SLJIB - 11

15.9K 1.9K 11
                                    


Yaeyyy aku up lagi!
Sebelumnya aku mau ngucapin makasih untuk 1,4k pembacanya^^ makasih banyak-banyak yah untuk yang udah mau vote cerita ini...
Saranghae 🙆

Saranghae 🙆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaki pendek Raviella rasanya tidak memiliki tulang ketika pria bernetra ungu dan berambut perak itu melangkah memasuki kastil ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaki pendek Raviella rasanya tidak memiliki tulang ketika pria bernetra ungu dan berambut perak itu melangkah memasuki kastil ayahnya. Wajah nya yang memias dengan detakan jantung yang berdetak cepat.

Rasanya ia sulit menelan ludahnya sendiri saat itu. Napasnya sedikit tertahan ketika pandangan mereka bertemu.

Remaja yang sangat tampan itu tampak menyeramkan untuk nya. Arius tersenyum ramah pada nya ketika tubuh jangkung itu menjulang dihadapan nya. Raviella yang saat itu dalam suasana semakin bergetar ketakutan.

Mata Raviella hampir keluar melihat senyuman itu. Senyuman yang menurutnya adalah pembawa petaka untuknya nanti. Walaupun senyum itu jauh sekali dari senyuman remeh yang muncul dalam mimpinya.

Tubuh Raviella hampir saja terbelalak ke belakang, tubuh kecilnya tak mampu lagi menopang berat tubuh nya. Kepalanya terasa pening dan berat.

Tiga tangan dengan refleks menahan tubuhnya. Suara panik terdengar ditelinganya.

Tidak–tidak ia tidak pingsan, ia hanya –
Entah kenapa merasa badannya tidak bertulang.

" Raviella!" Terdengar tiga suara itu memanggil nya.

Hanya suara bariton ayahnya yang menjadi satu-satunya fokus dirinya.

" Pa–papa"

Panggil Raviella dengan suara yang kecil. Tenggorokannya rasanya kering tidak dapat bersuara.

Tubuhnya yang lemas bersender di tangan kekar ayahnya yang kini tengah berjongkok menopang tubuhnya.

" Panggilkan dokter segera!" Ayahnya serta saudara laki-laki nya berteriak panik.

Tidak sepertinya hanya ayahnya saja yang panik.

" Papa viell lemas" napas Raviella tampak memburu.

Arius remaja itu masih berada didepannya. Pria itu tampak sedang mengobservasi serta mengamati.

Pria bajingan yang sialnya sempurna dalam segala hal itu membuatnya merasa seperti seorang buronan yang hendak dihukum mati.

 Second Lead Juga Ingin BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang