Duapuluhsatu

169 37 0
                                    

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti dengan hari, hari berganti dengan bulan. Semua sudah eunha lewati dikelas 11 diujung semester dan tentu saja eunha bakal naik ke bangku 12.

Eunha menatap teman temannya yang sekarang sudah membaik tapi mereka sedikit berbeda, mereka seperti tidak memaksa eunha seperti dulu atau menanyakan eunha mengapa tidak ikut berkumpul seperti biasa dan memaksa eunha. Mereka seperti teman bagi eunha tapi tidak terlalu terikat.

"Lo cari eunha? Gue gak salah denger kan??"pertanyaan remeh seorang siswi didepan pintu kelas membuat intens siswa/i yang lain menoleh.

"Kenapa kalo gue cari kak eunha? Bukan urusan lo juga kan kak?"

Siswi itu berdecak kesal dan lisa dan kawan kawan menghampiri siswa didepan kelas dengan eunha juga ikut.

"Kak eunha! Hallo!"

Eunha mengeryit dan menatap teman temannya yang menatapnya dengan mengatakan 'siapa?', eunha membalas dengan gidikan bahu tak tahu.

"Siapa yah?? Lo kenal gue??"

Cowo itu mengangguk mantap dan memberikan coklat batang dengan bungkusan berwarna ungu kepada eunha.

"Buat kakak, gue penggemar lo kak! Gue udah suka sama lo dari lama kak! Terima yah kak coklat dari gue..."ucapnya.

Eunha menatap coklat itu dan menatap adik kelas yang wajahnya tampan itu dengan mengeryit.

"Buat gue? Lo gak salah jadi penggemar gue?"

"Engga kok kak gue gak salah untuk jadi penggemar kakak! Ambil yah kak coklatnya, ini buat kak eunha."

Eunha dengan ragu menerima coklat itu membuat siswa tampan itu tersenyum senang.

"Makasih kak! Gue duluan yah kak! Dah kak eunha!!"siswa itu berlari dengan sesekali menoleh kebelakang dengan melambaikan tangannya kepada eunha.

"Cieee~ eunha sekarang dikasih coklat sama fans!"goda rose dengan menusuk nusuk pelan pipi eunha.

"Hem?? Nama fans yang cocok buat lo apa, ha??"timpal dika. Eunha terkekeh.

"Gue cuman punya satu bukan beribu ribu penggemar, udah ah jangan lebay."

"Huh... Suka kan lo dapet coklat??"ucap mingyu.

"Iya lah, kan gratis?"


••••

"Eunha..."eunha menoleh mendapati dua pemuda tampan mendekati meja eunha.

"Kalian ngapain disini?"

"Lo keliatan seneng banget ha."sahut eunwoo tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan eunha

Eunha tersenyum"siapa sih yang gak seneng dikasih sesuatu dari orang yang suka sama lo?"

"Gue biasa aja. Gue lebih seneng orang yang gue suka, kasih sesuatu ke gue."balas younghoon. Eunha hanya berdecih.

"Lo gak makan rotinya ha??"tanya younghoon

"Hah? Tau dari mana gue punya roti, hoon?"tanya eunha menatap younghoon dengan bingung, eunwoo juga menatap pemuda itu.

Younghoon dalam hati memaki dirinya"gue pernah liat beberapa kali lo makan roti."

"Oh. Dan kalian berdua ngapain disini? Lo berdua gak makan dikantin?"

••••

Seorang gadis bersurai hitam memasuki rumah megah milik omahnya. Sebut saja mina.

"Mina..."panggil omah yang sedang membaca majalah dengan kacamata mint bertengker. Mina menoleh.

"Malam ini kita bakal ketemu sama temen bisnis omah, omah udah siapkan dress dikasur kamu."

"Iya omah."

"Dan satu lagi, jangan pernah berulah. Tetap keliatan anggun dan ramah didepan teman teman omah. Awas aja kalo kamu berulah, omah buat kamu tinggal di amerika dan menjauh dari teman teman kamu."

Mina menatap omahnya dengan helaan nafanya"iya omah, mina keatas dulu. Mina gerah, mau mandi."omah hanya menganggukan kepalanya.

Mina masuk kedalam kamarnya dan bersender pada pintu kamarnya"mina? Kapan lo berulah dan ngerusak citra omah? Emang lo pernah? Ah iya gue lupa, gue pernah ditampar sama omah, itu juga cuman sekali dan gue bertahun tahun tinggal disini dan baru pertama kali berulah, omah gak pecaya sama gue? Hah!"monolog mina dengan kesal.

Mina melangkahkan kakinya menuju ranjang berlapis dengan seprei dan selimut biru. Mina mengambil dress berwarna putih yang cantik itu.

"Gue capek terus maksa senyum, gue capek. Omah, mina cuman minta secuil perhatian omah, apa omah sama sekali gak mau kasih itu ke mina?"tanya mina dengan menatap dress putih itu.

Tiba tiba saja pintu kamar eunha terbuka dengan muncul sesosok laki laki tampan dan postur tingginya, menghampiri mina dengan senyum terbit diwajahnya.

"Mas minhyun? Kapan balik mas??"

Minhyun sang kakak kandung mina menghampiri mina dan membelai rambut hitam sang adik.

"Mas denger dari luar kamar kamu kesel banget? Kenapa?"

Mina memeluk tubuh sang kakak yang sangat ia rindukan, ia rindu dengan kakaknya yang sangat sibuk menjadi dokter magang disalah satu rumah sakit cukup terkenal dijakarta, pihak kampus dari minhyun yang langsung menunjuk dirinya dan bukan asal tunjuk tapi karna kepintaran miliknya itu, tentu saja itu poin pertama yang dimiliki seorang minhyun jovancca

"Mina kesel sama omah mas, mina capek sama omah yang terus terusan ngendaliin masa depan aku sama mas minhyun. Mina capek mas, mina mau kayak yang lain, hidup dan masa depan mereka yang ngatur sendiri. Mina iri sama itu semua mas."

"Hey, harusnya mereka yang iri sama kehidupan kamu, mina."

"Iri sama mina? Gak mungkinlah mas, mereka semua palingan gak kuat sama sifat omah."

Minhyun terkekeh dan mengelus rambut adiknya"mina, kalo beberapa dari mereka mengatur masa depan mereka sendiri, mereka jarang ada yang berhasil. Mereka semua belum tentu bisa kayak mina, nilai tinggi ataupun dapet prestasi. Kamu harus bersyukur sama apa yang kamu punya, belum tentu apa yang diliat kamu itu, sama dengan apa yang kamu lihat, bisa aja dia berbeda. Jangan pernah merasa gak bersyukur, kita harus bersyukur apa yang dikasih sama tuhan. Ujian dari tuhan itu untuk menguatkan iman dan untuk melatih kita untuk bersikap dewasa, ujian dari tuhan adalah untuk disyukuri bukan mengeluh karna mengeluh sama sekali tidak mengurangi ujian yang diberi tuhan"

•••

A/n : ngetik apa sih ya ampun😭😭

i'm not a famous girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang