Bab 44

1K 33 0
                                    

Bandara pagi ini ramai dengan suara bising dari sekelompok manusia yang sedang berpelukan alay.

" BIANN MY BOY, RIAN MY SWETYYY."

Rian mengumpat kasar sedangkan Bian langsung menjitak kepala Dian.

" Dian kenapa sih Lo gak balik aja sekalian?"

Dian mendecih,
" Gue nih bakal balik 3 hari lagi. Sekarang tuh saatnya Bian dan Rian."

Bimo melongos tak perduli, pemuda itu menyalami Rian dan Bian, lalu bergeser kesebelah Nisa yang berdiri tenang.

" Udah minggir deh, gue mau gantian."

Dian menepi dengan perasaan tak ikhlas. Karin langsung maju memeluk sepupunya lebay.

" Bian, huhuhu, sepupu gue yang paling ganteng. Tega banget Lo ninggalin gue sendirian. Gue tuh kesepian biannn"

Bian memutar bola matanya, tangannya mengelus punggung sepupu lebay nya.

" Iyah, Iyah. Udah awas."

Karin memukul lengan Bian kencang.
" Bangsat!"

Bian tertawa geli, dia beralih memandang wajah Zihan yang sudah penuh dengan air mata Bombay.

" Ngapain nangis sih?"

Zihan menggeleng, dia langsung memeluk erat tubuh Bian.

Karin yang sudah selesai memeluk Rian beralih bergabung bersama temannya yang lain. Setelahnya nila pun maju memeluk pemuda itu juga.

Bian dengan Zihan, dan Rian dengan nila. Kedua pasangan itu saling berpelukan tanpa perduli dengan yang lainnya.

Rian mengelus rambut nila. Dia mengecup kepala gadisnya berulang kali.

" Jaga diri disana, jangan lupa makan, istirahat yang cukup, kamu harus ngabarin aku setiap hari. Gak mau tau pokoknya!"

Rian mengangguk,
" Iya sayang."

" Jangan iya, iya tapi nyatanya Enggak. Awas aja kamu!"

Rian tertawa geli,
" Uhhh sayang akuuuu, gemesin banget sih."

Nila menabok lengan Rian kesal.

" Yaudah masuk sana."

Rian mengangguk, dia memandang teman-temannya lalu tersenyum singkat dan pergi lebih dulu. Sedangkan Bian masih berpelukan erat dengan Zihan yang masih menangis. Keberangkatan keduanya berbeda waktu, Rian lebih dulu 30 menit dari Bian.

...

Sepulang dari bandara, nila bersandar lelah di sofa. Dia mulai menangis pilu. Mengeluarkan semua rasa sesak yang ditahannya sejak di bandara tadi.

" Cengeng banget sih dek,"

Nila menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tak memperdulikan ucapan Nino sama sekali.

" Udahlah, setahun lagi juga bakal balik. Gitu aja nangis."

" Sana ah bang,"

Nino duduk disebelah adik kecilnya, tangannya dengan jahil menarik-narik rambut nila.

" Ihhh bang awas ahhh."

" Udah jangan nangis, perasaan kamu selalu nangis kalau berhubungan sama Rian. Gak sedamai dan setenang kalau sama Dino."

Nila mendecih,
" Apa sih bang?"

Nino mendesah lelah,
" Coba deh pikirin dek, emang kamu mau terus nangis gini? Kamu gak mau cari laki-laki lain aja?"

' MANTAN JADI SUAMI 'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang