Bidadari Turun dari Taksi. Mungkin itulah judul FTV yang akan terlintas di benak penulis skenario saat melihat Claudia malam ini. Atau barangkali judul itu pernah dimainkan Claudia, hanya saja Him tidak tahu karena dia tidak pernah menonton FTV. Tanpa sadar, Him menelan ludah setelah ternganga beberapa detik.
"Hai, Di," sapa Him. Napasnya masih ngos-ngosan setelah berlari kegirangan menyambut kedatangan cewek itu. "Syukurlah lo enggak nyasar."
"Akses ke rumah lo enggak ribet, kok. Sopir taksi juga udah paham rutenya."
"Gue iri sama sopir taksi itu," kata Him, setengah menggumam. "Kenapa lo enggak minta gue jemput aja tadi?"
"Ogah, ah. Tarifnya pasti tinggi," canda Claudia. "Keberadaan lo di sini jauh lebih penting dan dibutuhkan, Him."
"Ada tukang dekor dan katering yang ngurusin semuanya, kok." Him tersenyum, lalu mengajak Claudia masuk. Saat melewati cermin di ruang tamu, dia melihat pantulan dirinya yang bersisian dengan Claudia. Mendadak, Him tidak percaya diri dan ingin segera ganti baju agar penampilan mereka tampak serasi. Dia menyesali keputusannya memilih kemeja hitam dan celana abu-abu gelap karena ternyata Claudia mengenakan dress selutut berwarna putih dengan aksen peach.
"Wah, meriah banget!" seru Claudia setibanya mereka di halaman belakang. "Gue enggak punya kenangan apa-apa waktu masuk umur 17 dulu."
Him melirik cewek itu. Bayangan masa lalu hidup Claudia membentang di kepalanya seperti sebuah film melodrama. Niatnya mengundang Claudia ke acara ulang tahun Aruna bukan untuk mengenang masa lalu yang getir, melainkan untuk mengajak cewek tersebut bersenang-senang. Juga untuk memperkenalkan Claudia kepada keluarganya. Sebagai teman. Setidaknya untuk sekarang.
"Kalau lo mau, nanti kita bisa rayain Sweet 27 lo dengan nuansa Sweet 17." Him menunjuk satu sudut yang didekorasi dengan balonbalon berwarna kuning keemasan dan hitam bertuliskan "Happy Sweet 17, Aruna!", lengkap dengan tar besar yang entah asli atau artifisial.
"Gue antara terharu, tapi juga pengin ngakak." Claudia tergelak. "Gue seneng, sih, kalau bisa bikin perayaan kayak gini. Tapi, gue juga enggak sedih-sedih amat dan enggak pengin-pengin banget bikin pesta semeriah ini. Thank you buat ide dan tawarannya, ya, Him."
"Anytime," sahut Him sambil berjalan menghampiri dua remaja cewek yang berdiri di depan meja yang sudah disesaki tumpukan kado. Yang bergaun kuning itu Aruna, adik semata wayangnya yang sedang berulang tahun. Sementara yang bergaun biru itu Leta, sahabat Aruna, si tetangga seberang rumah yang ..., entah bagaimana Him harus mendefinisikannya.
Terdengar bisik-bisik teman-teman sekelas Aruna yang hadir pada malam itu. Him mengabaikan mereka sepenuhnya.
"Leta," panggil Him dengan berat hati. Dia tidak punya pilihan karena area itu sempit dan dia perlu menghampiri Aruna.
"Iya, Kak?"
Him bisa melihat jelas rona di pipi Leta yang mendongak menatapnya. Entah itu karena pulasan makeup atau semburat merah yang muncul secara alami di wajah. Situasi canggung seperti ini yang Him benci setiap kali mereka berinteraksi. Him ingin menghapus kenangan beberapa tahun silam, ketika Leta, yang masih SD, menyatakan perasaan kepadanya. Dia tidak habis pikir, dapat inspirasi dari mana anak sekecil itu mengungkapkan cinta kepada kakak sahabatnya? Yang pasti, Him tidak pernah menganggap Leta serius. Namun, sejak saat itu, hubungan di antara mereka tak lagi sama. Terutama karena Leta tidak hanya menembaknya satu kali, melainkan berulang-ulang, seakan itu sudah menjadi misi hidup cewek tersebut.
"Minggir," ucap Him.
"Ya?"
"Minggir. Gue mau lewat." Cara semacam inilah yang pada akhirnya selalu Him lakukan setiap kali dia bertemu Leta.
Him tidak tahu lagi harus berkata dan berbuat apa untuk menyadarkan Leta bahwa dia hanya menganggap cewek itu sebagai adiknya. Dan agar Leta tidak lagi berharap serta berhenti bersikap tidak masuk akal di depan Him.Him tak peduli jika kata-kata dan sikapnya melukai hati Leta, bahkan ketika dia melihat perubahan ekspresi Leta dari semringah ke mode gondok. Demi kebaikan mereka berdua. Atau mungkin demi kebaikan Him sendiri?
Leta akhirnya mundur dan membiarkan Him berjalan melewatinya. Him harap, Leta juga mundur dari perjuangannya mengejar Him.
"Kenalin, ini Claudia." Him lantas memperkenalkan sosok istimewa yang sejak tadi dia nantikan kedatangannya itu kepada Aruna. Dia sempat melirik Leta untuk memastikan cewek itu menyadari bahwa malam ini dirinya tidak sendiri.
"Hai, Kak Claudia."
"Hai, Aruna." Claudia menyambut uluran tangan tanda perkenalan di antara mereka. "Happy birthday, ya!"
"Wah, makasih, Kak Claudia!" Nada suara Aruna terdengar bersemangat saat menerima kado bersampul warna kuning itu.
"Aduh, jadi ngerepotin."
"Sama sekali enggak ngerepotin, kok. Semoga Aruna suka, ya."
"Dari kertas kadonya aja aku udah suka banget, Kak! Aku suka warna kuning, apalagi kuning gemes gini." Aruna memeluk kado berbentuk kubus itu.
"Sekali lagi makasih banyak, Kak Claudia."Aruna tampaknya masih ingin mengobrol dengan Claudia. Namun, Him segera mengajak cewek cantik berambut cokelat sepunggung itu untuk menikmati hidangan di meja prasmanan. Dia mengkhawatirkan Claudia yang mungkin saja kelaparan setelah lelah menjalani casting tadi siang.
Dari tempatnya berdiri sekarang, Him bisa melihat kedatangan Abe dan Andra, kedua sahabatnya yang bersikeras datang demi makanan gratis. Mereka menghampiri Aruna untuk memberi selamat. Dan adiknya itu, yang Him tahu pasti penasaran mengenai identitas Claudia, sepertinya memutuskan menginterogasi Abe dan Andra. Mengingat mulut kedua cowok itu tidak bisa dijaga, Him sepertinya bisa menebak apa yang mereka katakan.
Diam-diam, dia kemudian melirik Leta, yang tampak pucat dan terpaku di tempat. Baguslah. Entah hubungannya dengan Claudia nantinya berhasil atau tidak, dia harap setelah malam ini Leta benar-benar mundur agar hubungan di antara mereka bisa kembali seperti dulu. Tanpa kecanggungan. Tanpa beban. Tanpa ucapan dan perbuatan Him yang ketus atau bahkan kasar.
Karena, bagi Him, sesungguhnya Leta adalah sosok adik yang ceria dan menyenangkan.[]

KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Badly
RomansaJatuh cinta pada aktris idola itu sah-sah saja, tapi jangan pernah bermimpi untuk memilikinya. * Ahimsa Wiraguna jatuh cinta pada Claudia Amanda, aktris berbakat yang sayangnya tak pernah menjadi pemeran utama di setiap film layar lebar dan FTV yan...