Bab 28

680 33 0
                                    

Hari itu, hari terakhir nila dan Rian berkomunikasi. Sebulan lewat tanpa adanya komunikasi antara keduanya. Nila bahkan tak segan-segan memblokir kontak Rian di handphonenya. Nila dan Rian kini bagai dua orang asing yang menyatu dalam satu kelas.

Kini nila sedang berusaha menerima segala keadaan. Hubungannya dengan Dino semakin erat dari hari ke hari. Pembawaan sifat Dino yang penyayang membuat hati nila semakin luluh lantah tak berdaya.

Ditengah rasa bahagia yang datang melingkupi nila. Disisi lain Rian mulai menutup rapat hatinya, agar perasaannya pada nila tak terkikis oleh siapapun. Sejak kejadian sebulan lalu, Rian mulai menyadari satu persatu kesalahan dan kebodohannya. Ditambah lagi kabar Lena yang tak pasti dimana membuatnya semakin uring-uringan tak berdaya.
Rian sangat ingin mengatakan pada nila bahwa dia sangat menyayangi gadis itu. Dia ingin meminta nila untuk membantunya menghapus Lena dari hatinya. Tapi, hubungan nila dengan Dino membuatnya mau tak mau harus mundur.

- flashback-

Hari ini Rian akan pergi ke kantin sendirian. Dian dan Bian kompak mengerjainya dengan pergi ke perpustakaan berdua.

"Cih, Dian si pemalas sok-sok an ke perpustakaan. Palingan di sogok Bian."

Karena Rian sangat-sangat lapar. Dia akhirnya memilih pergi sendirian saja.
Tepat di pintu kantin, kakinya membeku begitu saja. Matanya meredup melihat sebuah pemandangan yang menyakitkan.
Disana, dimeja pojok kantin. Nila dan Dino sedang makan berdua. Nila bahkan tertawa riang saat Dino terlihat merajuk kesal padanya.

Selama ini Rian masih bisa tegar karena nila dan Dino tak pernah mengumbar kemesraan dikelas. Tapi, hari ini dia akhirnya melihat jelas semuanya.

Rian berbalik menuju kelas. Selera makannya hilang saat itu juga.

" Jadi ini yang buat Lo ngajakin Dian ke perpus bi?"

" Karena Lo mau gue lihat kejadian itu sendiri kan. Biar rasa sakitnya lebih kerasa kan?"

Rian meremas erat tangannya. Dia sangat ingin berlari ke perpustakaan lalu menonjok Bian dengan sangat keras.

" Lo emang keterlaluan Bian!"

- flashback of-

Setelah hari itu, Rian tak bercakap dengan Dian dan Bian selama seminggu. Bahkan dia dengan tak punya hati langsung mengusir Dian dan Bian yang datang kerumahnya untuk meminta maaf.
Setelah dua Minggu kemudian, Rian akhirnya mulai terbiasa dengan semua keadaan yang terjadi. Dia mulai menutup rapat hatinya. Agar hanya nila dan Lena yang pernah menjadi bagian dari hatinya. Dia tak sanggup lagi jika harus membuka hati lagi.

______

Weekend kali ini, trio cogan yang terdiri dari Bian, Dian, dan Rian. Akan berkumpul di rumah Dian untuk main game seharian.

" Anjink, kasih jalan gue pe'a!"

Rian tertawa kencang saat berhasil melaju meninggalkan Dian dibelakangnya.

" Bodoh!"
Bian yang hanya bisa menonton mengumpat kesal pada Dian.

" Udah sini gue yang main, otak Lo gak sanggup untuk mainin game ini."

" Bangsat!"

" Enggak ada ganti-ganti, gue yang punya ini semua. Rian aja suruh ganti!"

Rian mendelik,
" Yang kalah yang harusnya diganti angsa burik!"

Dian langsung berdiri dan menimpa tubuh Rian. Mereka saling tendang-menendang.

Bian yang tak ingin ketinggalan langsung melompat menimpa keduanya.
" Bian anjink, badan Lo berat!"

" Aishhh, gue yang dibawah ini bangsat!"

" Bangkit gak Bian!"

" UHHH, AHHH, AWWW..."

" HE ANJING, JANGAN NGEDESAH BEGO! NANTI MAMA GUE MIKIR YANG ENGGAK-ENGGAK!"

" BIAN BANGKIT GAK BANGSAT!"

" AHHH RIAN, IYAH DISITU, DISITU... DIAN PELAN-PELAN DONG, JANGAN KERAS-KERAS..."

" GUE SUMPAHIN LO MAHO BENERAN YAH ANJINK! AWAS GAK!"

Bian semakin tertawa kencang. Dia mulai akan membuka mulutnya saat pintu tiba-tiba dibuka dan dibanting keras.

" APA-APAAN KALIAN BERTIGA! BANGKIT SEKARANG JUGA!"

Rian,Bian,dan Dian kompak berdiri berbarengan.

" Kalian udah gak selera sama perempuan lagi ha?"

" Bukan mah, bukan. Ini si bian cuma bercanda aja ma."

Dian menggaruk rambutnya. Merasa sangat frustasi karena ulah bian yang diluar nalar.

" Jangan aneh-aneh lagi! Sekarang kalian main game di ruang tamu aja. Mama harus awasin kalian bertiga!"

" Eh tante, kita beneran gak gitu-gituan tan, ini si bian aja yang kebegoan."

Bian hanya diam menutup rapat mulutnya. Dia sangat ingin tertawa saat itu juga.

" Enggak tan, mereka bohong! Mereka tadi mau apa-apain Bian tan."

" EH ANJINK!"
Dian dan Rian kompak menerjang Bian.

" TANTE, LIHAT MEREKA TANTE..." Bian mulai menjalankan aksinya kembali.

" DIAN, RIAN, BERDIRI SEKARANG!"
Ayumi berteriak histeris melihat ketiga remaja didepannya.

" ADUH TANTE TOLONG BIAN!!"

Ayumi dengan geram langsung menarik Dian dan Rian yang terus menghajar Bian.

" SEKARANG KALIAN MAIN DI RUANG TAMU AJA!"

Akhirnya ketiga cogan itu duduk lesehan diruang tamu. Rian dan Dian kompak tak menyakapi Bian yang terus tertawa kencang tiada henti.

______

Sementara ditempat lain, nila sibuk belajar sekaligus video call dengan Dino.

" Makan dulu sayang."

" Iyah bentar lagi, nanggung satu soal."

Dino hanya mengangguk dibalik layar.

" Kak, yang ini gimana cara ngerjainnya?"

" Tentang apa sayang?"

Nila mulai menjelaskan bagian-bagian yang tak dia pahami. Sampai akhirnya semua soal-soalnya selesai dengan sangat baik.

" Yaudah sekarang makan dulu yah..."

Nila mengangguk singkat.
" Makasih yah kak udah bantuin aku."

" Iyah sayang, apa sih yang enggak buat kamu..."

" Ihhh Gombal!"

Dino tertawa riang. Setelahnya melambaikan tangan dan mengakhiri panggilan video.

" Ahhh gue beruntung banget pacaran sama kak Dino."

_____

Yah, begitulah hari-hari keduanya terlewati. Tanpa ada ingat-mengingat lagi. Tanpa ada komunikasi dan kontak mata lagi. Serta tanpa ada perasaan lagi dari nila.

' MANTAN JADI SUAMI 'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang