Mata bulat gadis mungil bermarga Yiellamir itu tampak memejamkan dengan erat.
Melihat putrinya berperilaku aneh seperti itu membuat Killieus menatap diam dengan sorot geli diwajahnya. Ketidak nyamanan dihatinya yang sempat mengganjal sedari sore kini hilang entah kemana.
Garis bibir tebal pria itu sedikit tertarik membentuk senyuman. Senyuman yang tipis namun terlihat tulus.
Merasa tak ada pergerakan dari lawan bicaranya, Raviella membuka matanya dengan perlahan. Memastikan jika ayahnya itu masih berada dihadapannya.
Tidak ada lagi tangan terulur padanya, hanya ada senyuman tertahan yang tidak manusiawi sekilas diwajah datar ayahnya. Senyuman kecil yang mungkin mampu meluluhkan hati seluruh wanita bangsawan dikekaisaran. Sangat tampan! Jika saja ayahnya itu bukan ayahnya, dia pasti akan Raviella jadikan suami detik ini juga!
Menghela napas,
Sayang seribu sayang, takdir berkata lain–
Bukannya ayahnya itu tadi ingin mencekiknya? Lalu kenapa ayahnya berhenti? Tidakkah ayahnya berpikir membunuh putrinya dengan tangan sendiri?
No–o ! Tidak boleh ! Ini belum saatnya!
" Papa?"
Suara Raviella memecahkan keheningan yang terjadi pada mereka.
Raviella memandang kedua tangan ayahnya tadi yang sempat terulur. Menyadari arah pandangan itu, Killieus kembali mengulurkan nya.
" Kemari" ujar Killieus singkat.
Memandang ragu-ragu tangan yang terulur itu, Raviella tampak nya tidak dapat menolak. Ia dengan langkah perlahan menggerakkan tubuhnya yang mendadak sekeras batu itu dengan berat hati.
Tiba-tiba ayahnya mengangkat–
Tidak menggendong dirinya dalam pelukannya untuk pertama kalinya. Mendongakkan kepalanya memandang wajah ayah nya itu dengan pandangan seolah bertanya, ' apa yang papa lakukan?'Raut wajah putrinya itu sangat mudah tertebak, itulah yang muncul dibenak Killieus.
" Tentu saja menggendong mu""Ti– makcud viell papa ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Lead Juga Ingin Bahagia
Fantasy[ historical fiction - fantasy romance ] Mimpi yang muncul disela malam tidurnya membuat ia muak. Mimpi buruk yang menakutkan mengaharuskan dirinya menjaga sikap. Tidak boleh boleh berlaku seenaknya dan tidak boleh mengharapkan kasih sayang. Karena...