Berbaring di atas ranjang tanpa melakukan apapun memanglah paling nyaman. Inginnya diam di balkon sambil menghitung bintang, hanya saja tidak ada kursi lebar untuk raviella baringkan tubuh mungilnya disana.
Ingatkan ia untuk meminta ayahnya membelikannya kursi super empuk untuknya nanti.
Dentingan jarum jam terus terdengar di ruang sepi itu . Membalik-balik badan karena rasa kantuk tak kunjung datang padahal waktu telah menunjuk tengah malam. Kini Raviella menatap jendela balkon yang tirainya terus berembus karena angin yang cukup kencang.
Sebenarnya agak horor, tapi entah karena alasan apa Raviella malam ini merasa tenang dan seolah ia tidak akan mendapat mimpi-mimpi aneh malam ini . Namun alih-alih tidur, ia seperti tengah menunggu sesuatu yang akan datang.
"Hah, apa yang ku tunggu saat ini?" Menghela napas menatap pintu balkon dengan lelah.
Raviella, kini gadis enam tahun itu sudah dapat melapalkan kata dengan benar . Ternyata dibalik aksen cadelnya yang khas, gadis itu entah kenapa memiliki luka patal di lidahnya yang menyebabkan ketidaksempurnaan nya melapalkan huruf 'S' dan 'L' itu.
" Sudah lewat tengah malam, apa yang kutunggu seperti orang bodoh begini?"
"Aku harus tidur." Ujarnya sembari menarik selimut sebatas dada.
Kembali menatap pintu balkon,
"Yah, mungkin beberapa menit lagi" ucapnya plin-plan.
Hening hingga beberapa saat kemudian suara ketukan dibalik pintu balkon terdengar, Raviella entah kenapa merasa tubuhnya bergerak sendiri. Seolah-olah memang ia telah menunggu saat-saat itu terjadi.
Berlari dengan penuh semangat serta dengan terburu-buru membuka kunci pintu balkon susah payah . Ia lupa tingginya bahkan belum bisa mencapai pinggang ayahnya.
" Maaf mengganggu mu malam-malam" dilihatnya anak berusia sekitar 11 tahunan dengan pakaian serba hitam tersenyum kearahnya.
" Ravie, kamu masih begitu kecil yah ternyata" Raviella mengerjap, siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Lead Juga Ingin Bahagia
Fantasy[ historical fiction - fantasy romance ] Mimpi yang muncul disela malam tidurnya membuat ia muak. Mimpi buruk yang menakutkan mengaharuskan dirinya menjaga sikap. Tidak boleh boleh berlaku seenaknya dan tidak boleh mengharapkan kasih sayang. Karena...