Bab 42

876 41 0
                                    

Waktu berlalu begitu saja, hari ini sudah tepat 3 tahun masa itu terlewati. Masa dimana pemuda itu pergi meninggalkannya. Pemuda yang berjanji untuk selalu pulang setiap tahunnya, nyatanya tak pernah pulang bahkan tak memberi kabar sekalipun. Bahkan dengan sengaja pemuda itu berbohong soal keberangkatannya, Rian langsung berangkat saat setelah mereka selesai berkumpul hari itu. Tanpa pelukan atau ucapan perpisahan, pemuda itu pergi tak terduga.

Rian bahkan dengan teganya mengganti nomor dan semua sosial medianya dengan akun yang baru. Akun yang tak terlacak oleh nila dan yang lainnya. Saat mereka datang kerumahnya pun orang tua Rian tak akan bicara banyak. Seolah-olah menutupi Rian dari mereka semua.

Saat-saat itu nila lewati dengan banyak peristiwa baru. Seperti hubungannya dengan Dino yang telah berakhir setahun lalu.

Nila yang merasa kesal karena ditinggalkan kemudian mengikrarkan janji bahwa dia akan melupakan pemuda itu. Tapi nyatanya, dua tahun mencoba, hatinya malah terasa hampa. Tidak tergerak sedikit pun. Akhirnya Dino memutuskan nya karena berfikir bahwa nila dan Rian masih saling berhubungan, padahal aslinya tidak sama sekali.

Selain itu, gadis itu juga akan lulus tahun ini. Tepatnya 6 bulan lagi. Dia berhasil menyelesaikan kuliahnya dalam kurun waktu 3,5 tahun. Sesuatu yang sangat membanggakan dan membahagiakan. Tapi, entah kenapa, hatinya tak pernah benar-benar merasa plong, seperti ada yang hilang dan dia tau apa yang hilang namun tak bisa mencarinya kemanapun.

" Nila?"

Nila tersadar dari lamunannya, dia melirik jam ditangannya.

" Huh, udah jam 3 aja. Berarti udah 2 jam aku ngelamun?"

Karin mendecak,
" Kebiasaan. Untungnya gue kuliah bareng sama Lo. Kalau enggak siapa yang bakal nemenin Lo?"

Nila tertawa,
" Gue punya temen kali Rin."

" Pokoknya cuma gue yang merhatiin Lo lebih dari pada doi"

" Gue gak punya doi kalau Lo lupa?"

Karin menggeram,
" Udah ah, turutin yang gue bilang. Jangan ngelawan."

Nila menggeleng, tak habis pikir dengan sifat Karin yang blak-blakan. Karin memang benar, mungkin jika gadis itu tak berkuliah di kampus yang sama sepertinya, nila tak akan pernah memiliki teman untuk menghabiskan hari-harinya.

2 tahun lalu, Karin lah yang menjadi saksi saat Dino memutuskannya begitu saja. Bukannya memberi semangat atau yang lainnya, Karin malah langsung mentraktir nila karena akhirnya putus dari Dino. Gadis itu membeli banyak pakaian dan perhiasan untuk nila. Benar-benar sesuatu yang tak terduga.

" Bian bakal balik pas wisuda Lo. Gue dikabarin dia kemarin."

Nila membelalak,
" Apa? Kok?"

" Katanya rindu sama Zihan."

Nila mengangguk,
" Gue pikir dia naksir gue,"

Karin mendelik,
" Anjir. Jangan jadi musuh dibalik selimut Lo!"

Nila tertawa kecil,
" Bercanda. Udah ayo balik, Lo masih ada kelas? Tapi yah gak mungkin anak seni masih ada kelas jam segini."

Karin memberengut,
" Heh! Seni tuh walaupun kelihatannya enak diluar. Nyatanya meresahkan di dalam."

Nila tertawa geli, perasaan nya sedikit lebih ringan saat Karin sudah ada bersamanya.

" Yaudah yuk balik."

Karin mengangguk. Mereka berdua berjalan menuju parkiran dan pulang mengendarai kendaraan masing-masing.

***

' MANTAN JADI SUAMI 'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang