"Pantat lo kurang naik, Be!" teriak Ahimsa kepada Abe dari seberang laptop dengan pemandangan halaman belakang rumahnya. "Usahain posisinya sejajar sama pinggang dan punggung lo."
"Gue masih lemes, Himsa. Baru sembuh udah dipaksa olahraga gini," gerutu Abe dari jendela layar laptop dengan latar belakang kamar tidurnya. "Nanti kalau gue kenapa-kenapa, lo harus tanggung jawab!"
"Ya elah, lembek amat, lo. Ini olahraga ringan buat memulihkan kondisi fisik lo biar fit lagi," kata Ahimsa.
"Apa hubungannya memulihkan kondisi fisik dengan plank?"
"Nggak usah banyak protes. Yok bisa, yok! Tuh lihat si Andra, plank-nya udah bener."
"Segini cukup?" tanya Abe setelah melihat ke layar laptop dan mengangkat bokongnya.
"Ketinggian. Turunin lagi dikit. Kira-kira dua setengah senti meter," jawab Ahimsa.
"Astaga dragon, timbang dua setengah senti aja lo ribut! Udah ya, pokoknya gue cuma mampu segini. Suka nggak suka, lo terima aja."
Ahimsa tertawa. Sepertinya dia sedang mengerjai Abe.
"Yok lanjut, yok!" Andra menginterupsi dari balkon kamarnya. "Gue udah pegel nih nge-plank dari tadi."
"Oke, oke," kata Ahimsa. "Ya, cukup, cukup. Sekarang kita lanjut burpees."
Pagi itu, Ahimsa memulai olahraga virtual yang dijanjikannya kepada Andra beberapa hari lalu saat mereka membagikan paket sembako. Mereka sepakat melakukannya setelah Abe pulih dari sakit flu---yang sebelumnya sempat membuat mereka parno kalau-kalau Abe terinfeksi Covid-19.
Mereka mulai pemanasan pada pukul delapan. Ahimsa yang bertindak sebagai instruktur tampak sangat bersemangat memimpin kedua sahabatnya itu. Dengan setelan kaus olahraga hitam tanpa lengan yang memamerkan otot-otot biseps, triseps, dan dadanya yang bidang, dia melakukan setiap gerakan dengan benar dan berenergi.
"Sorry, Guys, ada telepon," ujar Ahimsa di tengah-tengah gerakan burpees. "Kalian lanjutin sampai tiga puluh kali, oke?"
Beberapa saat kemudian, Ahimsa kembali. "Guys, ada satu orang lagi yang mau gabung sama kita."
"Siapa?" tanya Abe.
"Claudia, ya?" tebak Andra.
Ahimsa hanya tersenyum. Lalu, sebuah jendela baru muncul di layar laptop, dan wajah seorang cewek cantik dengan senyum ceria menyapa mereka, "Hi, Guys. Gue boleh ikutan olahraga virtual bareng kalian?" Ya, tebakan Andra benar. Cewek itu Claudia Amanda.
"Boleh dong, Claudia! Boleh banget!" seru Abe dengan mata berbinar dan semangat empat lima.
Kehadiran Claudia benar-benar menjadi penyemangat dan penyelamat olah raga virtual pertama mereka pagi itu. Secara visual tentu saja jadi tampak indah. Ahimsa lebih banyak tersenyum daripada sebelumnya. Abe yang semula ogah-ogahan pun jadi lebih gesit dan energik. Sedangkan Andra malah agak melamun, memikirkan apa yang terjadi di antara Ahimsa dan Claudia setelah adegan canggung selama membagikan paket sembako beberapa hari yang lalu....
"Lo kenapa jutek gitu sih, sama Claudia?" tanya Andra kepada Ahimsa setelah mereka mengantar Claudia pulang sore itu. "Kalian lagi berantem?"
"Gue bingung, Ndra." Ahimsa mendesah gundah. "Sebenernya, Claudia nganggap gue apa? Dia datang dan ngilang sesuka hatinya. Kadang gue ngerasa dia ngehubungin gue cuma di saat dia butuh gue aja. Habis itu, dia ngilang, bikin gue mikirin dia, kangen sama dia, tapi gue nggak bisa berbuat apa-apa. Gue paham kesibukan dia, makanya gue nggak mau ngeganggu dia. Gue takut dia risi dan illfeel kalau gue chat basa-basi tanpa tujuan yang jelas. Tapi, kalau terus-terusan kayak gini... gue capek juga."
Andra terkejut mendengar pengakuan Ahimsa kala itu. Tumben banget Ahimsa mau curhat seterbuka itu kepadanya. Andra ingat semasa SMA dulu, curhat tergalau Ahimsa hanya ketika nilai ujian matematikanya 78 dan fisikanya 77 gara-gara dia maraton nonton serial TV sehari sebelum ujian. Memang agak nyebelin, mengingat nilai ujian matematika dan fisika Andra sendiri 75 dan 72 tapi menurutnya itu sudah lumayan banget.
Standar kegalauan setiap orang memang berbeda-beda. Sejak dulu, Ahimsa hampir tidak pernah curhat menyedihkan soal hubungannya dengan cewek-cewek yang dekat dengannya. Yang ada juga Ahimsa yang membuat cewek-cewek itu bergalau ria. Andra menyebutnya sebagai Good Looking Privilege. Jadi, saat Ahimsa curhat sepanjang dan segalau itu, Andra benar-benar terkejut. Dia memang sudah bisa menduga ada apa-apa dengan Ahimsa dan Claudia. Namun, dia baru tahu kalau ternyata Ahimsa sejatuh cinta itu pada Claudia, sampai-sampai segalau itu karena merasa ditarik-ulur Claudia.
"Dan yang bikin situasinya tambah kacau lagi," lanjut Ahimsa yang saking kelewat galaunya sampai-sampai kehilangan rem privasinya, "ternyata ada cowok lain yang deket sama Claudia. Bahkan Claudia juga deket sama keluarga cowok itu. Entah siapa tuh cowok. Gebetannya, pacarnya, atau mungkin tunangannya."
"Mantannya, kali." Andra berusaha membesarkan hati Ahimsa. "Atau, bisa jadi cuma sahabatnya. Mungkin tuh cowok gay, jadi keliatannya sedeket itu sama Claudia."
"Lo positive thinking aja, Him," lanjut Andra karena Ahimsa diam saja. "Daripada overthinking, mending lo tanya langsung Claudia. Atau kalau perlu, lo juga langsung tembak Claudia."
"Nggak bisa asal langsung tembak juga, Ndra. Momennya harus tepat, biar segalanya bisa berjalan sempurna," jawab si Perfectionist itu. "Tapi sebelumnya, gue harus pastiin dulu siapa cowok itu. Gue nggak mau mengulang kesalahan yang sama kayak yang terjadi di antara gue sama Dinar...."
"Wait, what?" Andra terkejut, tetapi tidak sampai mengerem mendadak atau menabrak sesuatu di jalanan. "Memangnya apa yang sebenernya terjadi di antara lo sama Dinar?"
Ahimsa tak bisa mengelak lagi. Rem privasinya sudah telanjur blong. Dia pun menceritakan semuanya kepada Andra.
"Hah? Jadi, si Dinar udah punya cowok, terus dia selingkuh sama lo? Anjrit! Brengsek juga, dia!" Tak hanya terkejut, Andra juga marah setelah mengetahui fakta itu. "Kenapa lo baru cerita sekarang? Gue pikir, kalian putus karena lo udah nggak cocok aja sama dia."
"Gue cuma nggak suka nyeritain sesuatu yang nunjukin kelemahan gue."
Andra menggeleng-geleng. "Semua orang punya kekuatan dan kelemahan, Him. Nyeritain kelemahan lo ke sahabat lo nggak bakal bikin lo dianggap lemah juga. Justru bakalan bikin sahabat lo ngerasa dihargai karena dikasih kepercayaan buat dengerin masalah sahabatnya."
Keesokan harinya, Ahimsa menge-chat Andra, memberi tahu kalau cowok bernama Banyu yang dicurigai sebagai pacar Claudia itu ternyata mantan pacar Claudia. Andra ikut merasa lega. Dan pagi itu, Ahimsa mengajak Claudia ikut berolah raga virtual bersama mereka. Membuat Andra menduga bahwa hubungan Ahimsa dan Claudia sudah membaik. Andra pun ikut merasa bahagia jika memang mereka berdua semakin dekat dan bisa jadian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Badly
RomansaJatuh cinta pada aktris idola itu sah-sah saja, tapi jangan pernah bermimpi untuk memilikinya. * Ahimsa Wiraguna jatuh cinta pada Claudia Amanda, aktris berbakat yang sayangnya tak pernah menjadi pemeran utama di setiap film layar lebar dan FTV yan...