Broken Badly

25

"Empat tahun bukan waktu yang sebentar buat ngejalanin sebuah hubungan. Kami berdua saling mencintai dan menyayangi satu sama lain. Banyak hal sudah kami lakukan dan lalui bersama. Orangtua kami pun udah sama-sama ngasih restu. Cuma karena sebuah kekhilafan aja hubungan kami selesai...," curhat Banyu kepada Ahimsa lewat panggilan telepon malam itu.

Ahimsa terdiam. Dia benar-benar tidak tahu harus berkata apa dan bersikap bagaimana. Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba saja Banyu mengirim DM ke Instagram Ahimsa untuk meminta bantuan. Rupanya, Banyu tahu akun Instagram Ahimsa dari penandaan foto di Instagram Claudia. Ahimsa pun mengabaikannya selama beberapa hari, sampai akhirnya Banyu kembali mengirim DM yang lebih panjang.

Mungkin Claudia pernah cerita soal gue ke elo. Ya, gue mantan pacar Claudia. Gue masih cinta dan sayang sama dia. Dan gue bersedia ngelakuin apa aja buat dia. Gue udah ngomongin ini sama dia berkali-kali. Gue pun udah ngelakuin banyak hal supaya Claudia mau maafin gue dan ngasih kesempatan kedua. Tapi dia masih ngeraguin gue.

Gue tau, Claudia nggak terlalu deket sama keluarganya, dan dia juga nggak punya banyak temen. Jadi gue pikir, lo temen terdekat Claudia saat ini. Untuk itu, gue mau minta bantuan lo. Please, Ahimsa. Gue memohon dengan segala kerendahan hati.

Gue bukan orang yang suka menilai persahabatan dengan materi. Tapi kalau lo mau imbalan, gue bisa kasih apa pun yang lo mau.

Lo bisa hubungin gue di nomor ini: 0812xxxxxxxx.

Thanks before.

Ahimsa tak habis pikir kenapa Banyu sampai rela melakukan hal itu. Perlu nyali tinggi untuk merendahkan harga dirinya meminta bantuan pria lain membujuk wanita yang dia cintai agar mau memaafkan kesalahan dan kembali kepadanya. Apakah Banyu sudah seputus asa itu? Ternyata Banyu tidak setangguh yang Ahimsa pikirkan.

Ahimsa pun membalas DM tersebut. Sorry, gue nggak bisa bantu.

Namun, Banyu terus memohon, mengirimkan DM terus-menerus sampai membuat Ahimsa risi.

Ahimsa membalas lagi. Gimana gue bisa bantu lo kalau gue nggak tau kekhilafan apa yang udah lo lakukan sampai Claudia sulit maafin lo?

Banyu pun menceritakan kejadian itu secara singkat. Sampai akhirnya, Ahimsa bersedia memberikan nomor ponselnya untuk dihubungi Banyu. Dan malam itu, seusai Ahimsa salat taraweh, Banyu meneleponnya.

"Gue harap, sebagai sahabat Claudia, lo bisa ngobrol sama dia dari hati ke hati, buat ngeyakinin dia bahwa gue bener-bener menyesali kekhilafan gue. Gue bersumpah, nggak bakal mengulanginya lagi."

Jangankan Claudia, Ahimsa saja merasa bosan mendengar kalimat itu diulang lagi.

"Lo mau bantuin gue, kan?!" tanya Banyu, setengah memaksa.

Ahimsa terdiam. Tentu saja dia tidak mau melakukannya. Bagaimanapun, mereka berdua sedang berkompetisi mendapatkan hati Claudia. Apa namanya kalau bukan bodoh, seandainya Ahimsa mau membantu Banyu?

"Sori, gue nggak bisa. Itu urusan kalian berdua. Gue nggak punya hak buat memengaruhi keputusan Claudia terhadap lo. Dan satu-satunya orang yang harus meyakinkan dia ya cuma diri lo sendiri." Ahimsa menghela napas panjang sebelum akhirnya bilang, "Satu hal lagi. Lo perlu tau kalau gue bukan sekadar sahabat Claudia."

"Maksud lo? Lo pacarnya Claudia?"

"Ya," dusta Ahimsa.

"Seriously?" Terdengar suara tawa di ujung telepon. Tawa yang meremehkan. "Jangan halu! Lo itu bukan tipenya Claudia. Dia suka cowok yang lebih tua dan dewasa."

"Jangan sok tau. Gertakan lo nggak mempan."

"Lo lupa ya, kalau gue sama Claudia udah pacaran selama empat tahun?! Gue kenal banget siapa Claudia. Gue tau semua hal yang dia sukai dan nggak. Begitupun sebaliknya. Sekarang gue tanya, kalian udah pacaran berapa lama? Tanggal berapa kalian mulai pacaran?"