21

779 90 17
                                    

Beberapa hari setelah Ryujin mengungkapkan kebenaran kalau Lia tinggal serumah dengannya, Lia menjadi bahan pembicaraan siswi-siswi di sekolah. Apalagi penggemar Ryujin.

"Okay, semua. Pelajaran kita sampai di sini dulu. Kita lanjut minggu depan, dan jangan lupa juga kalian harus lebih rajin belajar. Sebentar lagi kalian akan ujian kelulusan." Ucap pak Lee kepada siswinya.

"Nee, baik pak." Jawab semua siswi.

Berikutnya pak Lee keluar dari kelas dan para siswi pun segera merapikan buku-buku mereka.

"Lia, lo di jemput Yujin kan?" Tanya Chaeryeong setelah memasukkan bukunya ke tas.

Lia milirik sebentar ke arah Ryujin sebelum menjawab pertanyaan Chaeryeong, "Hm? Iya, aku di jemput Yujin."

Tadi malam Yujin meminta Lia untuk menemaninya belanja keperluan kuliah nya. Dan Lia pun sudah meminta izin pada nyonya Shin, karena Nyonya Shin sudah kembali ke Seoul.

Ryujin yang sudah selesai merapikan barangnya segera mendekati Lia untuk mengajak pulang bersama. "Ayo pulang." Ryujin menggandeng tangan Lia, tapi Lia tidak kunjung berdiri dari duduknya.

"Ryu, mianhe. Aku di jemput Yujin, kamu pulang duluan aja."

"Eh? Tapi kitakan harus-"

"Aku sudah minta izin eomma kamu semalam. Aku akan pulang sebelum makan malam." Sambung Lia yang kemudian berdiri.

"Aku duluan yah, Ryu. Sepertinya Yujin udah nungguin di depan." Lia keluar dari kelas bersama Chaeryeong untuk segera menyusul Yujin yang memang sudah menunggu di depan sekolah.

Ryujin hanya mengangguk tapi di hati sebenarnya dia tidak ingin Lia pergi dengan Yujin. Yeji dan Yuna yang melihat perubahan ekspresi Ryujin segera menepuk pundak sahabatnya itu untuk membuat Ryujin sedikit lebih tenang.

Di parkiran Ryujin masih bisa melihat dengan jelas Lia sedang berbincang dengan Yujin sebelum mereka masuk ke mobil dan pergi dari tempat itu. "Lo dari tadi lihatin Lia terus, kenapa sih Ryu?" Tanya Yeji yang mulai menyadari sikap Ryujin.

"Iya nih, apa jangan-jangan lo udah punya perasaan sama dia?" Tanya Yuna juga yang hadiahi tatapan tajam oleh Ryujin.

Tanpa menjawab Ryujin segera masuk ke mobilnya di ikuti oleh Yeji yang duduk di samping nya dan Yuna di bangku belakang.






Ryujin yang merasa kesal memutuskan untuk tidak pulang ke rumah. Ia bersama Yeji dan Yuna akan mampir ke bar milik SinB atas kemauan Ryujin sendiri. Di bar itu mereka meminta ruang khusus untuk mereka saja agar tidak ada orang yang melihat ada anak sekolah di bar itu.

Yuna mulai khawatir pada sikap Ryujin dan menyikut Yeji untuk bertanya apa yang sebenarnya Ryujin pikirkan, "Ryu, lo kenapa sih? Dari tadi diam aja."

"Iya nih, biasanya lo ngga kayak gini deh."

Yang di tanya hanya menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya secara kasar lalu meneguk minuman alkohol nya, "ngga, sudahlah. Gue mau minum sampai puas."

Yeji juga Yuna hanya memperhatikan Ryujin yang terlihat sangat kusut sekarang. Keduanya tampak sangat khawatir pada si gadis Shin itu. Ryujin terus minum sampai ia mabuk dan tidak terasa hari mulai malam yang di tandai dengan semakin ramai nya pengunjung bar itu.


.
.
.

Menyadari sang adik dan teman-temannya sudah sangat lama, SinB pun masuk ke ruangan di mana tiga sekawan itu berada.

"Ji, lo pulang gih. Udah malam, nanti di cariin eomma Appa." Perintah SinB pada sang adik, untung saja Yeji tidak semabuk Ryujin yang sedang meracau tidak jelas.

"Sekalian deh tuh, lo antar Ryujin sama Yuna pulang." Tambah SinB kemudian membantu untuk membawa Ryujin ke mobilnya.

"Nee. Yun, ayo gue antar lo pulang dulu habis itu gue antar Ryujin." Yuna yang sudah setengah mengantuk hanya mengangguk dan mulai berdiri.

Mereka lewat pintu belakang agar tidak terlihat oleh pengunjung bar yang lain, kalau ada yang melihat mereka bisa-bisa bar SinB di laporkan ke pihak berwajib karena mengizinkan anak sekolah masuk ke bar-nya.

Setelah membantu Ryujin untuk masuk ke mobil Yeji pun segera mengemudikan mobil Ryujin untuk mengantar Yuna terlebih dahulu.

.
.
.

Lia POV

Sudah hampir dua jam yang lalu aku sampai di rumah setelah menemani Yujin untuk membeli peralatan kuliah. Aku mengira Ryujin sudah sampai di rumah, namun sampai dua jam aku menunggunya dia belum juga pulang. Aku mencoba menelponnya tetapi tidak di angkat.

Aku terus mondar-mandir di ruang tengah menunggu Ryujin pulang dengan perasaan khawatir. Sesekali aku mengintip dari jendela untuk melihat apa dia sudah pulang atau belum.

Tinn

Tinn

Tinn

Suara klakson mobil yang sangat familiar di telinga ku membuat aku refleks berlari untuk membuka pintu, dan benar saja itu adalah Ryujin. Namun aku terkejut mendapati ia tidak sadarkan diri sedang di bantu berjalan oleh Yeji. " Ryu-Ryujin." Ujarku.

"Lia, tolong lo bantu gue bawa Ryujin ke kamarnya." Pinta Yeji dan aku hanya mengangguk lalu merangkul tangan kanan Ryujin. Bau alkohol dimana-mana, aku rasa dia tidak sadar karena mabuk.


"Huhh. Sampai juga. Ngerepotin aja sih nih orang." Ucap Yeji yang tampak kelelahan.

"Ryujin sebenarnya kenapa, Yeji?" Tanyaku semakin khawatir.

"BIASALAH!!! Habis minum." Jawab Yeji. "Udah yah, Lia. Gue mau pulang. Udah di tunggu sama supir gue di bawah."

"Ah.. eh iya, makasih yah, Yeji. Maaf ngerepotin."

"Udah santai aja, gue udah biasa hadapin Ryujin kalau mabuk gitu." Ucapnya kemudian berlalu pergi.

Aku mulai membantu Ryujin untuk melepas sepatu juga kaus kakinya, kemudian mengganti seragam sekolah dengan baju kaos oblong.

"Ryu, kamu kenapa mabuk lagi sih. Kamu bikin aku khawatir, tau ngga." Ujarku sambil mengelap wajahnya dengan handuk basah.

"Aku senang melihat perubahan sikap kamu akhir-akhir ini, tapi kamu buat aku sedih lagi melihat kamu mabuk begini." Tanpa sadar air mata ku menetes, aku tidak tau mengapa melihat Ryujin seperti ini membuat ku merasa sangat sakit.

Setelah selesai membersihkan wajahnya aku hendak membawa baskom air dan handuk ke kamar mandi, tetapi. "Gajima." Ryujin menahan tangan ku saat aku akan berdiri.

Itu membuat ku sedikit terkejut dan kembali duduk, Ryujin sedang mengigau entah apa yang sedang ia mimpikan sekarang. "Tolong jangan pergi dengannya, Lia."

Aku semakin di buat terkejut saat ia menyebutkan namaku. "Apa dia sedang memimpikan aku?" Pikirku.

Ryujin menarik tanganku sampai aku terjatuh ke kasur lebih tepatnya di atas tubuhnya dan membuat wajah kami sangat dekat, aku yang merasa gugup hanya bisa menelan ludah agar bisa sedikit tenang. Ryujin kemudian membawa ku ke dalam pelukannya dan memeluk aku dengan erat hingga aku sulit untuk bergerak. Dan keputusan malam itu untuk tetap tinggal di kamarnya bahkan sampai ketiduran.

Lia POV end.



~Bersambung



Terimakasih sudah baca chapter ini 😇
Jangan lupa vote yah Chingu 😁

Untuk semua Chingu yang udah sedia baca cerita ini. Author minta maaf ke Chingu semua.

Untuk beberapa waktu, author nggak update dulu. Karena sekarang author udah semester 4 dan banyak yang harus author urus dulu di kampus, berhubung jurusan author itu jurusan yang suka turun lapangan. Author benar-benar minta maaf ke Chingu semua. Ngga lama kok, beneran 😁😁😁

Tolong dukungannya yah🤗
Sehat-sehat selalu Chingu 🥰

Another Day [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang