Bab 6

953 59 1
                                    

" sayanggggg... Udah dong..." Bujuk Rian.

" Apa sih?" Cuek nila.

" Maaf yah.. janji gak gitu lagi sayang..." Rian mengacungkan jari kelingking nya.

" Hmmm" balas nila singkat.

" Sayang... Ihhh jangan marah-marah lagi dong..." Rian menyenderkan tubuhnya lesu.

" Kamu bilang nya apa sama aku? Bilangnya mau main basket kan? Tapi kenapa malah ada di club goyang-goyang? Seharusnya aku gak percaya sama kamu. Mana ada orang main Basket jam 10 malam!!!" Amuk nila.

" Astaga sayang... Itu si Dian yang aneh-aneh bukan akuuuu" Rian mengacak rambutnya prustasi.

" Terus kenapa kamu harus bohong? Bilang aja terus terang kalau mau ke club'? " Kesal nila.

" Udah ah, aku matiin nih vc nya. Aku mau belajar!" Nila mematikan sambungan videonya. Lalu membanting handphone nya kesal. Rian selalu saja begini. Suka sekali berbohong padanya. Untung saja Ari teman sekelasnya ada di club' juga saat itu. Kalau tidak? Dia tidak akan tau kelakuan laki-laki sialan yang berstatus sebagai pacar nya itu.

Ini sudah hitungan 2 bulan hubungan mereka. Tapi Rian tak pernah bisa merubah sifatnya yang satu itu. Rian bahkan sangat tertutup tentang keluarganya. Nila hanya tau jika Rian memiliki adik perempuan bernama Raisa. Hanya itu...

Menghembuskan nafas lelah, nila meraih buku-bukunya. Mulai membaca bukunya dan memindahkan hal yang perlu untuk dicatat kedalam buku catatannya.

Rian sudah berguling-guling di kasurnya. Menendang-nendang kaki nya kesal.

" Ini gimana gue bujuknya yah... Sialan Lo Ari Gunawan!!!" Kesal Rian.
Dia tau kalau Ari lah yang mengadu pada pacarnya itu. Kalau tidak, mana mungkin nila bisa tau.

Dia memang sering berbohong pada gadis itu. Tapi kali ini, nila sangat sulit untuk dibujuk. Bahkan ini terhitung 2 hari gadis itu marah padanya. Nila memang terus mengangkat panggilan nya. Tapi gadis itu akan sangat cuek dan tak memperdulikan nya.

Rian mengambil handphone nya. Memulai panggilan Kembali. Sampai 5 kali mencoba, nila tetap tak mengangkat juga.

" Apa nila beneran belajar? Kalau gini terus bisa diputusin gue..." Rian menunduk mulai berpikir keras untuk mendapatkan maaf dari gadis itu.

Dia mulai membuka room chat dengan pacarnya itu. Mengetikkan kata-kata ajaibnya.

Sayang🖤: sayanggggg,

Sayang🖤: udah yah marahnya... Aku minta maaf...

Sayang🖤: nanti gak gitu lagi sayang... Plisss jangan cuekin aku...

Sayang🖤: aku lagi sakit yangggg...

Sayang🖤: yang... Datang dong jenguk aku...

Sayang🖤: yang... Balas atuh...

Rian membaringkan tubuhnya kesal. Nila hanya membaca pesannya tanpa ada niatan membalas sedikit pun.

" Ini gue bego banget sih... Mau mau aja di ajak si Dian anj! Akhhhh..." Rian mencak-mencak dikamar nya.

" Abang..." Raisa masuk membawa semangkuk bubur dan segelas air putih.

Rian langsung duduk dan bersandar lemah. Memperhatikan setiap langkah dari adiknya itu.

" Ini mama buatin Abang bubur. Mau Raisa suapin?" Tanya Raisa.

" Mama di rumah?" Tanya Rian heran.

" Iyah... Masak di dapur juga loh bangggg" Raisa menjelaskan apa saja yang dilakukan mamanya di dapur.

" Hmmm Iyah deh. Raisa main aja, biar Abang makan sendiri..." balas Rian acuh.
Dia sudah tak perduli apapun yang dilakukan mamanya. Dua bulan lalu mamanya berjanji akan berubah. Tapi apa? Bahkan sehari setelah mengatakan itu mamanya langsung pergi ke Singapura. Dan pulang 1 Minggu kemudian. Rian benar-benar muak dengan semua janji palsu mamanya.
Tapi akhir-akhir ini mamanya memang sering di rumah. Dan sudah seminggu Raisa mulai tidur dengan mamanya.

Ping.

Bunyi handphone mengalihkan perhatian Rian dari bubur ditangannya. Dia dapat melihat notif dari nila.

Sayang🖤: sakit beneran apa bohong lagi?

Rian tersenyum masam. Dia pikir nila akan langsung khawatir dan bergegas datang ke rumahnya. Tapi gadis itu malah bertanya apakah dia berbohong atau tidak. Benar-benar menyebalkan.
Padahal nila kan bisa jelas melihat bagaimana kondisinya tadi saat video call.
Tapi karena kondisi nila yang masih marah padanya. Rian mencoba menekan rasa kesalnya.

" Iyah sayang... Aku sakit... Kamu bisa denger suara serak aku kan?" Rian merekam voice note kemudian mengirimkan nya pada nila.
Tak lama kemudian muncul tanda garis biru dan tanda mengetik dari nila. Rian menunggu sambil berharap cemas.

Sayang🖤: Enggak percaya!

" AKHHHH SIALAN..." Rian mengamuk. Membanting handphone nya ke kasur dan menaruh bubur ditangannya ke atas meja.
Dia bangkit turun dari tempat tidur. Meraih kunci mobilnya serta dompet dan melangkah keluar.

" Gue harus kerumah nila sekarang." Ucap nya semangat. Yah, dia harus semangat. Jika tidak, nila akan terus-menerus marah padanya.

Menuruni tangga rumahnya dia dapat mendengar tawa dari arah dapur. Jelas saja itu tawa mamanya dan juga Raisa. Tapi,

" Eh?" Rian merasa mendengar tawa nila juga.

Dia melangkah menuju dapur. Memeriksa apakah dugaannya benar atau tidak. Dan sesampainya di dapur. Dia menghembuskan nafas lega. Nila sedang duduk dan tertawa bersama Raisa dan mamanya. Hmmmm, eh? Mamanya?

Rian mulai tegang. Dia lupa jika mamanya ada dirumah. Nila pasti akan marah lagi padanya.

" Abang." Panggil Raisa.

Rian mengalihkan pandangannya. Menatap Raisa kemudian menatap nila dalam. Bibirnya masih terbungkam.

" Sini bang." Ajak Raisa.

Rian diam. Tidak maju ataupun mundur. Dia tetap menatap nila yang juga menatapnya. Kemudian mengalihkan pandangannya pada mamanya yang tersenyum.
Rian berbalik, berjalan cepat menaiki tangga menuju ke kamarnya.

" Eh Abang..." Teriak Raisa.

" Biarin aja dek, Abang lagi pusing... Ayo nonton kartun dek. Biar kak nila yang temenin Abang." Ajak Ayu. Dia menggendong anaknya kemudian memberi kode pada nila untuk naik menyusul Rian.

Nila mengangguk dan langsung berjalan menaiki tangga. Dia cukup takut menghadapi Rian sekarang. Apalagi tadi wajah pria itu nampak sangat marah.

' MANTAN JADI SUAMI 'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang