14

288 82 2
                                    


Awalnya Claudia merasa baik-baik saja. Dia tidak keberatan saat pria bernama Pak Zulhan itu dua kali mengganti tempat meeting mereka pada sore hari itu. Tadinya mereka janjian bertemu di kantor Pak Zulhan, namun batal dengan alasan sedang ada renovasi, plus bosnya sedang ada urusan  di luar. Kemudian, Pak Zulhan mengajak Claudia bertemu di restoran sebuah mal dekat Universitas Paradigma. Namun, setelah mereka bertemu di sana, tiba-tiba bosnya menelepon, mengabarkan bahwa dia terjebak macet.

"Clau, Mr. Boss bilang, meeting-nya di restoran sekitar Rasuna Said aja," ujar pria bertubuh tinggi besar yang usianya sekitar empat puluhan itu. "Kalau dia maksa ke sini, bisa-bisa nyampenya satu jam lagi. Kita aja yang ke sana, ya! Saya tahu jalan tikus daerah situ."

"Oke, Pak," angguk Claudia dengan patuh. Bagaimanapun, menjadi co-host acara jalan-jalan yang tayang di TV setiap hari Sabtu dan Minggu merupakan kesempatan berharga yang tidak akan dia sia-siakan. Bahkan, mungkin saja menjadi kesempatan langka yang tidak akan datang dua kali.

Setelah meeting dengan pihak PH pada bulan Februari lalu dan sempat menunggu selama lebih dari dua minggu sampai dia pikir proyek itu sudah diberikan kepada orang lain, akhirnya Claudia merasa lega saat Pak Zulhan menghubunginya kemarin siang untuk mengajaknya meeting hari ini. Pak Zulhan adalah produser di stasiun TVX. Rencananya, hari ini mereka akan meeting bersama direktur utama TVX yang disebut-sebut sebagai Mr. Boss itu.

Tentu saja Claudia sangat tidak sabar ingin segera bertemu Mr. Boss tersebut. Jantungnya deg-degan penuh rasa antusias sekaligus cemas. Sepanjang perjalanan menuju destinasi terakhir itu, dia sempat overthinking karena meeting mereka yang selalu batal dan dipindahtempatkan, hingga memikirkan kemungkinan kalau itu merupakan pertanda buruk. Pertanda proyeknya tidak akan berjalan lancar.

Semoga proyeknya goal. Claudia terus berdoa dalam hati.

Akhirnya, Claudia dan Pak Zulhan tiba di sebuah hotel mewah di kawasan Rasuna Said saat langit Jakarta mulai gelap dan lampu-lampu menyala di mana-mana.

Lho? Kenapa hotel? batin Claudia. Namun, dia terlalu sungkan untuk mengonfirmasinya kepada Pak Zulhan. Oh, mungkin kami bakalan meeting di restoran hotel ini.

Perasaan Claudia mulai tak enak saat Pak Zulhan mengajak Claudia menuju lift, setelah menyebutkan nama Mr. Boss dan mendapatkan kartu akses ke lantai atas.

"Maaf, Pak. Kita mau ke mana, ya?" tanya Claudia di dalam lift.

"Meeting," jawab Pak Zulhan singkat.

Oh, mungkin restoran untuk meeting-nya di lantai atas, pikir Claudia. Masih berusaha berpikiran positif.

Dan ternyata benar. Restoran itu berada di roof top. Namun, Mr. Boss menunggu Claudia di sebuah private room. Pak Zulhan pun hanya mengantarkan Claudia sampai ke ruangan tersebut, lalu meninggalkannya berdua saja dengan Mr. Boss. Ruangan itu lebih mirip kamar daripada private room sebuah restoran.

Ya Tuhan, apa yang akan terjadi? Tolong lindungi hamba-Mu ini, Tuhan! batin Claudia merapal doa, sementara otaknya berusaha berpikir bagaimana caranya melawan dan melarikan diri jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Batinnya nelangsa saat dia menyadari ponselnya kehabisan baterai.

*

"Tolong, Mbak, saya bener-bener perlu naik buat ketemu temen saya. Ada barang penting punya dia yang harus saya kembalikan. Tapi HP-nya nggak bisa dihubungi." Untuk yang kesekian kalinya, Ahimsa terus berusaha memohon kepada resepsionis agar dia diberikan akses ke lantai atas. Ya, dia mengikuti Pajero Sport hitam yang ditumpangi Claudia dan pria tinggi besar itu hingga ke hotel ini. Dan beberapa menit lalu, dia sempat melihat Claudia bersama pria itu di dalam lift sebelum pintunya tertutup.

Broken BadlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang