27

819 83 5
                                    

Sebelum Ryujin pergi untuk menyusul Lia, ia pulang sebentar ke rumahnya karena tidak ingin membuat eommanya khawatir. Apalagi handphonenya sedang lowbat dan ia tidak pulang beberapa hari, pasti sudah banyak telpon dari orang-orang yang mengkhawatirkannya. Selain itu, Ryujin juga meminta izin pada eommanya untuk pergi menyusul Lia.

Perjalanan menuju desa tempat Lia berada memakan waktu kurang lebih 4 jam. Itupun Ryujin harus berganti kereta beberapa kali. Di kereta ia hanya memainkan handphonenya untuk menghubungi teman-temannya dan untuk mengurangi rasa bosan Ryujin mendengarkan lagu favoritnya.

Tidak terasa hari semakin sore, ketika gadis itu terbangun dari tidurnya ia telah sampai di stasiun terakhir. Untuk menuju alamat yang beri Yujin ia harus berjalan beberapa kilometer. Walaupun langit mulai gelap tetapi tidak memutuskan semangat Ryujin untuk segera bertemu Lia. Perjalanan Ryujin terasa menyenangkan karena pemandangan langit malam yang di suguhkan desa itu sungguh mengagumkan.

Karena merasa lelah Ryujin duduk di sebuah halte kecil. Ia meneguk air minumnya dan menyeka keringat di wajahnya dengan tangan,"Kamu dimana, Lia."

Air matanya nyaris menetes tapi ia harus menahan. Sampai Ryujin melihat dua ahjumma berpakaian petani sedang berjalan, ia memberanikan diri untuk bertanya dimana alamat Lia.

Ryujin langsung berdiri dan menghampiri para ahjumma itu. "Annyeong haseyo. Permisi, ahjumma." Ucap Ryujin sesopan mungkin.

"Aigo.. anak muda, dilihat dari penampilan kamu. Sepertinya kamu ini berasal dari Seoul." Ujar ahjumma satu.

"Ah, nee. Saya berasal dari Seoul. Hm.. saya kesini mau mencari seseorang." Ucap Ryujin lagi.

"Mencari seseorang? Siapa yang kamu cari, nak." Tambah ahjumma yang kedua.

"Namanya, Lia. Choi Julia, apakah ahjumma mengenal atau mengetahui alamatnya?" Tanya Ryujin sekarang.

Para ahjumma itu tampak saling melempar pertanyaan dan sedikit berbisik, dua menit kemudian ahjumma pertama mulai menjawab pertanyaan Ryujin. "Kami sepertinya tau dimana orang yang kamu cari berada."

Ryujin tampak senang, "benarkah? Dimana saya bisa bertemu dengannya?"

Para ahjumma pun memberi tau kemana Ryujin harus pergi, dan setelah itu Ryujin dengan semangat langsung melangkah kaki menuju tempat yang di beri tau.

Sementara itu di tempat Lia berada, gadis cantik itu sedang duduk di bawah pohon menikmati hembusan angin malam. Lia sangat merindukan Ryujin, tapi ia berpikir Ryujin pasti masih marah padanya. Beberapa kali Lia mencoba menghubungi Ryujin tapi tidak pernah diangkat. Sampai ia mulai meneteskan air mata karena tidak sanggup lagi menahannya, ia ingin menjelaskan semua pada Ryujin. Tapi bagaimana caranya, sejak Ryujin melihatnya bersama Yujin di sungai Han gadis itu tidak pernah mengangkat telepon ataupun membalas pesan yang di kirimnya.

Lia merasa lega karena appanya telah ditangani oleh dokter desa. Dan sekarang kondisinya appanya mulai membaik, meskipun begitu appa Lia harus tetap mendapat istirahat yang cukup.

Lia kembali memandangi handphonenya yang sekarang terlihat nama kontak Ryujin, "aku kangen kamu, Ryujin. Hiks.. kenapa kamu tidak mengangkat telepon aku. Aku khawatir sama kamu, hiks."

Tiba-tiba handphonenya bergetar, seakan tuhan mendengar ucapannya. Nama Ryujin terdapat di layar benda persegi panjang itu. Lia segera mengangkat dan menghapus air matanya. "Ryu-Ryujin."

". . . ."

"Ryujin, maafkan aku. Yang kamu lihat diantara aku dan Yujin itu-" sebelum Lia melanjutkan ucapannya, Ryujin langsung memotong dari balik telepon itu.

"Aku menyayangi kamu, Lia." Ungkapan sederhana itu berhasil membuat Lia kembali menangis.

"A-aku..aku juga menyayangi kamu, Ryujin."

Another Day [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang