Bab 10

1K 45 0
                                    

Pulang menonton dan jalan-jalan. Rian langsung mengantar nila pulang, lalu bergegas kembali kerumahnya. Dia membuka pintu rumahnya lalu menuju dapur untuk mengambil minum. Tapi sebelum sampai di dapur langkah nya terhenti mendengar panggilan dari seseorang.

" Dari mana kamu Rian?"

Rian membatu. Suara itu? Apa itu papa? Kapan papa kembali? Apa itu benar-benar papa? Dia ingin Membalikkan badan melihat orang yang memanggilnya, tapi kaki nya terasa berat untuk digerakkan.

" Kamu gak mau jawab pertanyaan papa?" Tegas leo.

Rian benar-benar bergetar kali ini. Perasaan nya berkecamuk. Ada sedih, rindu, senang, bahagia, marah, semuanya bercampur menjadi satu.
Papa nya sudah 1 tahun tak kembali. Lalu kenapa sekarang dia kembali?

Rian memutar tubuhnya. Melihat ke mata tajam papanya yang masih  sama. Hidung mancung, alis tebal, serta janggut tipis itu juga masih sama. Tapi, ada yang berbeda dengan papanya. Papanya terlihat lebih kurus dari satu tahun yang lalu.

" Kamu gak rindu sama papa?" Ucap leo

Rian tertawa sinis. Memandang papanya tajam.

" Untuk apa merindukan orang yang bahkan gak perduli pada anaknya?" Sengit Rian.

Leo menghela nafas. Dia sudah yakin hari ini akan datang. Hari dimana Rian yang selalu menatapnya sayang kini berakhir menatap nya benci.

" Kamu gak tau apa-apa Rian..." Lirih leo.

Rian tertawa keras kali ini.

" HAHAHAHA, lucu sekali anda!!!" Ucap Rian.

" Jaga sopan santun mu Rian. Papa ini papa mu!" Tegas leo.

Rian mendecih, tersenyum mengejek.

" Papa? Apa masih pantas kamu dipanggil papa? Seorang papa gak akan pernah ninggalin anaknya sendiri! Seorang papa gak akan pernah mengurung anaknya di gudang tanpa diberi makan! SEORANG PAPA GAK AKAN PERNAH TERIAK KERAS MEMAKI ANAKNYA!!!! Rian teriak kencang. Mengeluarkan semua emosinya yang sudah tertimbun satu tahun ini. Air matanya juga ikut menetes menunjukkan seberapa hancur perasaannya. Kakinya melemas, badannya meluruh jatuh ke lantai.

Nila berdiri kaku didepan pintu. Dia sengaja datang untuk mengambil handphone nya yang tertinggal di mobil Rian. Tapi yang dia dengar dan lihat sungguh menyedihkan, air matanya ikut menetes melihat Rian yang tampak sangat prustasi. Dia ingin meraih pemuda itu yang sudah bergetar. Tapi baru melangkah, nila melihat ayu yang mengangkat tangan memberi kode untuk tak maju. Akhirnya nila hanya menurut untuk tetap diam ditempat nya.

" Papa sudah bilang... Kamu gak tau apa-apa." Leo terisak kecil. Melihat anak laki-laki nya yang tampak menyedihkan. Jantungnya terasa ditembak tepat mendengar segala kalimat yang keluar dari bibir anaknya itu. Semua memang salahnya.
Dia maju meraih tubuh Rian yang tertunduk lemah. Menarik anaknya lalu memeluk Rian erat.

Rian ikut memeluk papanya erat. Amarah dan kecewa nya serasa lebih kecil dari rasa rindunya. Dia terisak kencang, mengeluarkan segala emosinya yang sudah lama tertimbun.

" Maafkan papa nak... Papa mohon maafkan papa..." Leo mengelus rambut rian.

" Papa akan jelaskan semuanya nak, papa akan kasih tau kamu apapun yang kamu mau tau..." Lanjut leo.

Rian diam. Melepas pelukannya lalu memandang papanya.

" Maaf pa... Rian butuh waktu untuk menenangkan pikiran Rian." Rian beralih menaiki tangga.
Kakinya membeku melihat mamanya yang sudah terisak di tangga. Dia ingin meraih mamanya. Tapi sekali lagi luka menahan rasa cintanya. Dia terus menaiki tangga mengabaikan mamanya. Lalu menutup pintu kamar nya kencang.

Leo menghampiri ayu. Meraih istrinya kedalam pelukannya. Mengucapkan beribu kata maaf pada istrinya.

Nila masih berdiri di pintu. Terus menghapus air matanya yang menetes. Dia ingin menyusul Rian ke atas. Tapi dia juga takut akan reaksi pria itu nanti. Rian pasti akan marah juga padanya.

Ayu memandang nila. Melambaikan tangan nya menyuruh nila masuk. Leo yang tak kenal dengan nila mengernyitkan dahi nya heran. Dia memandang istrinya meminta penjelasan.

" Itu pacar nya Rian mas..." Jelas ayu.

Leo diam. Memperhatikan langkah pacar anaknya itu.

" Malam om, Tante..." Sapa nila sopan.

" Malam sayang, kamu mau ketemu Rian?" Tanya ayu lembut.

" Ah tadi nila mau ambil handphone yang ketinggalan Tan, tapi kayaknya besok aja tan." Jelas nila.

Ayu menggeleng. Tangannya meraih tangan nila. Menggenggam tangan itu erat.

" Rian butuh kamu sayang, kamu bisa ke atas temani Rian kan? Tante mohon..." Lirih ayu.

" Tapi Tante, ini udah malam..." Nila memalingkan wajahnya melihat jam besar yang menggantung di tembok.

" Om izinkan kamu sama orang tua kamu yah... Om yakin Rian lagi butuh seseorang untuk nemenin dia. " Lirih leo.

Nila tak kuasa menolak lagi. Akhirnya memutuskan untuk memberi nomor handphone papa nya.

Setelah selesai menelpon elang, leo tersenyum senang. Ternyata elang papanya nila adalah teman bisnis nya, jadi elang dengan senang hati memberikan izin agar nila tidur dirumah nya malam ini. Tentu saja dengan syarat nila tidak dibenarkan tidur seranjang dengan Rian.

" Om sudah izin ke papa kamu... Kamu bisa temenin Rian sekarang. Nanti setelah Rian istirahat kamu bisa tidur di kamar sebelahnya sama Raisa." Jelas leo.

" Tante sama om minta tolong yah nila..." Lirih ayu.

Nila tersenyum. Kemudian pamit untuk menyusul Rian di kamarnya...

' MANTAN JADI SUAMI 'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang