capek kayak yang Lo lihat, jadi dia berhenti dan duduk disitu..." Dian menjelaskan semuanya dengan singkat, padat, dan jelas.

Rian langsung meraih akua botolnya, dia mulai bangkit berdiri mendekati nila yang masih menunduk lemas.

" Masih cinta tapi sok gak cinta. Cemen lo!!"

Ucapan pedas Bian tak dihiraukan oleh Rian. Rian tetap fokus dan terus melangkah.
Begitu sampai dihadapan nila, dia bisa melihat wajah nila yang terkejut dengan mata membulat besar.

"Nih." Rian menyodorkan akua botolnya.

Nila diam. Memandangi akua botol itu dalam. Bingung harus meraihnya atau menolaknya saja.

Rian yang mulai jengah berinisiatif membukakan tutup botol akuanya lalu menyodorkannya kembali pada nila.

" Ambil !!!" Ucap Rian tegas.

Nila mendengus kesal. Bisa-bisanya Rian memaksa nya?

Tak ingin memperpanjang suasana akward itu, dia mulai meraih akua lalu meminumnya.

" Makasih." Ucap nila singkat.
Dia mulai bangkit ingin pergi balik ke kelasnya. Tapi,,,

Deg.
Jantungnya bergemuruh kencang. Kehangatan mulai menjalar masuk ke lapisan kulit tangannya.

Nila menundukkan kepalanya, memandangi tangan Rian yang menggenggam tangannya.

"Rasanya hangat" nila mencicit kecil. Sampai tak sadar bahwa Rian mendengar cicitan nya itu.

Rian tersenyum senang. Nila benar. Rasanya memang hangat.

" Iyah, hangat!" Rian memandang nila dalam.

Nila tersentak. Dia langsung menarik tangannya cepat. Dia menggigiti bibirnya gugup.

" Ah, ah, aku ke kelas." Nila berlari sekencang-kencangnya. Meninggalkan Rian yang terkekeh kecil.

Hingga akhirnya tatapan senang itu berubah menjadi tatapan sendu.
Lidahnya ikut terasa Kelu.

" Huuuuuuuh..." Hembusan nafasnya terasa berat.

Kenapa rasa sesak ini tak pernah hilang? Apa karena sebuah kata yang belum dia ucapkan sampai sekarang?

" Yah, mungkin karena itu." Lirihnya.

Karena sebuah kata,

"maaf"......................!!!!!¡!!!!!!!!!!!¡!!!!!!!!!.

 















______________---------------______________

maaf ??????????

Apa itu sebegitu berharga????

Aku rasa kalian semua pasti tau!!!!!!!

Wokelah segitu dulu buat Minggu ini.
Selamat weekend!!!!!!!!!
Semoga kalian selalu sehat dan semangat dalam membaca ceritaku, wkwkwk.........



Kalau gitu,,,,,,,,
SEEEEEEEE YOUUUUUUUUUUUUU"

' MANTAN JADI SUAMI 'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang